Banyuwangi Raih Penghargaan BPOM

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Banyuwangi, Bhirawa
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menerima penghargaan sebagai daerah dengan peran teraktif dalam penanggulangan obat tradisional mengandung bahan kimia obat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani bersama Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek kepada Plt. Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr Widji Lestariono di Jakarta, Rabu (11/2).
Widji Lestariono yang dihubungi dari Banyuwangi menjelaskan, selama ini Dinkes bersama BPOM melakukan pengawasan langsung ke produsen jamu. “Meski pengawasan obat di bawah kendali BPOM, pemkab juga rutin melakukan pembinaan pada produsen obat tradisional. Di Banyuwangi sendiri, terdapat 36 industri kecil obat tradisional,” tuturnya.
Bahkan Menteri Puan Maharani mendorong pemda lebih aktif mengawasi keamanan pangan dan jamu tradisional yang beredar di masyarakat.  “Terutama jajanan yang ada di sekolah-sekolah. Anak-anak merupakan aset negara, kalau sejak muda sudah diracuni bahan kimia bisa menurunkan kualitasnya. Banyuwangi cukup bagus dalam menjalankan program pengawasan pangan dan jamu ini,” kata Menteri Puan seperti dilansir Pemkab Banyuwangi, Rabu (11/2).
Kepala Badan POM, Roy A Sparingga, mengatakan Banyuwangi memiliki atensi tinggi terhadap pengawsan obat dan makanan. Misalnya, melakukan pengawasan rutin di sekolah-sekolah, pasar, dan toko jamu tradisional untuk melihat keamanan pangan dan produksinya. “Dalam hal ini bukan jumlahnya yang menjadi poin penilain dari Balai Besar Surabaya. Tetapi dukungan dan kerja sama yang ditunjukkan pemerintah,” ujar Roy A Sparingga.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Widji Lestariono, menuturkan seluruh puskesmas di Banyuwangi setiap tiga bulan sekali mengambil sampel jajanan anak sekolah yang ada di wilayah kerjanya. Seluruh puskesmas memiliki sarana untuk menguji jajanan sekolah apakah mengandung zat kimia berbahaya, seperti rhodamin, boraks, formalin, methylene yellow.
“Kita rutin gelar pengawasan dan uji sampling jajanan anak-anak sekolah. Hasilnya, pada akhir tahun kemarin, seluruh puskesmas melaporkan tidak ditemukan kandungan berbahahaya pada jajanan anak sekolah di Banyuwangi,” ujar Widji Rio.
Jika ditemukan bahan atau pangan yang tidak layak, pihaknya melakukan pembinaan kepada sekolah dan toko jamu tradisonal agar menghentikan produksi. “Ini telah kami lakukan secara berkelanjutan,” katanya.
Adapun pengawasan jamu tradisonal, Dinkes Banyuwangi dan BPOM melakukan pengawasan langsung ke produsen jamu. Meski pengawasan obat di bawah kendali BPOM, pohaknya rutin melakukan pembinaan pada produsen obat tradisional. Banyuwangi memiliki 36 industri kecil obat tradisional. “Kami emfasilitasi sejumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bidang makanan untuk melakukan uji laboratorium standardisasi secara gratis. Ada pula fasilitas sertifikasi halal MUI yang difasilitasi Pemkab Banyuwangi,” ujarnya. [nan]

Rate this article!
Tags: