Benahi Destinasi Wisata sebagai Investasi Masa Depan

Geliat Pariwisata di Bumi Angling Dharma (bagian – 2 habis)

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sadar jika potensi minyak dan gas (migas) yang ada di perut bumi Bojonegoro tak abadi. Untuk itu, dengan melimpahnya Dana Bagi Hasil (DBH) Migas yang nilainya ratusan miliar bahkan triliun rupiah per tahun, dana itu diperuntukkan investasi masa depan. Salah satunya pengembangan destinasi wisata.

Zainal Ibad, Wartawan Harian Bhirawa

Dibanding daerah lain, pengembangan pariwisata di Bojonegoro masih tertinggal. Sebut saja dengan Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Tuban yang letaknya bersebelahan dengan Bojonegoro jauh lebih maju. Di Lamongan terkenal dengan destinasi WBL (Wisata Bahari Lamongan), Tanjung Kodok dan Goa Maharani serta wisata religi Sunan Drajat. Di Tuban terkenal dengan wisata Pantai Boom, Ponpes Perut Bumi Al-Maghribi, Sunan Bonang dan Goa Akbar yang memiliki keindahan stalaktit dan stalagmit yang eksotis.
Sementara di Bojonegoro, hampir tak terdengar obyek wisata yang menjadi unggulan. Kalau pun diketahui, itu hanya didatangi masyarakat sekitar saja. Menurut pengakuan Ketua Perhimpungan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bojonegoro, Moch Subeckhi, tingkat hunian di 16 hotel yang menjadi anggota PHRI selama ini mencapai 100 persen.
Hanya saja, tingkat hunian hotel di daerahnya itu, dipenuhi pengunjung yang datang untuk berbisnis dan pekerja proyek migas, bukan untuk berwisata. “Saat musim liburan juga tidak mempengaruhi tingkat hunian hotel. Sebab sejumlah objek wisata yang ada belum mampu menarik pengunjung luar daerah,” ungkapnya.
Agar potensi wisata di Bumi Angling Dharma lebih dikenal luas, Bupati Bojonegoro Drs H Suyoto MSi, pun menginstruksikan seluruh jajarannya untuk bekerja keras untuk mengembangkan wisata yang ada. Seluruh jajaran SKPD diminta membuat perencanaan yang mendukung pengembangan sejumlah objek wisata. Mulai ketersediaan informasi objek wisata, sarana angkutan dan pendukung lainnya.
Kang Yoto, begitu sapaan Suyoto, menegaskan, langkah riil yang diambil dalam pembenahan wisata adalah dengan melakukan beberapa tahapan. Pertama, menemukan seluruh kekurangan dan masalahnya. Kedua, apa yang seharusnya ada dan yang tidak boleh ada. Ketiga, langkah apa yang dilakukan untuk mewujudkan harapan dan larangan bisa sesuai. Sedangkan keempat, adanya peraturan apa yang bisa mendukung.
“Kita ingin obyek wisata di Bojonegoro berkembang pesat. Tentunya dengan melibatkan masyarakat sekitar agar pengembangan obyek wisata itu bisa dirasakan manfaatnya. Mayoritas pengembangan wisata di Bojonegoro selalu melibatkan masyarakat,” katanya, saat ditemui Bhirawa di Pendopo Kabupaten, Sabtu (3/9).
Banyak Pilihan Destinasi
Di Kabupaten Bojonegoro sebenarnya memiliki banyak potensi wisata yang sangat menarik, unik dan langka. Salah satunya adalah Petroleum Geo-Heritage ‘Teksas’ Wonocolo. Obyek wisata ini sangat potensial karena satu-satunya di Indonesia, obyek wisata yang mengenalkan dunia eksplorasi minyak dan gas (migas).
Petroleum Geo-Heritage ‘Teksas’ Wonocolo adalah eksplorasi tradisional sumur tua di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro. Sumur tua tersebut merupakan peninggalan Kolonial Belanda. Menurut Kang Yoto, kata ‘Teksas’ merupakan singkatan dari Tekadnya Selalu Aman dan Sejahtera. Obyek wisata ini baru saja diresmikan pada 27 April 2016 lalu.
Dia mengklaim, Petroleum Geo-Heritage ‘Teksas’ Wonocolo merupakan destinasi wisata yang unik dan hanya satu-satunya di dunia. Di tempat ini para wisatawan dapat belajar tentang energi terbarukan. Dimana terdapat panas bumi yang bisa diolah menjadi geotermal.
“Belajar energi terbarukan dan tidak terbarukan itu bisa di Bojonegoro. Pengolahan secara lengkap juga ada di Bojonegoro, baik yang modern ataupun tradisional. Apalagi, Teksas Wonocolo juga punya kawasan untuk menguji adrenalin. Yaitu trail adventure, mountain bike, fun bike dan jeep adventure,” jelasnya.
Selain Petroleum Geo-Heritage ‘Teksas’ Wonocolo, Bojonegoro juga memiliki obyek wisata lainnya yang tak kalah menariknya. Yakni Kayangan Api yang terletak di kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro. Kayangan api merupakan fenomena geologi alam berupa keluarnya gas alam dari dalam tanah yang tersulut api. Sehingga menciptakan api yang tidak pernah padam walaupun turun hujan.
Untuk menuju lokasi wisata Kayangan Api dapat di tempuh dari Kota Bojonegoro arah selatan kira-kira 15 km atau sekitar 45 menit. Tempat wisata ini telah dibenahi dengan berbagai fasilitas seperti pendopo, tempat jajanan, jalan penghubung ke lokasi dan fasilitas lainnya.
Menurut Juru Kunci Kayangan Api, Mbah Juli, Kayangan Api adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pandhe yang berasal dari Kerajaan Majapahit. 50 meter sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang. Kubangan ini konon digunakan untuk merendam pusaka yang dibuatnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, Amir Syahid SSos MSi, Bojonegoro sebenarnya mempunyai banyak potensi wisata alam yang luar biasa. Pesonanya tersebar dihampir semua desa. Mulai wisata alam, budaya, wisata buatan dan wisata kuliner.
Tak hanya destinasi wisata Kayangan Api dan Petroleum Geo-Heritage ‘Teksas’ Wonocolo, di Bojonegoro juga ada obyek wisata Negeri Atas Angin, Wisata Alam Kedungmaor, Waduk Pacal, Wisata Krondonan, Tubing Growgoland, Dander Water Park dan Makam Wali Kidangan.
Selain itu juga ada petilasan Angling Dharma, wisata edukasi gerabah di Desa Rendeng Kecamatan Malo. “Untuk memeriahkan wisata, kami juga membuat berbagai festival yang bisa dikunjungi. Seperti Festival Belimbing, Festival Bengawan dan Gerbek Berkah Jonegaran,” kata Amir.
Bojonegoro juga memiliki agrowisata yang tak kalah dengan daerah lain. Agrowisata itu seperti Salak Wedi di desa Wedi dan Desa Tanjungharjo Kecamatan Kapas. Lalu, kebun jambu biji merah yang bersentra di Desa Mayanggeneng, Kecamatan Kalitidu. Ada juga agrowisata belimbing di Desa Ngringinrejo dan Desa Mojo, Kecamatan Kalitidu.
Harus Ada yang Istimewa
Geliat pengembangan destinasi wisata di Kabupaten Bojonegoro ini pun disambut baik Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Jatim, Arifudin Syah. Menurut dia, potensi pariwsata di Bojonegoro selama ini tidak pernah terdengar dan tidak berkembang.
Arifudin mengakui, dirinya tidak mengetahui apa potensi besar yang layak jual, khususnya bagi wisatawan mancanegara. Oleh karena itu, jika Pemkab Bojonegoro ingin mengembangkan pariwisata harus bekerja lebih ekstra keras. Mengingat destinasi wisata Bojonegoro belum dikenal, utamanya di Jatim.
“Memang harus kerja keras jika ingin menjual obyek wisata yang belum dikenal khalayak ramai. Semua harus dipersiapkan dengan matang sebelum mempromosikan secara besar-besaran. Jangan sampai destinasi wisata sudah dipromosikan tapi obyek wisatanya belum siap. Justru itu akan membunuh wisata tersebut,” ungkapnya.
Di Bojonegoro, katanya, ada beberapa destinasi yang menarik untuk dijual. Diantaranya adalah potensi hutan jati yang sangat luas, Suku Samin dengan legenda-legendanya yang unik.
“Hutan jati mungkin bagi warga lokal biasa saja. Tapi bagi orang yang tidak pernah melihat hutan itu sangat menarik. Apalagi di hutan ada api abadi seperti Kayangan Api. Ini kalau dikemas sebenarnya menarik. Contohnya, di Swiss orang ingin melihat salju. Bagi warga Swiss salju itu biasa, tapi bagi orang tropis seperti Indoensia salju itu sangat menarik. Begitu pula orang yang tidak pernah lihat hutan jati, itu sangat luar biasa indah,” tuturnya.
Pariwisata, jelasnya, jika dikembangkan dengan sangat baik memiliki 16 kali lipat multiplayer efek. Selain obyek wisatanya yang mendatangkan kuntungan, tapi sektor-sektor lain akan ikut berkembang. Seperti kuliner, hotel atau penginapan, cinderamata, transportasi hingga usaha agen travel.
“Tapi perlu diingat, sebelum mempromosikan secara besar-besaran harus ada sesuatu yang istimewa di Bojonegoro. Apa itu ?, ya yang tahu pemerintah daerah. Kita dari Asita akan ikut membantu dan memberikan masukan dan menjual paket-paket wisata yang ada. Satu lagi, jangan sampai kekhasan Bojonegoro itu diubah. Yang khas di Bojonegoro itu yang menarik, karena tidak ada di daerah lain,” tegasnya. [iib]

Tags: