Angkat Instrumen Ghalundhang Raih Penyaji Terbaik Inovasi

Sukses membawakan instrume alat musik Ghalundhang, tim Karawitan SMKN 12 surabaya berhasil meraih juara Penyaji Terbaik Inovatif.

Sukses Pertahankan Gelar Juara di FLS2N
Surabaya, Bhirawa
Inovasi baru selalu dibutuhkan dalam bidang kesenian seperti inovasi instrumen alat musik. Tantangan itulah yang menjadi ketentuan dalam Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) pada 15 hingga 21 September lalu. Salah satu perserta yang bisa menaklukan tantangan ini Tim Karawitan SMKN 12 Surabaya yang berhasil meraih Penyaji Terbaik Inovasi.
Dalam penampilannya, tim yang dibimbing Suparman dan Eko Jalu Purnomo ini menggunakan alat musik Ghalundhang. Yakni sebuah alat musik tradisional masyarakat Bondowoso yang terbuat dari Kayu Jati muda.
“Karena konteks (Juknis) nya menggunakan inovasi alat musik baru. Jadi kami lebih tertarik untuk menggunakan alat musik (Ghalundhang) ini. Selain karena bentuknya yang menarik, teknik tabuhan atau pukulan tidak konvensional seperti menabuh gamelan. Apalagi jangkauannya lebih banyak untuk eksplore,” jelas Eko.
Cara penabuhan, kata Eko, berbeda dengan alat musik Gamelan Jawa yang hanya menggunakan satu tabuhan.Alat musik Ghalundhang justru menggunakan dua alat tabuhan. ”Sama seperti gambang kromo. Tapi kalau laras selendro (nada) sama dengan Gamelan Jawa,” tambah dia.
Karena mengangkat alat baru, bentuk musikalitas baru dan suasana baru, keinginan dalam mengembangkan instrumen alat musik lainnya diakuinya pasti ada. Karena inovasi dalam bidang seni khususnya di musik tradisional karawitan dibutuhkan eksplorasi terus – menerus. Namun, tentu saja, menggali informasi, observasi, dan penelitian dibutuhkan.
“Karena di beberapa daerah seperti Bondowoso dengan alat musik ghalundhangnya ini, memiliki tujuan untuk menghibur para nelayan setempat. Jadi kalau diekplore kita harus tanyakan kepada masyarakat sana. Instrumennya mau dibikin seperti ini, kira – kira keluar dari tujuan awalnya apa tidak,” urainya.
Seperti tahun – tahun sebelumnya yang terus menorehkan prestasi di FLS2N tingkat nasional, untuk tahun berikutnya, Suparman dan Eko Jalu telah membidik siswa mulai akhir tahun ini. Tetapi hal ini juga didasarkan pada kemampuan siswa. Yang meliputi skill, speed dan daya tangkapnya. Dan yang lebih penting. Siswa juga harus mampu menguasai instrumen termasuk vokal. ”Satu siswa minimal harus menguasai empat instrumen,” papar dia.
Diharapkan, dengan juara bertahan yang diraih Tim Karawitan SMKN 12 Surabaya ini, mampu menumbuhkan motivasi bagi siswa lainnya. Disamping juga bisa mempertahankan gelar juara kedepannya.
Selain Karawitan yang berhasil menorehkan prestasinya, Tim Teater juga mampu menampilkan gelaran yang cukup baik hingga mampu meraih juara 1 di FLS2N tingkat nasional ini. Dalam pertunjukkannya, tim teater menampilkan cerita rakyat leluhur Topeng Bocah Anong. Cerita ini identik dengan salah satu icon Jawa Timur yang terkenal dengan Reog Ponorogonya.
“Anong ini kan menjadi salah satu tokoh dalam cerita Reog Ponorogo. Seorang bocah yang diwarisi topeng oleh neneknya. Dan dia tak mau menggunakannya karena dianggap menganggu. Selain itu, Reog Ponorogo ini kan sudah terkenal di mana – mana jadi kami mengambil cerita ini,” katanya.
Untuk menyiapkan pertunjukkan ini, pihaknya sudah melakukan persiapan sekitar satu semester. Mengingat bidang teater sendiri yang ditonjolkan adalah masing – masing karakter pemainnya dalam memainkan peran.
“Jadi yang dilihat memnag kompetensi siswanya. Selain akting juga bisa bermain musik dan menyalakan efek,” terang dia.

Utamakan Kreatifitas, Kumpulkan Berbagai Prestasi
Ajang bergengsi tahunan FLS2N tahun ini menjadi peningkatan prestasi dari sekolah seni terbesar di Jawa Timur, SMKN 12 Surabaya. Pasalnya, tahun ini berhasil membawa pulang tiga gelar kejuaran, dua diantaranya sebagai Penyaji Terbaik Inovasi untuk Kawawitan, Juara I untuk seni pertunjukkan Teater dan juara III untuk Vokal Solo.
Kepala SMKN 2 Surabaya, Biwara Sakti Pracihara menuturkan, jika pihaknya memang mentargetkan juara untuk setiap ajang kesenian. Utamanya dalam gelaran FLS2N. Maka persiapan tak hanya dilakukan siswa. Melainkan para pembimbing juga dituntut untuk terus berinovasi dan mengeksplore persoalan yang bisa menghasilkan kreatifitas.
“Karena lomba (seni) ini rohnya di kreatifitas. Kreatifitas juga harus muncul duluan. Karena saya berupaya untuk terus mensupport terus meningkatkan kreatifitasnya. Untuk eksplore terus. Dari sini ada support dana, support waktu latihan, support guru yang kompeten. Dan semua sudah saya kondisikan untuk meraih juara I,” jabarnya.
Mengingat, sambungnya, tujuan utama untuk menorehkan prestasi adalah untuk branding sekolah. ”Saya pribadi prinsipnya lewat prestasi. Segala macam bentuk prestasi, selama siswa mampu saya izinkan. Itu branding sekolah paling utama yang saya lakukan,” tambah dia.
Ke depan, pihaknya berujar akan memenuhi property dari masing-masing bidang potensial kesenian yang mampu menorehkan prestasi di tingkat nasional. Seperti teater, tari dan karawitan. Diakui Praci, ditingkat nasional Tim Teater SMKN 12 Surabaya, sudah mempunyai nama di tingkat nasional. Dan diperhitungkan semua pihak, sehingga pemenuhan property diharapkan bisa meningkatkan ekplorasi dan inovasi dari setiap tampilan yang disuguhkan.
“Selain property kita juga manfaatkan fasilitas dari pemerintah. Mulai workshop hingga fasilitas lain dari pemerintah. Agar bisa meningkatkan kualitasnya. Kalau vokal dan gitar klasik ini jadi kendala. Karena sulit mencari talenta untuk sumber daya manusianya,” tandasnya. [ina]

Tags: