Berikan Manajemen Lumbung Hadapi Masa Paceklik

Menghadapi puncak musim hujan, banyak para petani sayur di Kota Batu yang beralih menanam padi.

Menghadapi puncak musim hujan, banyak para petani sayur di Kota Batu yang beralih menanam padi.

Batu, Bhirawa
Pemkot Batu menyatakan keinginannya untuk menjadi sentra penghasil beras. Untuk itu Pemkot Batu memberikan kemudahan bagi para petani padi, termasuk penyediaan fasilitas penunjang pasca panen. Salah satunya mereka menyediakan lumbung padi di tujuh desa/kelurahan penghasil padi/beras di kota ini.
Tahun ini Kantor Ketahanan Pangan Kota Batu terus memberikan sosialisasi kepada petani agar bisa menggunakan lumbung, termasuk memanfaatkan lantai penjemurannya. Selain itu juga memberikan wawasan tentang manajemen pengisian lumbung kepada para petani. Hal ini dimaksudkan agar lumbung padi tetap ada isinya.
“Dengan demikian saat datang musim paceklik, warga Kota Batu tidak akan kekurangan beras,” kata Kasi Ketersediaan Pangan dan Kerawanan Pangan di Kantor Ketahanan Pangan Kota Batu Ahmadi Zubaidi saat dikonfirmasi, Minggu (1/3).
Saat ini, Pemkot Batu melalui Kantor Ketahanan Pangan telah membangun lumbung di tujuh titik pembangunan lumbung padi yang tersebar di tiga kecamatan yang ada. Di Kecamatan Bumiaji, lumbung dibangun di Desa Giripurno, Kecamatan Batu di Kelurahan Temas, dan Kecamatan Junrejo di Desa Pendem, Desa Mojorejo, Desa Junrejo, dan Desa Torongrejo.
“Dengan adanya lumbung padi ini maka ke depan bisa memudahkan para petani untuk menjemur dan menyimpan gabah hasil panen. Dan diharapakan para petani bisa memfungsikan lumbung ini secara maksimal,” tambah Zubaidi.
Ia menjelaskan bahwa bantuan lumbung ini telah dilengkapi dengan lantai penjemuran. Karena itu petani bisa langsung menyimpan padi yang telah dijemur itu di gudang yang telah tersedia.
Untuk diketahui, ukuran lumbung berkisar antara 6 meter x 12 meter. Sedangkan lantai tempat penjemuran padi berukuran 5 meter x 10 meter. Untuk membangun lumbung tersebut Pemkot Batu telah menghabiskan dana hingga Rp 1,134 miliar. Adapun untuk satu bangunan gedung lumbung padi menelan anggaran sebesar Rp 162 juta.
Sementara, salah satu petani padi di Bumuaji, Sumardi, mengatakan selama ini pihaknya selalu menyimpan gabah hasil panen di rumah. Ia hanya bisa menggunakan sisa lahan di rumahnya yang tidak terlalu luas untuk menjemur gabah.
Dengan keberadaan lumbung dan tempat penjemuran gabah ini, ia optimistis akan banyak para petani lain yang akan bertanam padi. Karena mereka tak akan bingung lagi untuk mencari tempat penyimpanan gabah. “Apalagi ketika datang musim penghujan, banyak para petani sayuran yang beralih ke pertanian padi karena memiliki risiko lebih kecil,”ujar Sumardi. [nas]

Tags: