Bincang bincang Program One Pesantren One Product

Suasana ngobrol santai beberapa pengusaha dengan pimpinan OPD Pemprov Jatim, Rabu (27/3) sore kemarin.

Komitmen Berdayakan Masyarakat, Rancang Sinergi Pengusaha – Birokrasi
Surabaya, Bhirawa
Berawal dari sekadar diskusi santai terkait program One Pesantren One Product yang diluncurkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, siapa sangka justru melahirkan banyak rencana besar untuk mengungkit perekonomian di Jatim. Beberapa sinergi dan kerjasama antara pengusaha dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Jatim pun kemudian dirancang dan segera akan direalisasikan.
Bertempat di salah satu ruang rapat D~Net di Hotel Bumi Surabaya, beberapa pengusaha dan pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) Pemprov Jatim bertemu. Tujuan awalnya, ingin mendiskusikan lebih jauh terkait program One Pesantren One Product (OPOP) yang diluncurkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Hadir dalam pertemuan tersebut Kepala Bakorwil V Jember Tjahjo Widodo, Kadisperindag Jatim Drajat Irawan, Pengurus Koperasi Annisa Muslimat NU Yayuk Wahyuningse, Direktur PT Dutakom Wibawa Putra Caroline Gondokusuma, Kadis Koperasi dan UMKM Jatim dan Kabiro Kesra Pemprov Jatim mewakilkan pejabat yang membidangi dan beberapa pengusaha lainnya.
“Kebetulan di wilayah Bakorwil Jember banyak sekali pondok pesantren, maka saya berinisiatif secara informal komunikasi dengan teman teman OPD dan pengusaha untuk ngobrol masalah konsep Ibu Gubernur,” kata Kepala Bakorwil V Jember Tjahjo Widodo, Rabu (27/3) sore.
Menurut Tjahjo, ide program OPOP bertujuan untuk memberdayakan sekaligus menjadikan pesantren mandiri secara ekonomi.
“Secara faktual sudah banyak pesantren yang punya produk yang bisa dikembangkan. Tentu hal positif tersebut juga akan semakin baik bila dikembangkan ke pesantren-pesantren lain. Agar ini menjadi gerakan yang masif sinergi antara birokrasi dan pengusaha menjadi penting,” tegas Tjahjo Widodo lagi. Lantaran itulah, dirinya ketika sedang bertugas di Surabaya berinisitaif mengontak beberapa teman birokrat dan pengusaha untuk bertemu dan berdiskusi.
“Sebenarnya banyak teman OPD seperti Kadis Koperasi dan UKMK dan Kabiro Kesejahteraan Sosial yang antusias untuk bersinergi . Namun karena acara ini mendadak jadi belum bisa hadir tapi sudah mengirimkan utusannya,” kata Tjahjo lagi.
Pimpinan perusahan jaringan internet D~Net, Caroline Gondokusuma mengaku tertarik dengan program OPOP dan berharap bisa berkontribusi dengan program tersebut sesuai dengan product yang dimiliki yakni dibidang internet dan jaringan.
“Bisa jadi program ini ingin mengajak pesantren untuk bisa menghasilkan product khusus yang akan membuat pesantren tersebut lebih berdaya dan mandiri. Dalam konteks pengembangan ekonomi maka kebutuhan jaringan dan konektivitas (internet) menjadi penting,” kata Caroline lagi. Secara khusus Caroline juga menceritakan melalui pembangunan jaringan yang disertai dengan pelatihan-pelatihan, D~Net juga telah berhasil membantu pemberdayakan beberapa petani di kaki Gunung Bromo.
“Melalui teknologi dan difasilitasi jaringan koneksi yang baik, para petani kentang di Bromo berhasil berkembang maju,” katanya. Selain itu, pihaknya juga menawarkan membantu pelaksanaan program OPOP dengan menggandeng pengusaha lainnya untuk berbagi ilmu dan pengalaman kalau ada pesantren yang berminat, misalnya salah satunya adalah memproduksi karpet atau juga produk lainnya.
“Misalnya kebutuhan karpet untuk pesantren dan kegiatan agama cukup tinggi kalau ada pesantren yang berminat kami siap membantunya,” kata Caroline
Kadisperindag Jatim Drajat Irawan juga memiliki antusias yang tinggi untuk ikut memberdayakan pesantren.
“Ibu gubernur punya tanggungan berat untuk mengentaskan daerah daerah miskin yang ada di Jatim. Kami tentu punya kewajiban untuk ikut menggarap daerah daerah miskin dengan program yang ada di masng-masing OPD,” jelas Drajad. Beberapa program yang sedang dikembangkan Disperindag Jatim misalnya adalah menghadirkan Pasar Standar Nasional Indonesia (SNI) di Jawa Timur.
“Kami punya keinginan agar pasar pasar tradisional yang secara langsung bersentuhan dengan masyarakat itu bisa menjadi tempat yang nyaman untuk bertransaksi ekonomi,” jelas Drajat. Harapannya, gulung tikarnya pasar-asar tradisional tidak akan terjadi.
“Di tengah serbuan pasar-pasar modern, hadirnya Pasar SNI menunjukkan kalau pemerintah itu ada dan bersama masyarakat,” jelas Drajat lagi.
Salah seorang pengurus Koperasi Annisa Muslimat NU Yayuk Wahyuningse mengaku antusias dan tertarik untuk mengembangkan pasar SNI.
“Muslimat NU yang anggotanya jutaan ini tentu sangat berkepentingan dengan pasar. Saya komunikasikan dengan pengurus pimpinan Muslimat untuk mengembangkan pasar SNI ke kantong-kantong Muslimat di Jatim,” jelas Yayuk lagi. Secara khusus, Yayuk juga menyampaikan keinginannya melalui Koperasi Annisa milik Muslimat NU untuk ikut dalam pengelolaan Sistem Resi Gudang di Jatim yang belum optimal di Jatim.
“Kami memang sedang melirik SRG ini. Harapannya Disperindag Jatim bisa mendampingi kami dalam memberdayakan ekonomi masyarakat bahwa lewat SRG maupun pengembangan Pasar SNI nanti,” kata Yayuk berharap.
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 2 jam tersebut, dicapai beberapa kesepakatan diantaranya segara dilakukan pelatihan dan pendampingan bagi pesantren-pesantren yang potensial, memperkuat sinergi Muslimat NU dengan Disperindag untuk menggarap Pasar SNI dan SRG, dan kesepatan untuk menindaklanjuti dengan pertemuan dan kegiatan yang lebih konkret lagi. [Wahyu Kuncoro SN]

Tags: