BKP Surabaya Tingkatkan Industri Kreatif Makanan

Hari Tjahyono (dre/bhirawa)

Hari Tjahyono (dre/bhirawa)

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Beragam upaya dilakukan pemerintah kota (Pemkot) Surabaya untuk memberdayakan masyarakat.  Dengan tujuan, meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan warga. Salah satunya dimotori oleh Kantor Badan Ketahanan Pangan (BKP).
Instansi di Jalan Kasuari ini rutin menggelar pelatihan dan penyuluhan diversifikasi (penganekaragaman) makanan. Kegiatan itu bermuara pada munculnya kreasi olahan makanan dari bahan baku yang sebenarnya sudah jamak ditemui.
”Bahan baku yang diolah menjadi bahan siap konsumsi akan membuatnya bernilai jual lebih tinggi. Ini merupakan industri kreatif di bidang makanan,” kata Kepala Kantor Ketahanan Pangan Hari Tjahjono, ketika ditemui Bhirawa.
Dia menyebutkan nama sejumlah produk. Misalnya, pizza sukun, puding ubi jalar, sup labu kuning, brownies waluh, dan kripik bentol balado. Semua bahan baku makanan tadi sejatinya gampang didapatkan di pasar dengan harga murah. Namun, setelah diolah, nilai jualnya pasti lebih tinggi.
Pelatihan tersebut dilaksanakan setindaknya satu minggu sekali. Lokasinya, di kelurahan yang sudah terdaftar dalam data Musrenbang Pemkot.
Kelurahan itu sudah lebih dulu mengajukan permohonan pelatihan pemberdayaan masyarakat. Ketahanan Pangan juga berkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lain. Harapannya, tidak terjadi over lapping dengan dinas lain.
Koordinasi juga berfungsi sebagai bentuk pendampingan. Masyarakat yang sudah dilatih akan dipantau terus menerus oleh dinas terkait.
”Misalnya, mereka yang sudah dilatih itu butuh bantuan alat dan perkakas, kita bisa komunikasikan dengan bappemas KB. Jika butuh bantuan modal, bisa dibicarakan dengan dinas koperasi. Sedangkan kalau sudah punya toko, untuk keperluan merk dan izin usaha, bisa di-handle dinas perdagangan dan perindustrian,” kata mantan Camat Tegalsari ini.
Intinya, Pemkot tidak akan melepas begitu saja warga yang sudah menerima pelatihan. Mereka akan didampingi sampai benar-benar bisa mandiri. Terbukti, sudah ada warga binaan yang sukses menjalankan bisnis.
Ditambahkan Kasi Kewaspadaan dan Keanekaragaman Pangan Purwo Hendrayanto, pihaknya juga memberi penyuluhan tentang kandungan gizi dan zat berbahaya.
Jadi, mereka yang ingin berkiprah di dunia industri kreatif bidang makanan bisa paham mana bahan yang boleh dipakai dan mana yang tidak.
”Penyuluhan terkait zat-zat berbahaya ini juga kami lakukan di sekolah-sekolah,” paparnya. Penyuluhan di sekolah berfungsi untuk memberi wawasan para murid, guru dan wali siswa tentang makanan yang aman dikonsumsi. Sebab, tidak semua makanan olahan baik bagi kesehatan. [dre]

Tags: