Ali Masyhar: Migas Jadi Ujung Tombak Industri di Jawa Timur

Kepala SKK Migas Jabanusa, Ali Masyhar didampingi Corporate Communication Petronas Carigali Ketapang II Ltd, Andiono Setiawan.

Surabaya, Bhirawa
Minyak dan Gas (Migas) menjadi komoditas yang banyak digunakan untuk transportasi dan industri strategis di Indonesia khususnya di Jawa Timur yang memiliki gas melimpah sehingga menjadi ujung tombak industri di Jatim baik industri listrik maupun pupuk.
Menyadari pentingnya sektor Migas ini SKK Migas Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabanusa) bersama Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) Petronas Carigali Ketapang II Ltd menggelar Silahturahmi dengan pemangku kepentingan Pemerintah Provinsi Jawa Timur di Hotel Four Point Surabaya (28/11).
Kepala SKK Migas Jabanusa, Ali Masyhar berharap melalui kegiatan ini akan mampu membuka mata masyarakat dan pemerintah betapa pentingnya sektor hulu migas bagi pendukung ekonomi negara.
“Dengan silahturahmi dan bantuan Pemda dan semua stakeholder yang hadir saat ini mampu memperlancar kegiatan Migas sebab semuanya sudah mengerti betapa pentingnya hulu migas bagi negara kita ini,” terangnya.
Ali Masyhar menambahkan PC Ketapang II Ltd ini termasuk 3 besar penghasil minyak bumi di Jatim dengan produksi minyak mentah 14.000 Barrel of Day (BoD) dan gas sekitar 30 juta kaki kubik (MMCFD). Besarnya produksi Migas ini juga berbanding lurus dari dana untuk pembinaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang hingga kini mencapai Rp 4,8 miliar yang dialirkan ke warga di Sampang dan Gresik.
“Insya Allah 2019 di Petronas ini akan tambah sumur sehingga bisa tambah produksi. Kami berharap semua urusan perizinan maupun urusan yang lainnya juga bisa diselesaikan tepat waktu sehingga Migas Jawa Timur bisa bertambah lagi produksinya,” harap Ali Masyhar.
Sedangkan dalam acara yang dihadiri oleh Kepala Dinas ESDM Pemprov Jatim, Setiajit, perwakilan Bupati Sampang dan perwakilan Bupati Gresik, jajaran Polri Jatim dan TNI serta manajemen Petronas Carigali Ketapang II Ltd ini menghadirkan Vice President Operasi SKK Migas, Sulistya Hastuti Wahyu dan Bayu Wahyudiono, Kepala Subdirektorat Pengembangan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi Non Konvensional Direktorat Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagai pembicara.
Kepala Subdirektorat Pengembangan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi Non Konvensional Direktorat Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Bayu Wahyudiono mengaku jika Jatim tahun 2018 ini menurut catatan Kementrian ESDM mengalami penurunan produksi, tetapi di tahun 2019 Jatim akan surplus gas karena beberapa pengembangan sumur akan menghasilkan.
“Jatim juga menjadi satu-satunya daerah yang beruntung sebab selain kaya dengan potensi gas bumi. Sebab sudah memiliki jaringan pipa gas sehingga 100 persen hasil gas bumi yang diproduksi KKKS, semuanya digunakan oleh industri pupuk, listrik serta industri komersial dan rumah tangga di Jatim. Berbeda dengan daerah lain yang gasnya dijual keluar karena belum ada infrastruktur jaringan gasnya,” pungkasnya.
Bayu memaparkan saat ini gas yang terkandung di perut bumi Jatim ini sekitar 4,66 Trillions of Standard Cubic Feet of gas (TSCF) sedangkan gas yang sudah di ekploitasi sekitar 628,66 MMCFD. Jika dikalkulasi dari hitungan maka Jatim masih punya cadangan gas hingga 20 tahun lagi.
“Namun tentunya secara riil di lapangan tak semua cadangan itu bisa dieksploitasi, intinya Jatim masih kaya akan gas,” tegas Bayu.
VP Operasi SKK Migas, Sulistya Hastuti Wahyu lebih banyak mengupas tentang cadangan minyak bumi yang ada di lapangan pengeboran saat ini hanya akan bertahan hingga 9 tahun saja. Namun temuan teknologi seismik yang lebih canggih menyebutkan saat ini di Indonesia ada 130 cekungan minyak. Dimana 74 cekungan atau lapangan masih belum tersentuh atau belum dieksplorasi.
“Jika mengandalkan sumur yang lama memang sudah kita sudah berdarah-darah. Jika tahun 60 an saat dieksploitasi 90 persennya adalah minyak bumi. Tapi sekarang 90 persen disedot yang keluar malah air. Untuk itu perlu lapangan dan eksplorasi baru dan disini dibutuhkan perizinan yang cepat sehingga saat minyak yang ada mulai menunjukkan penurunan, Indonesia masih punya cekungan lain yang siap berproduksi,” ujarnya. [riq]

Tags: