Bahaya Menggunjing Saat Puasa

Neneng Ela FauziyyahOleh :
Neneng Ela Fauziyyah
Mahasiswi Jurusan Ekonomi Syari’ah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penulis juga merupakan anggota ForSEI (Forum Studi Ekonomi Islam).

Setengah perjalanan puasa orang-orang muslim pada ramadhan tahun 1436 H telah terlewati. Beragam cara yang dilakukan setiap kepala dalam menjalaninya. Ada yang melewatinya dengan bahagia dan sangat hati-hati, takut jika puasanya menjadi sia-sia.
Senantiasa memanfaatkan waktunya untuk meningkatkan ibadah dan dzikirnya pada Allah. Namun ada juga, orang yang menjalani puasa dengan biasa saja. Melakukan kegiatan seolah tidak sedang berada dalam bulan yang berkahnya menyeluruh dari ujung timur sampai barat. Yang membedakan bagi mereka hanya sekedar ditambah menahan lapar dan haus saja. Tidak ada ghirah dalam dirinya untuk fastabiq al-khoiraat.
Sebagai seorang muslim yang mengerti arti puasa, sudah sepantasnya menjaga apa yang telah susah payah diusahakan. Kaena bagi orang yang tidak terbiasa puasa, mungkin bulan ramadhan itu dirasa sangat berat. Dan harus berjuang berkali lipat lebih banyak untuk menjalankannya. Namun bagi orang yang sudah terbiasa puasa sunah di bulan lain, puasa ramadhan sudah tidak lagi menjadi tantangan yang berat. Dengan demikian, sangat disayangkan jika momentum yang hanya datang satu tahun sekali ini tidak dijaga dan dimanfaatkan dengan baik.
Banyak sebenarnya yang harus kita jaga di bulan ramadhan ini. Tidak hanya menjaga hawa nafsu mulut dari makan dan minum, tapi juga menjaga nafsu mulut untuk membicarakan orang lain. Menurut hemat penulis, membicarakan orang lain ini sudah menjadi hal yang biasa bahkan menjadi primadona dilakukan bahkan oleh setiap kalangan. Semuanya baik secara sadar atau tidak, sering gunjing menggunjing. Satu berita yang belum pasti kebenarannya kemudian diceritakan dan menyebar dari mulut ke mulut. Akhirnya berita tersebut seolah-olah merupakan berita yang benar. Pencemaran nama lah yang kemudian muncul. Jika tidak segera diklarifikasi tentu akan menimbulkan fitnah yang lebih kejam.
Gunjing menggunjing ini bukan saja merusak nama baik, tapi juga membunuh karakter. Orang yang digunjingkan tersiksa atas tekanan pembicaraan-pembicaraan buruk orang lain yang kemudian membunuh karakternya. Dengan demikian karena bahayanya begitu besar, sudah seharusnya aktivitas buruk lisan ini dihindari bahkan ditinggalkan. Terutama saat kita sedang berpuasa. Ali bin Abi Thalib R.A pernah berkata, “Lidah itu laksana seekor binatang buas, jika dilepas maka ia akan membunuh.”Termasuk membunuh pahala puasa kita.
Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa menggunjing memiliki madharat yang sangat besar. Salah satunya adalah hadits yang dari Jabir bin Abdullah ra., yang menyebutkan bahwasannya Nabi SAW bersabda, “Hindarilah menggunjing, karena menggunjing itu lebih berat (siksaannya) dari berzina”. Para sahabat kemudian bertanya, “Ya Rasulullah, apa alasannya menggunjing lebih berat dari berzina?”. Nabi SAW lalu menjawab, “Sesungguhnya seorang lelaki yang telah berzina lalu dia mau bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya. Tetapi orang yang menggunjing, Allah tidak akan mengampuninya sebelum orang yang digunjingkannya itu mengampuninya.”
Diriwayatkan pula, bahwa pada hari kiamat ada seseorang yang diberikan catatan amal dari sebelah kiri. Lalu dia tidak melihat di dalamnya catatan amal kebajikannya. Maka dia berkata, “Ya Tuhanku, di manakah amal shalatku, puasaku dan amal ketaatanku?” maka kemudian dikatakan padanya, “Telah hilang seluruh amal perbuatanmu, karena kamu menggunjingkan manusia. Diberikan pula catatan amal seorang lainnya yang diterima dengan tangan kanan. Lalu dia melihat amal perbuatan yang tidak pernah ia lakukan, maka diucapkan padanya, “Inilah catatan amal-amal kebaikan manusia yang telah mempergunjingmu, sedang kamu tidak menyadarinya.
Dari kedua riwayat di atas, jelas sekali bahwa menggunjing atau membicarakan keburukan orang lain memiliki bahaya yang sangat besar. Allah tidak akan mengampuninya, sebelum orang yang digunjing memaafkannya. Padahal ampunan Allah lah yang selalu dinantikan oleh setiap muslim. Yang paling disayangkan, ketika menggunjing itu dapat menghilangkan seluruh amal kebajikan yang telah dilakukan. Dengan demikian, perlulah kiranya kita waspada dengan senantiasa menjaga lisan kita. Memilah-milah apa yang akan diucapkan. Apalagi kita sedang berada dalam puasa ramadhan. Jika kita susah untuk memilah-milah, maka lebih baik diam. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau diam.”
Diam ini menjadi salah satu solusi bagi kita untuk senantiasa menjaga lisan. Sebuah pepatah menyebutkan “Mulutmu Harimaumu” . Maka jagalah lisan kita dari harimau-harimau yang akan menerkan seluruh amal puasa di bulan ramadhan ini.
————— *** —————

Rate this article!
Tags: