ATAP Kedelai Jatim 2015 Turun 2,94 Persen

kedelaiPemprov Jatim, Bhirawa
Angka Tetap (ATAP) pada 2015 produksi kedelai Jawa Timur sebesar 345 ribu ton biji kering turun sebesar 10,47 ribu ton atau 2,94 persen dibanding produksi kedelai tahun 2014 sebesar 355 ribu ton.
“Penurunan produksi kedelai pada 2015 terjadi karena turunnya luas panen 6,81 ribu hektare atau -3,17persen meskipun produktivitas mengalami kenaikan 0,04 kuintal/hektare atau  0,24 persen),” kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, Rabu (13/7)
Realisasi produksi kedelai di Jawa Timur pada subround (SR) I antara Januari-April 2015 sebesar 50,68 ribu ton bijikering. Bila dibandingkan dengan SR I  selama 2014 sebesar 63,06 ribu ton biji kering terjadi penurunan 12,38 ribu tonbiji kering atau -19,63 persen.
Penurunan produksi pada SR I 2015 terhadap SR I 2014 karena adanya penurunan luas panen 7,49 ribu hektare atau-19,13 persen danjuga produktivitas sebesar 0,10 kuintal/hektare atau -0,62 persen.
Untuk produksi kedelai SR II 2015 terjadi peningkatan sebesar 15,41 ribu ton biji kering atau 12,66 persen, sedangkanpada SR III 2015 produksi mengalami penurunan sebesar 13,50 ribu ton biji kering atau -7,91 persen bila dibandingkandengan subround yang sama tahun 2014 (year on year).
Dijelaskannya, secara umum luas tanam dan luas panen kedelai tergeser oleh padi. Terjadi Alih pola tanam dari kedelai ke padi padaSR II/2015 berdampak pada penurunan luas panen SR III 2015.
Beberapa kabupaten yang mengalami kondisi demikian, antara lain Kabupaten Pasuruan turun -4.623 Ha, Lamonganturun -3.075 Ha, dan Kabupaten Bojonegoro turun -2.242 Ha. Terjadinya alih pola tanam dari kedelai beralih ke padiumumnya karena pendapatan dari usaha menanam padi dianggap lebih tinggi nilai ekonomisnya dibandingkan hargakedelai.
Produktivitas kedelai pada SR III 2015 di Jawa Timur sebesar 18,35 Kuintal/Ha. Apabila dibandingkan dengan periodeyang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 18,12 Kuintal/Ha maka terdapat kenaikan sebesar 0,23 Kuintal/Haatau 1,27 persen.
Peningkatan produktivitas tersebut disinyalir karena adanya Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu(GPPTT), penggunaan pupuk sesuai anjuran dan tepatnya waktu pemupukan, dan pendeteksian serangan OPT lebihdini yang dilakukan petugas lapang (PPL, POPT dan Mantri tani).
Sementara pada skala nasional produksi Kedelai ASEM 2015 sebesar 963,18 ribu ton biji kering  atau mengalamipeningkatan 8,19 ribu ton atau 0,86 persen dibandingkan dengan produksi tahun 2014. Peningkatan produksi kedelaisecara nasional tersebut terjadi karena kenaikan produktivitas 0,17 kuintal/hektare atau 1,10 persen sedangkan luaspanen mengalami penurunan 1,59 ribu hektare atau -0,26 persen.
Produksi kedelai ATAP 2015 di Pulau Jawa 599,84 ribu ton biji kering atau mengalami penurunan 22,31 ribu ton atau-3,59 persen dibandingkan dengan produksi tahun 2014. Penurunan produksi kedelai di Pulau Jawa terjadi karenaadanya penurunan Luas Panen sebesar 20,92 ribu hektare atau -5,52 persen sedangkan produktivitas mengalamikenaikan 0,33 kuintal/hektare atau 2,01 persen.
Pola panen bulanan tanaman kedelai Tahun 2012-2015 puncak musim panen untuk tanaman kedelai terjadi pada SR III terutama pada Oktober. Puncak panen tertinggi terjadi pada tahun 2012 pada bulan September-Oktober yangmencapai 91,13 ribu hektare. Luas panen tertinggi tahun 2013 mencapai 71,84 ribu hektare, tahun 2014 mencapai75,82 ribu hektare, dan tahun 2015 mencapai 64,30 ribu hektare. Akhir tahun 2014 dan awal tahun 2015 gairah petaniuntuk menanam kedelai agak rendah.
Sebelumnya pernah diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Jatim, Dr Ir Wibowo Eko Putro MMT, kalau minat petani untuk tanam kedelai di Jatim masih belum begitu tinggi dibandingkan jagung dan padi.
Kurangnya minat itu, dikarenakan kedelai merupakan satu-satunya tanaman pangan yang biaya produksinya tinggi dan mudah terserang organisme pengganggu tanaman (OPT). Ditambah lagi, anjloknya harga membuat petani merugi.
Saat ini, harga kedelai hanya sekitar Rp 3 ribu per kilogram. Padahal, harga pembelian pemerintah (HPP) atas komoditas kedelai per September tahun lalu dipatok Rp 7.600 per kg. Harga itu terus menurun bila dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Pada awal tahun, harga kedelai tercatat masih Rp 5 ribu-Rp 6 ribu per kilogram. [rac]

Tags: