Cegah Penyimpangan, Pakde Karwo Usulkan Budget Cycle Gunakan TI

Pakde Karwo mengusulkan sistem siklus anggaran terintegrasi melalui TI saat Rapat Koordinasi dan Dialog Terbuka bersama Gubernur Seluruh Indonesia yang dipimpin oleh Mendagri Tjahjo Kumolo dan Ketua KPK Agus Rahardjo di Aula Sasana Bhakti Praja Kantor Kementerian Dalam Negeri Jakarta Pusat, Kamis (24/11).

Pakde Karwo mengusulkan sistem siklus anggaran terintegrasi melalui TI saat Rapat Koordinasi dan Dialog Terbuka bersama Gubernur Seluruh Indonesia yang dipimpin oleh Mendagri Tjahjo Kumolo dan Ketua KPK Agus Rahardjo di Aula Sasana Bhakti Praja Kantor Kementerian Dalam Negeri Jakarta Pusat, Kamis (24/11).

Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo mengusulkan sistem siklus anggaran (budget cycle) mulai dari perencanaan, pengelolaan hingga monitoring dan evaluasi (monev) harus terintegrasi melalui Teknologi Informasi (TI) dan diawasi sejak awal oleh lembaga vertikal. Tujuannya agar tidak ada permainan dan berubahnya alokasi anggaran di tengah jalan.
“Konsep check and balance terhadap siklus anggaran dilakukan oleh DPR dan pemerintah yang rawan terjadi permainan. Karena itu, sejak awal harus diawasi oleh lembaga vertikal dan menggunakan sistem terintegrasi berbasis TI, mulai tingkat kabupaten/kota, provinsi hingga pusat. Ini yang harus kita rumuskan dan menjadi kesepakatan bersama,” kata gubernur saat Rapat Koordinasi dan Dialog Terbuka bersama Gubernur Seluruh Indonesia yang dipimpin oleh Mendagri Tjahjo Kumolo dan Ketua KPK Agus Rahardjo di Aula Sasana Bhakti Praja Kantor Kementerian Dalam Negeri Jakarta Pusat, Kamis (24/11).
Pakde Karwo -panggilan karib gubernur- mengatakan guna mencegah permainan anggaran dalam siklus anggaran, dibutuhkan perencanaan melalui sistem aplikasi (e-planning) yang tepat. Sebab di dalamnya ada unsur efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaannya. Dalam konsep ini, perencanaan pembangunan dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut menentukan arah kebijakan pembangunan.
Dengan adanya pelayanan yang baik dan transparan, serta perencanaan pembangunan yang partisipatif akan dapat mereduksi segala bentuk penyimpangan termasuk korupsi. Setelah direncanakan dengan baik, maka pelaksanaannya juga menggunakan sistem pengelolaan anggaran (e-budgeting), pengadaan barang dan jasa (e-procurement) dan sistem perizinan yang terpusat dalam satu model, mulai kabupaten/kota hingga pusat.
Selain itu, lembaga vertikal seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga diharapkan mengawasi sejak awal siklus budget, bukan hanya seusai proyek dilaksanakan saja.
“Jadi pada saat awal budget cycle, KPK sudah masuk, kemudian berlanjut ke pengawasan, monitoring hingga proyek usai. Sehingga kemungkinan adanya permainan nihil. Tidak ada lagi titipan, tambahan anggaran, atau hal lainnya yang melenceng dari rencana awal,” ujarnya.
Usulan itu disambut positif oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Dia mengatakan bahwa sistem yang terintegrasi akan mempermudah dan menyederhanakan laporan. “Saya sepakat dengan Pakde Karwo, jika sistemnya sudah bagus, akuntabel dan transparan maka saya yakin masyarakat akan puas. Kemungkinan munculnya korupsi nihil. Dan itulah yang dituju oleh reformasi birokrasi. Ini harus dipikirkan secara mendalam,” katanya.
Tjahjo mengatakan rapat koordinasi ini dalam rangka penguatan tata kelola pemerintahan untuk menjamin terselenggaranya pelayanan publik yang baik dalam program implementasi Kinerja Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) serta pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Titik berat rapat koordinasi pada pembahasan atas dinamika kondisi politik dalam negeri jelang Pilkada serentak 2017.
Tjahjo mengatakan gubernur harus menyukseskan program Saber Pungli sebagaimana Perpres No. 87 Tahun 2016 di daerah masing-masing. Menurutnya, ada beberapa area yang perlu mendapat pengawasan ekstra.
Pertama perizinan dengan fokus penerbitan IMB, penerbitan izin gangguan, izin trayek, izin pertambangan, izin sektor perhubungan darat, rekomendasi tidak sengketa tanah dan penerbitan izin usaha. Kedua hibah dan bansos yang meliputi pencairan dana hibah, bantuan sosial dan pemotongan dana bansos.
Ketiga kepegawaian dengan fokus mutasi pegawai, kenaikan pangkat, promosi jabatan dan pemotongan gaji guru, tenaga kesehatan serta PTT (Pegawai Tidak Tetap). Keempat pendidikan dengan fokus pencairan BOS dan pemotongan uang makan guru. Kelima dana desa meliputi pemotongan dana desa, dan pengambilan bunga bank pada penempatan dana desa.
Keenam pelayanan publik yang meliputi penyaluran raskin, pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil, pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan, retribusi pedagang kaki lima dan pelayanan di Samsat. Dan ketujuh, pengadaan barang dan jasa dengan fokus perencanaan pengadaan dan penentuan pemenang.
“Untuk menyukseskan program Saber Pungli, kami harap gubernur segera melakukan sosialisasi, pencegahan serta penindakan atas area-area yang dianggap berisiko terhadap penyelenggaraan pelayanan publik,” katanya.
Sementara Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan bahwa TI dapat mencegah dan meminimalisir terjadinya korupsi dan pungli. Karena itulah, KPK telah merilis aplikasi mobile JAGA berbasis OS yang dapat diunduh melalui google playstore Android untuk menyukseskan Saber Pungli di daerah.
Dijelaskannya terdapat empat pemantauan layanan publik dalam aplikasi ini, yakni sekolah, rumah sakit, puskesmas dan layanan perizinan. Sistem ini memiliki dua mata koordinasi. Selain memberikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas pelayanan, juga untuk mengendalikan pelayanan tersebut.
Dia mencontohkan pada layanan Cek Sekolah, di sini masyarakat bisa mengecek profil dan fasilitas sekolah yang ada, termasuk anggaran yang dikelola. Di samping itu, masyarakat juga bisa menyampaikan keluhan atau berdiskusi di forum yang tersedia yang terkoneksi dengan media sosial.
Sedangkan pada layanan Jaga Rumah Sakitku, aplikasi tersebut dapat mengetahui informasi seperti mengendalikan pembelian alat kesehatan, pembiayaan RS, ketersediaan obat berikut harganya, serta ketersediaan kamar rawat untuk masyarakat. “Hal ini untuk meminimalisasi adanya pungli di rumah sakit,” kata Agus.
Selain Tjahjo Kumolo dan Agus Rahardjo, kementerian dan lembaga yang memberi arahan di antaranya adalah Menkopolhukam Wiranto, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, serta Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala BIN Budi Gunawan dan Kepala BNPT Suhardi Alius. [ira,iib]

Tags: