Bromo Siaga, Juanda Terima Pengalihan Penerbangan

Masyarakat di sekitar Gunung Bromo dan wisatawan dilarang memasuki kawasan dalam radius 2,5 km dari kawah aktif gunung seiring terus meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Bromo, Selasa (15/2).

Masyarakat di sekitar Gunung Bromo dan wisatawan dilarang memasuki kawasan dalam radius 2,5 km dari kawah aktif gunung seiring terus meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Bromo, Selasa (15/2).

Pemprov, Bhirawa
Bandara Internasional Juanda menerima satu pengalihan penerbangan menyusul ditutupnya Bandara Abdulrachman Saleh Malang akibat abu Gunung Bromo.
Legal and Communication Bandara Internasional Juanda Liza Anindya mengatakan akibat penutupan Bandara Abdulrachman Saleh Malang ini satu penerbangan pendaratannya harus dialihkan ke Bandara Internasional Juanda.
“Untuk penutupan hari ini (kemarin, red), kami masih menerima satu penerbangan yang dialihkan pendaratannya dari Bandara Abdulrachman ke Juanda yakni dari maskapai penerbangan Citilink,” katanya di Sidoarjo, Selasa (15/12).
Ia mengemukakan, sesuai data yang diterima dariĀ  Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika penutupan bandara di Malang tersebut dilakukan sejak pukul 10.00 sampai dengan Rabu (16/12) pukul 10.00.
“Untuk saat ini, pengalihan pendaratan tersebut masih belum mengganggu sejumlah jadwal penerbangan yang berada di Bandara Internasional Juanda Surabaya,” katanya.
Dia mengatakan, akan terus melakukan koordinasi dengan petugas lainnya terkait dengan pentupan bandara ini. “Terutama kepada maskapai penerbangan, kami akan terus melakukan koordinasi terlebih pada kondisi penumpang yang menggunakan jasa angkutan penerbangan,” katanya.
Dikatakannya jika berdasarkan pada pengalaman sebelumnya, penumpang yang mendarat di Bandara Internasional Juanda akan dialihkan menggunakan moda transportasi darat menuju ke Malang. “Namun demikian kami masih belum mendapatkan informasi resmi dari maskapai penerbangan terkait dengan pangalihan pendaratan ini,” katanya.
Aktivitas vulkanik Gunung Bromo masih tetap tinggi begitu pula letusan masih terus berlangsung. Berdasarkan Pos Pengamatan Gunung Bromo PVMBG, Selasa (15/12) pukul 00.00-06.00, cuaca terang, angin tenang, Gunung Bromo tampak jelas, tampak abu vulkanik kelabu-kecokelatan sedang – tebal, tekanan sedang hingga kuat.
Tinggi abu vulkanik sekitar 1.500 meter di atas puncak kawah (3.829 m dpl) tertiup angin ke barat – barat laut. Seismik amplitudo maksimum terekam 4-28 mm dengan dominan 8 mm. Terdengar suara gemuruh lemah dari kawah. Status masih tetap Siaga atau level III.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan sifat letusan Gunung Bromo adalah strombolian yang memiliki ciri seringnya terjadi letusan-letusan kecil yang tidak begitu kuat, namun terus menerus dan material yang dimuntahkan berupa material padat, gas, dan batu dan eksplosivitasnya rendah.
“Potensi bahaya letusan Gunung Bromo adalah terjadinya erupsi preatik dan magmatik yang tiba-tiba, dengan sebaran material vulkaniknya berupa hujan abu lebat dan lontaran batu (pijar) mulai sekitar kawah hingga radius 2,5 km dari pusat erupsi,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, masyarakat di sekitar Gunung Bromo dan wisatawan dilarang memasuki kawasan dalam radius 2,5 km dari kawah aktif Gunung Bromo. Masyarakat di sekitar Gunung Bromo juga diharap tenang, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Bromo, dan tetap menjaga kewaspadaan terhadap kejadian erupsi yang menerus dan lebih besar.
“Wisatawan silakan berkunjung menikmati keindahan alam Gunung Bromo. Daerah di Kabupaten Probolinggo dan Lumajang tidak terdampak langsung, karena arah angin dominan ke barat sehingga hujan abu vulkanik dan pasir hanya di sebagian Kabupaten Malang dan Pasuruan. PVMBG, BNPB, BPBD dan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru selalu berkoordinasi menyampaikan informasi kepada masyarakat,” pungkasnya.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim terus tingkatkan kewaspadaan untuk antisipasi erupsi Gunung Bromo. Kesiapsiagaan dilakukan karena status Bromo saat ini terus mengalami peningkatan. Koordinasi pun telah dilakukan dengan empat daerah yakni Probolinggo, Lumajang, Pasuruan dan Malang.
Peta kontijensi juga telah ditetapkan khususnya jalur evakuasi. Untuk jalur ini, BPBD telah memetakan kawasan yang paling berbahaya adalah empat Desa di Kecamatan Sakapura serta dua desa di Kecamatan Sumber, Probolinggo.
“Di Bromo yang ada penduduknya memang wilayah Sakapura, dan Sumber, Probolinggo. Sedangkan untuk Lumajang, Malang dan Pasuruan tidak ada penduduknya,” ujarnya.

Siapkan Jalur Evakuasi
BPBD Kabupaten Probolinggo juga telah mempersiapkan jalur evakuasi, titik kumpul hingga pengungsian. “Kami sudah melakukan persiapan sebagai upaya mengantisipasi terjadinya erupsi Bromo,” kata Camat Sukapura Bambang Julius.
Kecamatan Sukapura adalah paling terpapar abu Bromo. Di kecamatan itu BPBD sudah menyiapkan pengungsian di empat titik, yakni di Pendopo Ngadisari, Ngadirejo, Lapangan Kecamatan Sukapura, serta bekas Hotel Grand Bromo. Di antara lokasi paling terdampak itu, yang paling dekat Ngadisari yang letaknya sekitar adalah 20 kilometer dari kaldera Bromo.
Logistik juga sudah ditempatkan di Gedung di depan Kantor Kecamatan Sukapura. Tenda pengungsi juga sudah didirikan di Lapangan Kecamatan Sukapura.
Kendati berbagai antisipasi sudah dilakukan, masyarakat Sukapura masih terlihat tenang. Masyarakat masih beraktivitas seperti biasanya dalam kondisi normal. Hingga saat ini, belum ada pengungsian.
Pemkab Pasuruan melalui BPBD juga menyiapkan petugas kesehatan bagi warganya yang terdampak erupsi Gunung Bromo di wilayah area terdampak yakni Kecamatan Tosari dan Tutur.
Kepala BPBD Kabupaten Pasuruan Bhakti Jati Permana menyampaikan memang sejauh ini belum ada warga di wilayahnya yang mengungsi akibat dampak vulkanik Gunung Bromo. Namun, pihaknya mengantisipasi dengan menyiagakan petugas kesehatan selama 24 jam.
“Antisipasi dampak sudah kami lakukan. Selain menyediakan masker, personel relawan, tagana, satpol PP linmas juga menyiagakan petugas kesehatan 24 jam. Pemantauan kondisi vulkanik Gunung Bromo setiap saat kami lakukan yakni dengan bekerjasama dengan Pusat Vulkanologi Metigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pemantauan Gunung Bromo,” ujar Bhakti Jati Permana kemarin.
Menurut Bhakti, dampak abu Gunung Bromo sudah menghujani dua kecamatan. Yakni Kecamatan Tosari di Dusun Ngawu Desa Wonokitri dan Dusun Kandangsari Desa Kandangan serta Kecamatan Tutur di Desa Ngadirejo.
“Dua Kecamatan itu sudah diguyur abu Gunung Bromo. Tapi secara keseluruhan kondisinya terpantau landai, dikarenakan frekuensi hujan di wilayah pegunungan Tengger Bromo mulai sering. Sehingga abu Gunung Bromo tersapu guyuran hujan,” jelas Bhakti Jati Permana.

600 Tagana Siaga
Sebanyak 600 taruna tanggap bencana (Tagana) baik di provinsi Jatim dan empat kab/kota kini masih dalam kondisi siaga. Mereka masih melangsungkan pemantauan terhadap kemungkinan meletusnya kembali Gunung Bromo.
Koordinator Tagana Jatim Dinas Sosial Jatim Alex mengatakan, saat ini berdasarkan laporan dari tagana yang ada di Gunung Bromo, belum ada tindakan pengungsian. “Tapi mereka sudah siap jika memang ada kemungkinan terburuk gunung tersebut meletus,” katanya.
Dikatakannya, para tagana juga ada yang berada di Kampung Siaga Bencana (KSB) seperti Lokasi KSB berada di kawasan Gunung Bromo tepatnya di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Alex juga mengatakan, dari hasil laporan tagana yang ada di lokasi Gunung Bromo menyebutkan dampak dari erupsi, abunya tipis, dan tidak semua pertanian mengalami kerusakan. “Sebab ketika terkena abu vulkanik namun tidak lama kemudian datang hujan mengguyur. Jadi tanaman masih belum begitu banyak mengalami kerusakan,” katanya.
Di sisi lain, Dinas Sosial Jatim juga akan mengirimkan satu truk untuk mengisi distribusi logistik jika memang ada kemungkinan gunung meletus. [iib,hil,wap,rac]

Tags: