Bersiap Menuju Industri Asuransi Jiwa Digital

Wahyu Kuncoro SNOleh :
Wahyu Kuncoro SN
Wartawan Harian Bhirawa

Di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional, industri asuransi jiwa ternyata berhasil membukukan pertumbuhan positif. Data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan total pendapatan premi industri asuransi jiwa pada kuartal II 2015 meningkat 26,6% menjadi Rp 67,82 triliun dari sebelumnya Rp53,58 Triliun di kuartal II tahun 2014.
Kekuatan industri asuransi jiwa ditunjukkan pula oleh jumlah investasi yang meningkat 21% menjadi Rp 320,51 triliun yang secara langsung turut meningkatkan total aset sebesar 23,2% menjadi Rp 368,52 triliun dari sebelumnya Rp299,22 triliun. Pada kuartal pertama, AAJI mencatat total pendapatan industri asuransi jiwa di Tanah Air pada kwartal I 2015 mencapai Rp44,80 triliun atau tumbuh 15,9 persen dibanding periode yang sama 2014 yang mencapai Rp38,65 triliun. Pada kwartal I 2015, total aset industri asuransi jiwa meningkat 24,9 persen menjadi Rp380,82 triliun dari Rp304,98 triliun di periode yang sama tahun 2014.
Sementara kalau merujuk data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, dalam empat tahun terakhir yakni 2011 sampai dengan 2014, aset industri asuransi konvensional mengalami pertumbuhan rata-rata lebih dari 16 persen. Kondisi senada juga ditunjukkan oleh rata-rata pertumbuhan investasi dan premi yang masing-masing tumbuh sebesar 14,4 persen dan 21,0 persen. Sedangkan premi industri asuransi nasional sampai dengan September 2015 telah mengalami peningkatan sebesar 17,1 persen dari posisi Agustus 2015 dan meningkat sebesar 11,9 persen dari posisi yang sama di 2014. Premi yang terbesar disumbangkan oleh perusahaan asuransi jiwa, diikuti oleh premi asuransi sosial dan asuransi umum.
Realitas tersebut –setidaknya merujuk data AAJI dan OJK– mengindikasikan betapapun kondisi ekonomi nasional yang melemah serta gejolak pasar saham pada kuartal kedua 2015 berdampak terhadap industri nasional, termasuk di dalamnya industri asuransi jiwa, namun industri asuransi jiwa masih dipercaya oleh masyarakat sehingga tetap mampu mencatatkan kinerja positif. Terbukti adanya peningkatan total pendapatan premi, baik total premi bisnis baru maupun lanjutan. Kondisi ini juga mencerminkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya perencanaan keuangan masa depan dan persiapan perlindungan bagi diri sendiri dan keluarga sedini mungkin.
Namun demikian, terlepas dari meningkatnya angka nasabah asuransi baik berdasar data AAJI dan OJK di atas, harus diakui bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk berasuransi di tanah air tergolong rendah. Sampai akhir September 2015, tingkat penetrasi asuransi konvensional baru mencapai 2,51 persen dengan densitas sebesar Rp1,1 juta. Di sisi lain, tingkat penetrasi dan densitas industri asuransi syariah baru mencapai 0,08 persen dan Rp40 ribu. Tingkat penetrasi ini masih jauh jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Di Singapura, tingkat penetrasinya mencapai 4,3%. Kemudian di Thailand, penetrasi asuransinya sudah mencapai 4,7%. Sementara di Malaysia, tingkat penetrasi asuransinya mencapai 3%.
Merujuk pada data World Insurance Outlook (2014), untuk tingkat penetrasi, Indonesia menempati posisi ke 73 dunia. Sementara berdasarkan total premi, posisi Indonesia berada di 34 besar dunia. Artinya, dengan tingkat penetrasi yang relatif masih rendah, Indonesia mampu menempati posisi yang relatif bagus. Bayangkan, jika saja Indonesia berhasil menaikkan peringkat penetrasinya, maka ranking Indonesia berdasarkan total premi tentu akan melonjak signfikan.
Rendahnya kesadaran masyarakat berasuransi disebabkan karena minimnya tingkat pemahaman akan pentingnya berasuransi. Sebagian masyarakat beranggapan masih banyak kebutuhan lain yang lebih mendesak ketimbang menyisihkan sebagian penghasilan untuk keperluan proteksi diri dan harta bendanya. Apalagi, jika mengharapkan masyarakat memandang asuransi sebagai instrumen investasi, mungkin masih terlalu jauh. Masyarakat relatif tidak melihat jangka panjang sehingga cenderung menganggap sebelah mata terhadap kepentingan untuk memiliki proteksi risiko. Di sisi lain, persoalan kepercayaan terhadap pelayanan asuransi, khususnya dalam klaim juga menjadi stigma negatif tentang asuransi yang sulit memberikan keuntungan.
Penetrasi Lewat Media Digital
Kebutuhan masyarakat modern hari ini sudah tidak bisa dihindarkan dari sentuhan dengan ranah  digital. Melalui internet, kita tidak hanya bisa memperoleh informasi, namun juga mendapatkan berbagai fasilitas hiburan, sistem transaksi jual beli, sistem pembayaran online maupun berjejaring melalui social media. Keuntungan lainnya, dengan menggunakan internet, berbagai aplikasi mobile juga bisa dapatkan. Apalagi, untuk bisa mengakses internet tidak lagi hanya dengan komputer atau laptop saja, namun dengan adanya handphone berbasis smartphone segala kemudahan bisa kita dapatkan.
Fenomena tersebut memaksa para pengusaha termasuk di antaranya pengusaha asuransi untuk mengembangkan perusahaannya di ranah dunia digital atau online. Dengan kata lain transformasi layanan bisnis industri asuransi kearah digital menjadi strategi bisnis agar bisa menjadi yang terdepan. Perkembangan terbaru penggunaan teknologi digital ini, memungkinkan nasabah dapat membeli perlindungan asuransi tanpa harus berkomunikasi tatap muka ataupun suara dengan pihak asuransi. Seluruh proses dapat dilalui dengan teknologi digital ini, karena fasilitas yang disediakan memungkinkan untuk itu.
Beberapa perusahaan asuransi jiwa terlihat sangat agresif dalam melakukan perubahan demi memanfaatkan teknologi digital ini. Transformasi yang telah dilakukan perusahaan asuransi umumnya menyangkut tigal hal yakni pertama, sebagai sumber informasi konsumen untuk meningkatkan kesadaran berasuransi. Kedua, sebagai upaya untuk menjual produk asuransi secara online dan ketiga, memberi ruang untuk perbaikan di dalam layanan pendukung bagi para nasabah dan distributor, yang mengizinkan nasabah untuk menerima pengaduan dan masukan melalui sosial media, seperti facebook atau twitter.
Digital telah memungkinkan alur kerja operasional untuk meningkat lebih signifikan. Teknologi digital dapat mengurangi waktu pemrosesan untuk aplikasi bisnis baru dan kebijakan manajemen. Terpenting adalah nasabah juga menjadi pihak yang diuntungkan dengan peningkatan ini karena dapat menikmati perlindungan dengan lebih cepat. Teknologi digital juga dapat membantu pihak industri asuransi untuk menjawab kebutuhan nasabah, distributor, hingga karyawan perusahaan asuransi sendiri. Digital telah memberi peluang yang besar bagi perusahaan asuransi agar dapat memberi layanan yang lebih baik lagi, yaitu perlindungan jiwa, kerugian, serta perencanaan nasabah di masa depan.
Penggunaan teknologi digital di kalangan perusahaan asuransi untuk aktivitas pemasaran, merupakan sesuatu yang tak terhindarkan. Generasi baru yang ‘melek digital’ lebih nyaman dengan teknologi ini untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk perlindungan asuransi. Penelitian yang dilakukan AAJI juga menunjukkan pemanfaatan teknologi informasi dalam industri asuransi diyakini mampu memangkas biaya operasional 10% hingga 20%. Sebab dengan teknologi informasi, bisa menyederhanakan pekerjaan, memberikan nilai tambah dan mengurangi biaya transaksi dan proses penerbitan polis.
Dengan demikian, industri asuransi jiwa memiliki peluang untuk terus bertumbuh dan berkembang di waktu-waktu mendatang, sejalan dengan masih rendahnya tingkat penetrasi asuransi. Namun, dibutuhkan berbagai macam inovasi dan kreatifitas dari pelaku industri asuransi guna meningkatkan penetrasi asuransi itu guna terus bertumbuh lebih maksimal.
Era Baru Asuransi Jiwa Digital
Berdasarkan data AAJI, sebanyak 90% dari total pelaku usaha asuransi jiwa di Tanah Air sudah memiliki website. Lima situs teratas yang tercatat laris manis dikunjungi pengguna internet (web traffic terpadat) adalah Prudential Indonesia, Commonwealth Life, Allianz Indonesia, dan Great Eastern, serta Manulife. Namun demikian,  belum banyak website perusahaan asuransi ini yang melayani transaksi penjualan produk asuransi secara elektronik.
Beberapa perusahaan asuransi yang sudah menawarkan produk asuransi secara online, antara lain Central Asia Financial lewat brand Jagadiri, AIG Insurance, dan Adira Insurance. Bahwa meski belum semua pelaku industri asuransi memanfaatkan media digital untuk melakukan penetrasi pasar.
Commonwealth Life, sebagai pemain utama asuransi jiwa juga mulai  menggarap pemanfaatan media digital dalam menyasar pasar asuransi jiwa. Misalnya, dengan meluncurkan kalkulator finansial versi terbaru, yang menyediakan fitur fasilitas keuangan yang mudah digunakan dan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Kalkulator finansial ini akan membantu dan memungkinkan siapa saja untuk merencanakan dan memahami tujuan dan kebutuhan finansial mereka. Fasilitas ini memang tidak bertujuan untuk menggantikan peran dari profesi perencana keuangan profesional.
Langkah Commonwealth Life untuk memanfaatkan media digital sesungguhnya bukan langkah tanpa bekal. Penghargaan yang pernah diterima berupa 4th Infobank Digital Brand of The Year 2015  beberapa waktu lalu  sejatinya menunjukkan kalau Commonwealth Life  telah berhasil dalam membangun citra positif di kalangan masyarakat lewat media digital. Modal inilah yang harus dikembangkan kalau ingin menjadi yang terdepan dalam melakukan  penetrasi pasar asuransi melalui media digital.

                                                                                                                           ——– *** ———

Tags: