Cegah Rupiah Merosot

Neraca perdagangan masih berlanjut surplus sebesar US$ 3,42 milyar, tetapi nilai kurs rupiah makin jeblok di timbangan dolar Amerika. Pada akhir pekan, kurs rupiah tercatat Rp 15.878,- per-US$, dikhawatirkan bisa tembus Rp 16 ribu. Diperlukan penghematan pengeluaran rupiah, dengan cara menaikkan suku Bunga, sehingga masyarakat lebih suka menabung. Juga tidak belanja komoditas impor. Terutama belanja elektronik, terutama HP (handphone). Serta menghemat BBM (bahan bakar minyak).

Karena merosotnya nilai tukar rupiah, maka nilai APBN juga merosot di hadapan investor asing yang biasa berbicara dengan hitungan dolar Amerika. Tanpa dicuri, tanpa di-korupsi, APBN sudah “kehilangan” nilai sebesar 5,85%. Asumsi makro ekonomi yang tergambar pada APBN 2024, nilai kurs rupiah dihitung pada rata-rata Rp 15 ribu per-US$. Bahkan rupiah berada pada ambang kemerosotan melampaui “seribu poin” selama tahun 2022. Bahkan sejak disahkan (21 September 2023) nilai kurs rupiah tidak pernah mencapai Rp 15 ribu.

Saat ini nilai APBN 2024 susut sebesar 5,85% terhadap dolar Amerika. Total belanja negara sebesar Rp 3.325,1 trilyun. Jika ditimbang dengan dolar Amerika, berdasar kurs saat ini susut sekitar Rp 19,5 trilyun. Nilai APBN 2024 mengecil menjadi Rp 3.305,6 trilyun. Namun penurunan nilai uang bukan hanya dialami rupiah (IDR), melainkan juga Ringgit (Malaysia) susut 7,23%, Baht Thailand (minus 4,64%). Dolar Amerika juga men-depresiasi Yen Jepang, sampai 12,44%. Secara year to date, depresiasi rupiah dicatat Bank Indonesia hanya sebesar 1,03%.

Nampaknya seluruh investor global sangat berhati-hati pada masa resesi sejak tahun 2022 hingga tahun (2023) ini, karena perekonomian dunia masih gelap. Selain perang Rusia – Ukraina, sekarang disusul perang liar di Gaza, Palestina. Amerika akan mengeluarkan banyak ongkos. Dolar Amerika makin banyak keluar, menjadi makin bernilai mahal terhadap semua mata uang. Sampai mata uang bangsa-bangsa Eropa (Euro) juga susut 1,40%.

Namun secara umum perekonomian nasional sedang “baik-baik saja” walau hampir seluruh Eropa dibayangi resesi. Sehingga otoritas moneter negara-negara maju mengambil Langkah meningkatkan suku bunga. Terutama Inggris, Jerman, dan kawasan Eropa lainnya. Juga China yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi signifikan. Nilai Yuan, merosot sebesar 5,88% selama (tahun 2023) ini. Akibatnya, masyarakat (terutama investor) di negara maju lebih berhemat. Memilih menyimpan uang di bank dengan bunga lebih menarik.

Penghematan serupa juga dilakukan investor yang telah berusaha di negara berkembang. Tidak menambah investasi karena faktor potensi risiko resesi. Sehingga mata uang negara berkembang tidak menarik. Termasuk rupiah. Namun konon, ada pula paradigma yang berbeda. Yaknim, penurunan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dianggap sebagai winfall profit (“durian runtuh”). Mendatangkan berkah dalam kalkulasi APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Kalkulasinya, setiap penurunan 100 poin (dibanding asumsi makro dalam APBN), akan menaikkan pendapatan negara. Kenaikan bertambah minimal sebesar Rp 3,8 triliun. Serta sisi belanja APBN akan terkatrol minimal sebesar Rp 2,2 trilyun. Bahkan pemerintah China pernah men-devaluasi mata uang yuan pada Agustus tahun 2015. Tujuannya, untuk menggelontor ekspor barang-barang China, yang memiliki daya saing tinggi, karena lebih murah.

Nilai dolar AS yang menguat akan berdampak pengetatan konsumsi masyarakat. Terutama harga susu, serta beberapa komoditas impor lain (kelompok sandang, pangan, dan elektronika). Maka penurunan kurs rupiah, harus di-respons dengan menghemat impor, sekaligus meningkatkan ekspor. Indonesia menjadi salahsatu negara yang termasuk dalam ke-rentan-an resesi. Penurunan kurs rupiah wajib diwaspadai.

——— 000 ———

Rate this article!
Cegah Rupiah Merosot,5 / 5 ( 1votes )
Tags: