Budayakan Gotong-royong di Warga Kota Malang

Prof. Dr. Hariono, saat memberikan materi sarasehan FKDM Kamis (3/3) kemarin

Prof. Dr. Hariono, saat memberikan materi sarasehan FKDM Kamis (3/3) kemarin

Kota Malang, Bhirawa
Gotong royong yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat Indonesia sudah mulai dilupakan, sebaliknya budaya materealistik justru makin kental. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Prof Dr Haryono, ketika menjadi pembicara sarasehan yang digelar oleh Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kota Malang, dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia ,(MEA), dan Perdagangan bebas, di Ruang Rapat Pesputakaan Universitas Negeri Malang (UM), Kamis (3/3) kemarin.
Itulah sebabnya, ujar Haryono, saat ini banyak perilaku masyarakat yang menyimpang dari ciri khas ke Indonesiaan, yang sarat denan nilai-nilai luhur Pancasila. Ia mencontohkan, kalau dulu ada sekolah rusak yang melakukan perbaikan adalah masyarakat sendiri, dengan melakukan gotong-royong dan saling membantu.
“Dulu kalau ada sekolah rusak, diperbaiki oleh masyarakat secara bergotong royong. Sekarang tidak seperti itu, semuanya diserahkan kepada pemerintah. Pihak sekolah tinggal mengajukan ke ke Pemerintah, semuanya beres,” tuturnya.
Pihaknya melihat kebiasaan seperti itu, sebenarnya sama sekali tidak mendidik masyarakat. Karena mereka tidak lagi memiliki kepedulian terhadap persoalan yang terjadi di lingkungannya. Selain itu, sekarang ini sudah terjadi perubahan sikap masyarakat. Jaman dulu jika diundang untuk berkumpul sangat mudah. Bahkan mereka langsung datang, tetapi saat ini setiap ada undangan masyarakat selalu menanyakan dapat apa.
“Semuanya dihitung dengan materi, budaya kita jadi luntur, masyarakat kita jadi matrealistik,” terangnya. Selain itu pihaknya juga prihatin, terhadap makin sedikitnya masyarakat yang gemar makanan tradisional. Makanan cepat saji makin digemari, padahal itu tidak sehat.
“Anak-anak kita jarang yang tahu tentang sayur lodeh, mereka lebih kenal dengan KFC, sementara yang makanan asli Indonesia makin tidak dia kenal. Masyarakat kita rela antre berjam-jam untuk mendapatkan makanan capat saji,” tukasnya.
Menurut dia, nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia, akan semakin tergusur dengan budaya asing. Seiring dengan perkembangan zaman, dan era keterbukaan, di saat MEA. Oleh sebab itu, kata dia perlu adanya upaya untuk mendorong kembali pada nilai-nilai ke Indonesiaan. Meskipun era pasar bebas tidak mungkin untuk dihindari. Tetapi seharusnya budaya Indonesia tetap dikedepankan.
Sementara itu, Kepala Bakesbang Kota Malang, Bambang Suharyadi, mengatakan sarasehan yang digelar oleh FKDM ini, untuk mencari solusi dalam kaitanya menghadapi era pasar bebas atau MEA. Sebab kata Bambang, Persoalan Ekonomi, selalu terlait dengan masalah sosial. Makanya dia berharap ada solusi, pemikiran yang nantinya akan direkomendasikan kepada Pemkot Malang.
“Perlu ada solusi dan pemikiran yang tepat, dalam menghadapi pasar bebas. Makanya sarasehan itu sebagai upaya untuk disampaikan kepada pemerintah,” imbaunya.   [mut]

Tags: