Cerita Ibu dan Anak yang Sukses Raih Doktor Bersamaan

Rika Rokhana dan Rarasmaya Indraswari merupakan ibu dan anak yang lulus bersamaan serta menjadi wisudawan tertua dan termuda di ITS. [Diana Rahmatus]

Sandang Wisudawan Tertua dan Termuda, Raras lulus doktor Diusia 24 Tahun
Kota Surabaya, Bhirawa
Ada cerita menarik dalam setiap prosesi wisuda. Selain cerita dari siswa berprestasi dengan raihan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi dan inovasi. Cerita lain dibawakan Rika Rokhana dan Rarasmaya Indraswari. Yah, kisah ibu dan anak yang meraih gelar doktor ini, akan di wisuda oleh Rektor Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) , Prof Ashary pada 14-15 Maret Mendatang.
Cerita menariknya bukan hanya karena Rika dan Raras adalah ibu dan anak yang diwisuda bersamaan, tapi juga keduanya menyandang gelar sebagai wisudawan tertua dan wisudawan termuda. Pada Wisuda ITS ke-121, Raras dinyatakan lulus program doktor dari Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) pada usia 24 tahun 7 bulan.
Hal itu menobatkannya menjadi wisudawan program doktor termuda saat ini. Mahasiswa program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) ini menutup studi doktornya selama 4,5 tahun dengan disertasi berjudul Sistem Deteksi Osteoporosis Berdasarkan Fitur Cortical Bone Rahang Bawah pada Cone-Beam Computed Tomography (CBCT).
Sementara sang ibu, Rika Rokhana tercatat sebagai wisudawan tertua di usia 50 tahun 6 bulan pada hari pertama wisuda. Ia berhasil menamatkan pendidikan doktornya lewat disertasi berjudul Bone Fracture Detection using a three-dimensional ultrasonic tomography system di Teknik Elektro ITS.
Dikatakan Rika, bekerja bersama rekan-rekan kuliah yang lebih muda awalnya sedikit membuatnya minder. “Tapi karena kawan-kawan di lab sangat suportif, saya jadi merasa berjiwa muda juga,” tuturnya.
Dosen Teknik Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ini juga menjelaskan, motivasinya menyelesaikan pendidikan doktor adalah demi memberikan contoh kepada anak-anaknya. Rika menjelaskan ada nilai-nilai ketekunan, komitmen, dan memaksimalkan tujuan yang senantiasa ia tanamkan pada keluarganya. “Maka saya pun harus memberi contoh. Keluarga mendukung saya untuk memaksimalkan pendidikan saya sebagai dosen,” jelasnya.
Nilai-nilai yang Rika tanamkan kepada anak-anaknya diakui oleh Raras sangat berpengaruh pada kehidupannya. Ia mengaku sang ibu telah memberikan contoh yang luar biasa dalam menjalankan peran sebagai ibu dan perempuan yang berkontribusi di luar rumah. Kerja keras sang ibu menuntun Raras untuk serius dengan pilihannya dalam pendidikan. “Saya punya contoh yang sedemikian hebatnya, rasanya tidak pantas jika saya hanya bermalas-malasan,” tuturnya.
Terbukti, Raras berhasil lulus dari SMPN 1 Surabaya selama dua tahun, lulus dari SMAN 5 Surabaya selama dua tahun, dan menamatkan program sarjana Teknik Informatika ITS selama tujuh semester. Hingga akhirnya, mengambil program PMDSU untuk meraih gelar doktor di jurusan yang sama. Kecintaannya pada matematika lah yang membuatnya memilih Teknik Informatika untuk digeluti. “Orang tua tidak pernah memaksa saya harus begini atau begitu,” lanjutnya.
Hal menarik lain yakni, topik penelitian keduanya yang berkesinambungan. Yaitu terkait dengan dunia medis. Menurut Rika, penelitian Raras terkait deteksi osteoporosis lewat citra tulang rahang bawah dapat dikaitkan dengan penelitiannya terkait deteksi patah tulang dengan ultrasound. “Karena ternyata osteoporosis dapat meningkatkan risiko patah tulang,” ungkap Rika.
Keduanya mengaku kesinambungan topik penelitian tersebut bukan sesuatu yang disengaja. Raras sendiri menjelaskan bahwa topik disertasinya adalah lanjutan dari penelitian tugas akhir (TA) program sarjananya. Keduanya juga tidak menyangka jika dapat melakukan wisuda bersamaan. “Kami baru tahu saat sidang terbuka kemarin kalau wisudanya akan bersamaan,” ujar gadis berhijab ini.
Sebagai ibu dan anak yang sama-sama menempuh pendidikan doktor, Rika dan Raras membagikan beberapa kisah insipiratif yang mereka alami. Mereka menceritakan bagaimana keduanya kerap saling mengingatkan untuk membaca jurnal atau berbagi metode-metode yang menunjang penelitian. Mereka pun saling memberikan semangat untuk bisa menyelesaikan pendidikan doktornya.
Mereka pun mengaku bahwa seluruh anggota keluarga turut mendukung. Rika menjelaskan, anggota keluarga kerap saling berbagi terkait ilmu yang baru mereka pelajari. “Saat mendekati sidang tertutup bahkan, anggota keluarga yang laki-laki tidak segan menggantikan sementara pekerjaan kami,” kenangnya.
Sebagai dosen, Rika berpesan kepada para mahasiswa untuk tidak menyerah dan tetap fokus pada komitmen yang telah dipilih sejak awal. Sedangkan Raras berpesan kepada rekan mahasiswa program sarjana agar segera menentukan tujuannya. “Pasti ada jalan kalau mau berusaha,” pungkas dia. [diana rahmatus]

Tags: