Harga Mamin di Jatim Diprediksi Naik 2 Persen

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Harga makanan dan minuman (Mamin) seperti seperti sirup, wafer, minuman kaleng, kue kering, kue basah, premen, jelly, roti kaleng, makanan anak-anak dan snack diprediksi naik tipis antara 1-2 persen. Kenaikan ini disebabkan banyak hal, diantaranya kenaikan harga Elpiji 12 kg.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmi) Jatim, Yapto Willy Sinatra mengatakan, kenaikan harga mamin pada awal 2015 tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya naiknya harga BBM, harga Elpiji 12 kg, tarif dasar listrik dan upah minimum kabupaten/kota (UMK) 2015
Dengan naiknya harga BBM hingga UKM tersebut pengusaha Mamin semakin sulit mengambil keputusan apakah akan menaikan harga mamin atau menunggu perkembangan pasar hingga triwulan pertama 2015. Akhirnya mau-tidak mau pengusaha mamin mengambil keputusan yang sulit terpaksa menaikan harga sementara hanya 2 persen.
“Dengan naiknya harga mamin yang tipis keuntungan para produsen pas-pasan, jadi belum bisa dikatakan membaik. Sebenarnya dengan semakin membaiknya pasar mamin di negeri sendiri dampaknya produsen mamin di Jatim akan bertambah berkembang,” kata Yapto, dikonfirmasi, Kamis (8/1).
Yang lebih menggembirakan mamin yang beredar dan di jual di pasar-pasar tradisional dan pertokoan di Jatim saat ini sebagai besar adalah produk-produk lokal hanya sedikit yang impor. Tetapi dengan mulai berlakunya pasar Masyarakat Asean 2015 produk makanan impor diprediksi mulai memasuki dan dijual di pasar dan pertokoan di Jatim khususnya di Surabaya. Oleh sebab itu pengusaha mamin lokal saat ini dalam posisi kalau tidak segera memproduksi mamin yang berkualitas ekspor akan kalah dengan produk mamin impor dari negera-negara ASEAN.
Sebelum dimulai pasar MEA produk-produk mamin impor dari Cina dan dari negara-negara lain di dunia hampir tidak ada di toko-toko tradisional maupun mall dan supermarket di Jatim. “Sehingga produk Mamin lokal kini menjadi primadoda di daerah sendiri,” ujarnya. Tetapi pada tahun 2015 dimana MEA akan dimulai produk-produk mamin impor akan diprediksi akan banyak yang masuk ke Jatim.
Dijelaskan, saat ini mamin impor masih jarang dijumpai di pasar maupun di mall dan pasar modern lainnya. Belum begitu banyaknya produk mamin dari luar negeri di pasar lokal karena produk-produk tersebut yang masuk ke Indonesia dan Jatim mendapat pengawasan ketat.
Bahkan produk-produk mamin impor yang masuk ke Jatim sebelum beredar dijual bebas terlebih dahulu harus melalui pemeriksaan di Balai POM Surabaya. Setelah diteliti Mamin yang dinyatakan baik oleh Balai POM baru boleh beredar dan dijual di pasar dan pertokoan.
Saat ini di Jatim ada sekitar 700 produsen mamin dari jumlah tersebut 10-15 produsen Mamin mbersekala besar dan sisanya merupakan beskala menengah dan kecil atau UMKM. Ia berharap sekitar 650 produsen mamin yang ada di berbagai daerah di Jatim minimal mempertahankan dan terus berusaha meningkatkan kuantitas hasil produksinya dan siap bersaing di pasar MEA 2015.
Karena dengan kualitas yang baik maka masyarakat Indonesia khususnya Jatim tidak akan lari memilih Mamin dari luar negeri/mamin impor. Hampir 70 persen dari 700 produsen mamin di Jatim sudah memiliki lebel Standar Nasional Indonesia (SNI). Dengan semakin berkembangnya produk mamin di negeri sendiri maka diharapkan semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. [iib]

Tags: