Apresiasi Aplikasi I – Santri Digital Corner

KHR Azaim Ibrahimy Samsul Arifin (tengah) saat menerima gelar gelar Pahlawan Nasional mewakili KHR Asad Syamsul Arifin, baru baru ini. (ist).

KHR Azaim Ibrahimy Samsul Arifin (tengah) saat menerima gelar gelar Pahlawan Nasional mewakili KHR Asad Syamsul Arifin, baru baru ini. (ist).

(Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi’iyah)
Situbondo, Bhirawa
Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, KHR Azaim Ibrahimy, mengapresiasi aplikasi i-Santri Digital Corner yang diluncurkan Kementrian Agama Republik Indonesia baru baru ini.
Menurut Kiai Azaim, melalui aplikasi tersebut ummat islam memiliki kesempatan untuk mengawal sekaligus menjaga kelestarian kitab-kitab islam warisan ulama terdahulu. Sebab, kata Kiai Azaim, seringkali dipertanyakan keautentikan suatu teks referensi rujukan di media sosial yang mengambil beberapa statemen para ulama, namun umum belum meninjau keautentikan teks tersebut.
Dengan adanya aplikasi itu, ujar Kiai Azaim, hal itu akan semakin terkawal dan terjaga keautentikannya yang merupakan bagian dari wujud amanah terhadap kemurnian ilmu. Cucu Pahlawan Nasional KHR As’ad Syamsul Arifin ini mengemukakan, belakangan disinyalir ada sejumlah kalangan yang mungkin karena kesengajaan ataupun ketidaksengajaan mengubah isi dari kitab-kitab tertentu. “Hal tersebut ditemukan oleh para pengkaji pustaka keilmuan salafusshaleh ulama terdahulu,” ujar Kiai Azaim.
Masih kata Kiai Azaim, yang terjadi beberapa waktu terakhir ini di dunia islam, merupakan salah satu hasil dari rekayasa takrij. Ini ketika konten dari redaksi kitab diubah otomatis pembaca dengan pemahaman pola pikir yang sudah dirubah terdoktrin dengan hasil rubahan tersebut.
Misalnya, urai dia, kalimat agama itu adalah damai kemudian ditakhrij menjadi agama itu adalah kekuatan untuk melakukan kekerasan. “Ini sudah banyak ditemukan oleh para pengkaji pustaka keilmuan salafusshaleh ulama terdahulu,” tegasnya.
Ulama yang pernah nyantri di Kota Rusyaifah Makkah al-Mukarromah ini mengaku, bahwa Ma’had Ali Salafiyah Syafi’iyah menjadi salah satu dari 13 Ma’had Ali di Indonesia yang mengisi konten pada aplikasi iSantri Digital Corner. “Masing-masing ma’had ali yang ada di pesantren memiliki khazanah; buah karya maupun buah pemikiran. Itu semua mengandung konten yang bisa mengisi aplikasi tersebut,” ujarnya.
Pengasuh ke-4 Ponpes Salafiyah Syafi’iyah ini berharap, dengan adanya aplikasi sosial media berbasis buku dan kitab digital serta dilengkapi dengan digital library, kalangan ummat islam bisa mendapatkan informasi yang autentik sehingga tidak mudah terprovokasi serta bisa mengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Ketika ummat islam mendapatkan informasi yang autentik maka tidak akan mudah diprovokasi oleh siapapun. Termasuk bisa mengawal keutuhan NKRI,” pungkasnya.
Kata Kiai Azaim, sedikitnya kini ada 13 digital corner yang beroperasi di 13 Ma’had Aly di nusantara. Diantaranya, Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur; Ma’had Aly Saidusshiddiqiyyah (DKI Jakarta); Ma’had Aly Syekh Ibrahim Al Jambi di Jambi; Ma’had Aly Sumatera Thawalib Parabek di Sumatera Barat dan Ma’had Aly Mudi Mesjid Raya di Aceh. [awi]

Tags: