Akurasi Tapping Box Mulai Diragukan, Sutiaji Lebih Percaya Manual

Wali Kota Malang, Sutiaji

Kota Malang, Bhirawa
Akurasi data Tapping Box, mulai diragukan,  Bahkan Wali Kota Sutiaji,  berpendapat jika akurasi Tapping Box bisa kalah dengan penghitungan dan sistem manual yang dibuat. Sehingga, dia meminta agar pemanfaatan Tapping Box dimaksimalkan dengan cara lain.
Kebocoran Tapping Box, kata Sutiaji, sangat mungkin terjadi. Pasalnya, Tapping Box selama ini tak konek langsung dengan sistem yang diterapkan di masing-masing tempat usaha. Bahkan penggelapan pajak di tempat makan, hiburan, hingga penginapan yang dipasang Tapping Box menurutnya masih sangat mungkin terjadi.
Kalaupun itu sudah dipasang, lanjut Sutiaji, sebenarnya juga bergantung pada pemiliknya. Bisa saja itu sama pemiliknya dirusak hingga akhirnya penghitungan tak maksimal.
Itu sebabnya, ia pernah meminta agar penghitungan secara manual tetap dilaksanakan meski Tapping Box telah terpasang. Salah satunya dengan mendatangi tempat usaha terkait di jam-jam ramai. Sehingga bisa dilihat lebih mendetail akurasi alat dan penghitungan di lapangan.
Lebih jauh ia menyampaikan, belum lama ini juga ditemukan alat baru untuk menghitung potensi pajak dan retribusi bagi berbagai tempat usaha. Di mana alat tersebut akan masuk lebih jauh pada sistem yang dimiliki masing-masing perusahaan.
“Dan pelaku usaha akan dilengkapi dengan aplikasi yang itu koneksi dengan aplikasi Bapenda. Jadi tamu yang datang penghitungan pajak akan langsung masuk, dan akan susah digelapkan,” tegas dia.
Sistem terbaru itu menurutnya memang belum diterapkan di Kota Malang. Namun Sutiaji menilai jika sistem tersebht harus segera diterapkan di Kota Malang. Sehingga potensi pendapatan daerah Kota Malang ssmakin tinggi.
PAD Kota Malang,  Rp 1,5 Triliun itu masih dinilai terlalu kecil. Banyak yang menyebut Kota Malang,  seharusnya bisa meraup pendapatan Rp 3 Triliun hingga Rp 4 Triliun. “Kami tantang Bapenda bisa merealisasikan   itu, apa tidak” tambahnya.
Ia menyampaikan, berbagai upaya dan inovasi untuk meraup PAD tinggi harus dilakukan. Karena setiap daerah saat ini juga dituntut mandiri secara ekonomi. Sehingga, ketergantungan terhadap.negara bisa ditekan.
Sementara itu, Pengurus Perkumpulan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang sekaligus Executive Assistant Manager Hotel Tugu Malang, Crescentia Harividyanti menilai jika ia sama sekali tak keberatan dengan sistem yang akan diterapkan Pemerintah Kota Malang.
“Itu kan juga untuk keterbukaan dan kaitannya dengan pajak, kami sama sekali tak keberatan,” katanya.
Di sisi lain, dia pun berharap agar Pemkot Malang lebih berupaya lagi dalam meningkatkan jumlah wisatawan. Karena sejauh ini, wisatawan hanya ramai saat weekend dan hari libur panjang saja. Sementara saat weekday, okupansi hotel masih terbilang sepi. [mut]

Tags: