Cari Solusi Remunerasi, IGD Soetomo Bentuk Tim FKR

Yayuk Retnowati (kanan) menunjukkan data penerima remunerasi di unit IGD RSUD dr Soetomo, Rabu (8/4).

Yayuk Retnowati (kanan) menunjukkan data penerima remunerasi di unit IGD RSUD dr Soetomo, Rabu (8/4).

Surabaya, Bhirawa
Pasca demontrasi penuntutan tranparansi remunerasi (insentif) oleh sejumlah perawat dan pegawai IGD RSUD Dr Soetomo memaksa pihak manajemen IGD membentuk Forum Komunikasi Remunerasi (FKR). Dalam FKR ini pihak manajemen berserta para perawat dan pegawai IGD akan membahas dam mencari solusi remunerasi di unit IGD RSUD dr Soetomo.
“Kita sudah membentuk FKR sejak terjadinya kasus demonstrasi kemarin dan Alhamdullilah FKR ini terbentuk dan berisi 11 orang dari perwakilan unit di IGD,” ujar Koordinator Keperawatan IGD RSUD dr Soetomo Surabaya Yayuk Retnowati, Rabu (8/4).
Yayuk menyatakan, dalam FKR ini nantinya akan banyak meluruskan informasi yang tidak benar tentang pengelolaan dana remunerasi di IGD. Informasi yang tidak benar dan kurang menyeluruh dari pihak manajemen IGD kepada para perawat dan pegawai membuat demontrasi tidak dapat dihindarkan. ”Sebenarnya jika semua perawat dan pegawai ini mengetahui informasi yang benar maka demontrasi kemarin tidak akan terjadi. Selain itu demontrasi kemarin terjadi karena ada orang yang memprovokatori,” ucapnya.
Menurutnya, banyak dari perserta demontrasi yang kurang paham akan pembagian remunerasi. Padahal pemberian remunerasi yang diterima para perawat dan pegawai selama ini sudah melalui persetujuan bersama. Sebelum diberikan remunerasi bulan kedua para perawat dan pegawai sudah melakukan rapat yang dihadiri para perwakilan di masing-masing unit di IGD. Dalam rapat tersebut semua peserta menyetujui dana remunerasi yang akan diberikan akan dipotong beberapa persen untuk kepentingan 23 pegawai harian (pegawai non PNS dan BLUD).
“Kita memotong dana remunerasi semua perawat dan pegawai IGD untuk menambah pendapatan para pegawai harian di IGD yang dinilai minim hanya (600-800 ribu per bulan) per orang. Jadi pemotongan remunerasi ini tidak disalahgunakan melainkan untuk kepentingan tenaga harian di IGD,” paparnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, puluhan perawat dan pegawai IGD RSUD dr Soetomo menggelar aksi di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Mereka menuntut kejelasan tunjangan remunerasi yang dipotong setiap bulannya. Para perawat dan pegawai itu berdemo dengan membawa poster berisi tuntutan.
Lebih lanjut Yayuk mengungkapkan, dengan tidak diinformasikannya hasil rapat ke semua perawat dan pegawai IGD menjadikan para perawat dan pegawai tidak percaya kepada manajemen IGD. ”Jika informasi yang diberikan merata maka semua perawat dan pegawai IGD tidak akan demo. Tapi masalahnya informasi yang disepakati tidak disampaikan oleh beberapa perwakilan perserta rapat,” ucapnya.
Menanggapi pernyataan di atas, Direktur RSUD dr Soetomo dr Dodo Anondo mengaku, dengan tidak dilibatkannya pihak manajemen rumah sakit dalam membahas pemotongan remunerasi oleh manajemen IGD membuat masalah baru bagi IGD. Dengan komunikasi dan kordinasi yang baik antara IGD dengan manajemen rumah sakit kesalahpahaman ini akan dapat dihindarkan. ”Memang untuk mengurusi rumah sakit besar seperti Soetomo ini tidak mudah, dibutuhkan banyak koordinasi dan kerjasama antara satu dengan yang lainnya,” ucapnya. [dna]

Tags: