Banjir Kiriman Rendam Desa Gedungdalem dan Dringu Kabupaten Probolinggo

Tanggul jebol sungai Kedunggaleng desa Kedungdalem dan Dringu banjir.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Probolinggo, Bhirawa
Banjir kiriman dari lereng Gunung Bromo merendam permukiman di dua desa di Probolinggo. Air menggenangi jalan hingga masuk ke rumah setinggi 30-50 cm. Tanggul Sungai Kedunggaleng Jebol, karena tidak mampu menahan debit air kiriman dari kawasan lereng Bromo. Dua desa yang terendam adalah Desa Kedungdalem dan Desa Dringu di Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo.

Banjir dari lereng Bromo meluapkan air di Sungai Kedung Galeng, Rabu (1/12). Air mulai naik sekitar pukul 18.15 WIB. Begitu air naik, warga segera menyelamatkan harta benda dan dokumen penting lainnya ke tempat yang lebih aman. Setiap tahunnya dua desa ini selalu langganan banjir. Meski begitu warga tetap waspada karena tahun lalu dua desa ini diterjang banjir dan membuat ratusan rumah warga rusak dan harta benda terendam banjir kiriman itu.

“Khawatir banjir terus tinggi, dan sudah kita evakuasi barang berharga ke rumah saudara,” ujar Hamid, salah satu warga Dringu. Reno Handoyo, warga Kecamatan Dringu, yang juga anggota DPRD Probolinggo mengatakan warga panik karena bronjong atau pengaman banjir yang dibangun Pemprov Jatim sudah jebol tergerus derasnya banjir.

“Warga panik karena air terus meninggi di aliran Sungai Kedung Galeng, dan bronjong atau penahan luapan banjir jebol, sudah kita koordinasikan dan laporkan ke pihak BPBD untuk memasang terpal untuk menahan luapan banjir,” kata Reno.

Petugas TNI/ Polri, Tagana, dan BPBD standby di lokasi untuk memantau perkembangan banjir dan siap melakukan evakuasi warga yang tinggal di lokasi yang berbahaya. Kawasan Dringu, Kabupaten Probolinggo belum bisa lepas dari banjir.

Banjir di dua desa itu dipicu kiriman air dari dataran tinggi. Debit air sungai Kedunggaleng yang naik membuat air meluber ke permukiman warga. Air mulai meluber ke jalan sekitar pukul 18.20. Ada beberapa kepala keluarga (KK) terdampak. Sebab, air masuk ke dalam rumah setinggi kurang lebih 5-10 sentimeter.

Di desa Dringu, air meluap ke jalan Deandels setinggi kurang lebih 10-20 sentimeter. Namun, air hanya menggenangi jalan. Tak sampai masuk ke rumah warga. “Sebab, warga sudah mengantisipasi dengan memasang tangkis di pagar-pagar rumah mereka,” ujar Reno.

Sekitar pukul 19.41, air sudah mulai surut. Jalanan yang tertutup lumpur langsung dibersihkan oleh warga. “Jembatan penghubung antar dusun sudah bisa dilewati lagi,” terang Sugeng S Yoga, Kabid Kedaruratan BPBD Kabupaten Probolinggo.

Dari data BPBD, ada sejumlah wilayah terdampak. Yakni di Dusun Satriyan RT 08, RW 03 Desa Kedungdalem, sebanyak 4 KK. Lalu Dusun Siwalan RW 2 Desa Kedungdalem , air menggenang dijalan setinggi 10-15 cm.

Selanjutnya, di Dusun Bandaran RT 01, RW 02, RW 03, RW, Air menggenang disepanjang jalan Deandels. Satu dapur rumah Burai dinding (terbuat dari bambu jebol) RT 06 RW 03. Rumah dihuni 5 orang.

Penanganan infrastruktur pascabanjir di Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, belum sepenuhnya tuntas. Padahal, musim hujan sudah tiba. Warga pun berinisiatif membangun sendiri tanggul darurat di bibir sungai Kedunggaleng di Dringu.

Seperti yang dilakukan warga RW 2, Dusun Satrian, Desa Kedungdalem, Kecamatan Dringu. Sejumlah warga membangun sendiri tanggul darurat dari sak. Tujuannya, mengantisipasi banjir dari sungai Kedunggaleng. Warga memanfaatkan sak untuk membuat tanggul darurat. Mereka gotong royong mengisi ratusan sak dengan tanah.

Kemudian, sak-sak itu disusun di tepi sungai yang tidak memiliki tanggul tangkis. Sebab, titik itu rawan jadi pintu masuk air sungai Kedunggaleng yang meluap ke pemukiman warga. Sumarto, mantan Kades Kedungdalem mengatakan, panjang tanggul darurat yang dibangun warga sekitar 30 meter. Tujuannya mengantisipasi banjir saat air sungai tinggi.

“Kami kerja bakti membuat tanggul tangkis darurat. Kami buat dengan bahan seadanya. Yaitu dari karung sak yang diisi pasir dan disusun rapi di pinggir sungai sepanjang 30 meter,” katanya.

Menurutnya, di RW 2, Dusun Satrian ada bibir sungai yang tidak memiliki tanggul tangkis. Tempat ini rawan banjir selama ini. Karena itu, untuk sementara tempat itu dipasang tanggul darurat dari sak sepanjang 30 meter. Sebab, sampai saat ini di tempat itu tidak kunjung dibangun tanggul tangkit. Bahkan, kepastian dari pemerintah daerah, provinsi, maupun pusat untuk membangun tanggul tangkis di sana, tak kunjung ada.

Padahal, saat ini sudah memasuki musim hujan. Sehingga, warga pun memilih untuk membangun sendiri tanggul darurat, jika tidak maka banjor tadi malam itu akan semakin besar masuk kampong bahkkan masuk rumah warga, tutur Sumartono.

“Sebenarnya, lokasi ini sudah sering ditinjau dan diukur oleh petugas, entah itu dari daerah atau provinsi. Tapi sampai sekarang tidak dibangun tanggul. Padahal, kalau air sungai naik tinggi, pasti jebol tepi sungai ini,” ungkapnya.

Sebagai informasi, sejumlah desa di Kecamatan Dringu pernah mengalami banjir saat musim hujan pada Februari – Maret 2021. Ribuan KK terdampak banjir akibat luapan air sungai Kedunggaleng yang melintas di Kecamatan Dringu. Sejumlah infrastruktur pun rusak.

Namun, sampai kemarin penanganan infrastruktur pascabanjir di Kecamatan Dringu, belum sepenuhnya tuntas. Perbaikan pascabanjir yang sudah terealisasi hanya ada di dua titik saja. Yaitu, pembangunan 10 meter bronjong kawat di bawah jembatan gantung Desa Kedungdalem. Itupun, hanya sisi timur jembatan yang dibangun bronjong kawat. Sumber anggaran pembangunannya dari APBD Provinsi Jatim.

Lalu, pembangunan 40 meter bronjong kawat di Dusun Gandean, Desa/Kecamatan Dringu. Plengsengan di Dusun Gandean ini jebol paling parah saat banjir terjadi. Sumber anggaran pembangunan bronjong adalah dana sharing Pemkab Probolinggo dan Pemprov Jatim. Selain itu, ada beberapa penanganan pascabanjir yang belum terealisasi. Antara lain, normalisasi sungai Kedunggaleng. Pembangunan tanggul tangkis di beberapa titik di Desa Kedungdalem dan Dringu. Perbaikan plengsengan di beberapa titik di Desa Kedungdalem dan Dringu, tambahnya.(Wap)

Tags: