Antrean Mengular Sejak Harga BBM Turun

6-FOTO OPEN bas-Antrian mengular kendaraan bermotor yang akan melakukan   pengisian bahan bakar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Ngrowo   tidak bisa dihindariBojonegoro, Bhirawa
Menurunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi khusunya jenis Premium, membuat antrian warga mengular dan panjang disalah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), sejak pagi hingga siang hari, Selasa (20/1) dan mengakibatkan sejumlah SPBU kehabisan Stock BBM Jenis Premium diserang warga. Antrian tak hanya kendaraan roda dua, namun jua roda empat, kendaraan bak terbuka maupun para penjual bahan bakar minyak eceran membuat antrian semakin mengular.
Hal itu di benarkan oleh Iwan Gunarto, Koordinator Pengawas Operator SPBU di Jalan Veteran kepada Bhirawa. Menurutnya, banyaknya warga ini akibat dampak penurunan BBM Jenis Premium, yang mana sejak Senin kemarin warga mulai menunggu. “Kami masih punya stock, namun tak juga bisa memnenuhi kebutuhan warga, sehingga langsung habis dari sisa yang ada,” pungkasnya.
Karena habisnya Stock BBM Jenis Premium di SPBU, membuat warga beralih ke BBM jenis pertamak, meskipun harganya agak sedikit mahal, warga terpaksa mengisi kendaraanya dengan Pertamax. Serupa yang dialami  SPBU Jalan Sawung Galing, Ia mengaku, saat stok premium habis, ia langsung meminta pasokan BBM dari Tuban,  sebanyak 24.000 kiloliter. Stok baru datang, pada pukul 18.00 WIB sebanyak 16.000 kiloliter. “Kini, per pukul 08.00 WIB, stok premium masih tersisa 12.000 kiloliter. Sedangkan untuk solar stoknya tercukupi,” papar Wawan Pengawas SPBU Ngrowo.
Pertamax Tidak Laku
Sementara itu, pemberlakukan harga baru BBM dengan penurunan harga ternyata hanya meningkatkan pembelian untuk dua jenis BBM saja yaitu jenis Premium dan Solar. Dari pantauan di SPBU yang beroperasional di Kabupaten Lumajang, kemarin, pembelian dua jenis BBM ini yang banyak terjadi antrean masyarakat.
Sedangkan untuk penjualan Pertamax tetap sepi alias tidak laku. Kondisi ini seperti yang terlihat di SPBU Bagusari Jl. Mahakam, Kelurahan Jogotrunan, Kecamatan Kota Lumajang. Hanya layanan penjuaaln premium dan solar saja yang antriannya sejak subuh mengular.
Sementara untuk layanan penjualan Pertamax yang juga disediakan pengelola, tidak terdapat antrian sedikitpun. ”Sebulan terakhir hanya memesan DO (Delivery Order) pembelian Pertamax ke Pertamina 4 kiloliter saja,” jelas Dany Ferdiansyah wakil pengelola SPBU Bagusari Lumajang.
Meski demikian penjualannya cenderung lambat. ”Paling perhari hanya berkisar 30 liter saja,” ungkapnya. Sehingga tidak memesan DO banyak, pasalnya jika dipaksanakan akan merugi. Lebih baik kita alokasikan untuk perputaran di penjualan Premium dan Solar.
Menurut Dany Ferdiansyah perhitungannya, jika modal untuk DO Pertamax yang harganya juga diturunkan pemerintah dari Rp 8.800 per liter menjadi Rp 8 ribu per liternya mengendap terlalu lama, maka akan terjadi penyusutan dan tidak bisa berputar modalnya.
Harga Sembako Bertahan
Sementara itu pula, turunnya harga BBM, tidak berpengaruh signifikan terhadap harga sembako di Sumenep. Buktinya, di sejumlah pasar tradisional ujung timur Pulau Madura ini tidak ada penurunan. Kabid Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumenep, Heni Yulianto mengatakan, hasil pantauan harga di Pasar Anom Baru dan Bangkal Sumenep, tidak ada penurunan harga sembako pasca penurunan harga BBM, justru tetap. “Harga sembako dipasar tradisional Sumenep tidak ada penurunan. Jadi, penurunan harga BBM tidak mempengaruhi harga kebutuhan dipaasar,” kata Heni Yulianto, Selasa (20/1).
Ia menegaskan, sejumlah harga komuditas yang tidak ada perubahan di antaranya beras merk ikan paus seharga Rp240 ribu per 25 kg, merk lima jaya super Rp232 ribu. Harga daging sapi Rp110 ribu per kg, daging ayam potong Rp29 ribu dari Rp30 ribu, ayam kampung Rp65 ribu per kg.
“Sedangkan harga telor ayam ras turun dari Rp23 ribu per kg menjadi Rp19 ribu per kg. Telor ayam kampung juga turun dari Rp37 ribu menjadi Rp36 ribu per kg, tapi penurunan ini kami yakin bukan karena harga BBM yang turun,” jelasnya.
Sementara itu, di saat banyak orang yang beralih mengunakan bahan bakar minyak (BBM) dari Premium ke BBM jenis Pertamax untuk kendaran bermotornya, selain setelah naik dan ditunkan lagi oleh pemerintah, Edi salah satu penjual BBM eceran di Jl. Letda Sucipto mengambil peluang tersebut untuk berjualan BBM eceran Jenis Pertamax.
Selain berjulan BBM jenis Pertamax, Edi juga masih juga melayani pembeli BBM jenis Premium pada lapak dari mobil milik-nya yang digunakan untuk jualan. “Sejak kemarin setelah harga turun masih sulit cari bensin, karena antre-nya juga lama untuk dapat bensin,” kata Edi (50), saat dikonfirmasi Bhirawa. [bas,yat,sul,hud]

Caption foto : Antrian mengular kendaraan bermotor yang akan melakukan pengisian bahan bakar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Ngrowo. [bas/bhirawa]

Tags: