Bonus Demografi Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Bonus demografi dapat berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah sebesar 10-15 persen. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk berasal pada usia produktif yang aktif menggerakan roda perekonomian.
“Keadaan ini dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi suatu wilayah. Peluang yang besar tentu saja berkaitan dengan tersedianya SDM yang produktif dan berkualitas yakni generasi muda,” Kata Sekdaprov Jatim Dr.H. Ahmad Sukardi Pada Pembukaan Seminar Mendobrak Fatalisme Remaja di Era Bonus Demografi Melalui Peran Pemua Agama di Ruang Rapat Bappeda Jatim Surabaya, Selasa (25/8)
Dia mengungkapkan, sesuai dengan yang telah diprediksi PBB, Indonesia secara nasional akan mengalami bonus demografi mulai tahun 2020 hingga 2030. Namun Jatim akan mengalami masa bonus demografi hingga kira-kira sepuluh tahun mendatang.
“Bonus demografi muncul dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum terlalu banyak. Bonus demografi adalah suatu kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif (15-60 tahun) lebih tinggi dari pada jumlah usia non produktif (<15 tahun dan >60 tahun) sehingga angka ketergantungannya rendah (50%),” katanya.
Lanjutnya, oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengoptimalkan bonus demografi adalah meningkatan kualitas kaum muda. Dengan membentuk generasi yang tangguh, cerdas, bermoral serta memiliki jiwa entreprenur.
“Program pemprov sejalan dengan program  generasi berencana yang telah digagas BKKBN untuk memberikan pemahaman kepada remaja tentang berbagai pengetahuan seperti pendewasaan usia perkawinan, menghindarkan remaja dari resiko free sex, HIV dan narkoba. Program Genre ini dilaksanakan melalui pembentukan  Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja), Bina Remaja (BKR) dan Saka Kencana,” jelasnya.
Dia menyampaikan, berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatan kualitas generasi muda Jatim tidak selali berjalan dengan mudah. Banyak sekali fenomena di masyarakat menunjukan adanya gejala apatis dan putus asa dari para pemuda.
Apabila hal tersebut terjadi, maka kaum muda tidak akan termotivasi untuk pengembangan diri, mereka akan cenderung malas untuk mencari kesempatan dalam meningkatkan kesejahteraan hidup dan akhirnya tidak akan berperan aktif dalam pembangunan.
“Untuk itulah peran pemuka agama menjadi sangat penting untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pendekatan spiritual yang mendukung motivasi generasi penerus untuk membangun pribadi dan bangsa yang lebih baik,” tegasnya.
Penanaman etika moral, menurut Sukardi, menjadi salah satu kunci keberhasilan yang saat ini cenderung dilupakan dan dianggap budaya timur yang sopan santun adalah kuno dan tidak fleksibel. Apabila etika budaya yang dipadu dengan pendekatan agama, saya yakin akan menghasilkan generasi yang berakal dan berakhlak baik.
“Melalui dakwah pemuka agama diharapkan dapat membantu pembentukan pribadi remaja yang lebih baik, meningkatkan optimisme dan motivasi kaum muda sesuai yang kita inginkan. Sehingga bonus demografi dapat dimanfaatkan secara optimal oleh provinsi Jatim untuk meningkatan kesejahteraan,”tegasnya.
Untuk mengulas dan mencari solusi, pada seminar tersebut dihadiri Ketua Umum Koalisi Kependudukan Indonesia, Dr Sonny Hari B. Harmadi SE, Prof Dr. KH Imam Mawardi pimpinan Ponpes Bustanul Ulum Lenteng Sumenep, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Ir. Dwi Listyawardani Msc,Dip. Com dan pemuka dan tokoh agama  se Jatim. [iib]

Tags: