Cerita Ira Indriyani SST, Mahasiswi Pemilik IPK 3,99

Ira Indriyani SST saat wisuda dan ditetapkan menjadi wisudawan terbaik dengan nilai IPK 3,99 di Poltek Jember. [sawawi]

Ingin Mengabdi di Bidang Rekam Medis, Sayang Belum Ada Instansi yang Menerimanya

Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Menjadi anak dari orang tua yang ekonominya pas-pasan, tak membuat Ira Indriyani menjadi minder dalam bergaul atau kalah dalam raihan prestasi di sekolah. Justru sebaliknya, Indriyani sejak kecil dikenal memiliki kecerdasan di atas rata-rata di Desa Panji Lor, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo. Betapa tidak, Ira Indriyani sejak SD hingga kuliah di Poltek Jember selalu meraih rangking teratas.
Sejak SD, Indriyani selalu meraih prestasi gemilang. Catatan prestasi membanggakan itu, berlanjut hingga SMPN 2 Panji dan SMAN 1 Situbondo. Berkat kecerdasannya itu, Indriyani pun menempuh pendidikan di bangku kuliah dengan gratis melalui program bidik misi.
“Selepas lulus SMA, saya pasrah dengan masa depan anak saya Ira Indriyani. Apakah berhenti atau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, dikarenakan kondisi ekonominya yang tidak mampu. Ternyata anak saya mendengar info soal bidik misi. Dari sana dia ikut tes ternyata Indriyani bisa lulus dan diterima di jurusan sains terapan bidang rekam medis di Poltek Jember,” kata ayah Indriyani, Joni Sugianto, belum lama ini.
Joni bercerita, selama kuliah Ira Indriyani seringkali menjadi perwakilan kampus Poltek Jember untuk mengikuti aneka lomba di berbagai penjuru tanah air. Bahkan yang paling fenomenal, Indriyani menjadi salah satu mahasiswi program bidik misi yang mampu bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara beberapa tahun yang lalu. “Ira ini sudah sering sekali meraih juara dalam bidang lomba rekam medis. Pernah ikut di Jogjakarta dan mampu meraih juara,” kenangnya.
Selepas itu, Indriyani juga mampu mencatatkan diri sebagai mahasiswi yang lulus kuliah tercepat dari 511 mahasiswa seangkatannya. Indriyani berhasil menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 3,5 tahun dengan nilai IPK 3,99. Berkat pencapaian menggembirakan itulah, dia saat wisuda diberi kesempatan untuk berpidato di atas mimbar auditorium Poltek Jember. “Bukan bermaksud menyombongkan diri, tetapi saat anak saya berpidato sangat luar biasa sekali. Ini karena Indriyani mampu menguasai audiens dan materi kuliahnya,” kata Joni.
Meski dipenuhi catatan prestasi yang manis, terang Joni, ternyata nasib kurang menguntungkan menghinggapi benak Indriyani. Sejak lulus kuliah, Indriyani kesulitan mencari kerja dengan alasan yang tidak jelas. Beberapa lamaran kerja disejumlah instansi sulit untuk menerima Indriyani, meski nilai kuliahnya hampir semuanya berhuruf A.
Selang beberapa bulan lamanya, Joni sempat gembira karena anaknya diterima di sebuah rumah sakit swasta di Situbondo meski dengan sistem kontrak. “Anak saya hanya bekerja tiga bulan di rumah sakit swasta itu. Saya tidak jelas kenapa alasannya hingga dia mundur. Kini Indriyani masih terus berharap bisa bekerja sesuai dengan bidang keahliannya yakni di rekam medis,” katanya.
Sebagai orang tua, Joni berdoa agar anak perempuan nomor dua dari tiga bersaudara itu bisa menjadi seorang aparatur sipil negara (ASN) yang bertanggung jawab dan memiliki kinerja yang bagus. “Saya tetap berdoa agar Indriyani dapat diterima sebagai seorang ASN dibidang rekam medis kelak,” harapnya.
Salah seorang keluarga Joni, Alung mengakui kecerdasan Indriyani mengalahkan saudara kandungnya yakni Putri Paramita yang menjadi pelatih karate putri di Kabupaten Situbondo. Di dalam keluarga Joni Sugiyono menurut Alung, hanya Indriyani satu satunya yang mampu meneruskan ke jenjang perguruan tinggi. “Kakak dan adik kandungnya hanya sekolah hingga selesai tingkat SMA. Ini terjadi karena dipicu oleh faktor ekonomi keluarganya yang memang tidak mampu,” urainya.
Alung juga mengaku sangat heran, hingga kini belum ada instansi di Situbondo yang menerima Indriyani bekerja. “Tapi saya tetap optimis, Indriyani akan mendapatkan pekerjaan yang bagus. Karena disamping cerdas, dia juga cakap dalam menyelesaikan tugas,” pungkasnya.
Sementara itu, Indriyani mengaku, selain bercita cita ingin menjadi pekerja medis, juga ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Untuk itu, berbekal kemampuam kecerdasan yang ia punya melakukan segala cara demi terwujudnya keinginan mulia tersebut. “Saya sejak kecil memang ingin menjadi tenaga kesehatan. Setelah melalui tes bidik misi, akhirnya diterima di jurusan sains medik di Poltek Jember,” ucapnya.
Berbagai pengalaman pahit sempat dirasakan Indriyani selama mengenyam pendidikan di jenjang perguruan tinggi dibanding masa sekolah SD hingga SMA. Selain harus hidup mandiri karena jauh dari keluarga, ia juga harus mengikuti berbagai lomba demi dapat menyambung kesuksesan kuliahnya.
“Terlepas itu semua, ada kenangan manis yang sulit saya lupakan, yakni lulus dengan nilai terbaik dengan nilai IPK 3,99 dari 551 mahasiswa Poltek Jember. Meski kini saya belum dapat pekerjaan, tapi saya optimis dalam waktu yang tidak lama lagi akan mendapatlan pekerjaan sesuai cita-cita kecil saya,” ungkapnya. [sawawi]

Tags: