Angka Kemiskinan Wilayah Pedesaan Jatim Naik

Pendapatan masyarakat desa biasa-biasa saja, sementara inflasi bergeser cepat dan tidak terkejar. Inilah yang menjadi faktor dominan terjadinya kenaikan jumlah penduduk miskin di pedesaan Jatim.

Pendapatan masyarakat desa biasa-biasa saja, sementara inflasi bergeser cepat dan tidak terkejar. Inilah yang menjadi faktor dominan terjadinya kenaikan jumlah penduduk miskin di pedesaan Jatim.

Surabaya, Bhirawa
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim mencatat angka kemiskinan di wilayah pedesaan provinsi tersebut naik 0,06 persen, karena dipicu tingginya laju inflasi sehingga berdampak kenaikan sebagian harga kebutuhan pokok di tingkat pedesaan.
Kepala BPS Jawa Timur M Sairi Hasbullah mengatakan kenaikan harga kebutuhan pokok di tingkat pedesaan di wilayah Jatim dalam beberapa bulan terakhir tidak diimbangi oleh kenaikan pendapatan masyarakat desa.  “Pendapatan masyarakat desa biasa-biasa saja, sementara inflasi bergeser cepat dan tidak terkejar. Inilah yang menjadi faktor dominan terjadinya kenaikan jumlah penduduk miskin di pedesaan,” ucapnya, Kamis (17/9).
Ia menyebutkan, sesuai hasil pendataan BPS hingga Maret 2015 jumlah penduduk miskin di Jatim mencapai 4,789 juta jiwa atau sekitar 12,34 persen dari total jumlah penduduk Jatim, dan angka itu naik 0,06 persen dibanding September 2014 yang masih berada di kisaran 12,28 persen atau sekitar 4,748 juta jiwa.
Sementara, kenaikan garis kemiskinan di pedesaan lebih tinggi dibanding perkotaan, dan pada periode September 2014 hingga Maret 2015 tercatat garis kemiskinan di pedesaan naik sebesar 6,49 persen sementara di perkotaan hanya naik 3,93 persen.
Mengacu angka itu, Sairi menyebutkan secara umum garis kemiskinan di Jatim pada periode itu mengalami kenaikan 5,25 persen atau sekitar Rp 15.226 per kapita per bulan, yaitu dari Rp 289.945 per kapita per bulan pada September 2014 menjadi Rp 305.171 per kapita per bulan.
“Dengan perincian itu, pada September 2014 jumlah penduduk miskin di perkotaan mencapai 1,531 juta jiwa, sementara pada Maret 2015 jumlah tersebut turun 0,11 persen menjadi 1,524 juta jiwa. Sedangkan di pedesaan, jumlah penduduk miskin pada September 2014 mencapai 3,216 juta jiwa dan pada Maret 2015 melejit menjadi 3,264 juta jiwa,” katanya.
Sairi menjelaskan, dari angka total sebanyak 48.000 penduduk desa yang pendapatannya sudah di atas garis kemiskinan, mulai bergeser menjadi miskin akibat cepatnya laju inflasi dan harga komoditas yang terjadi.
Ia mengatakan, tinggi inflasi di pedesaan daripada perkotaan disebabkan lemahnya daya beli masyarakat desa, seperti contoh masyarakat kota cenderung membeli telur dalam kilo, sedangkan masyarakat desa membeli dalam per biji, sehingga harga telur menjadi lebih mahal dan sumbangannya terhadap laju inflasi menjadi lebih tinggi.
Sairi menyebutkan, beberapa komoditas makanan yang memicu terjadinya kenaikan kemiskinan di pedesaan di antaranya beras, rokok kretek filter, gula pasir, tempe, telur ayam ras, tahu, mi instan, kopi, cabe rawit dan bawang merah.
Sementara komoditas bukan makanan yang jadi pemicu kemiskinan adalah kenaikan harga perumahan bensin, listrik dan kayu bakar. [rac]

Tags: