D-Care Apresiasi Beasiswa Difabel UM Surabaya

Rektor UM Surabaya mendapat penghargaan dari Ketua D-Care Wuri Handayani atas inisiatifnya memberikan beasiswa bagi penyandang difabel. [ adit hananta utama/bhirawa]

Rektor UM Surabaya mendapat penghargaan dari Ketua D-Care Wuri Handayani atas inisiatifnya memberikan beasiswa bagi penyandang difabel. [ adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa.
Beasiswa difabel yang baru pertama kalinya diluncurkan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya tahun ini akhirnya mendapat perhatian dari lembaga sosial internasional. Penghargaan tersebut diserahkan secara langsung Ketua D-Care WuriHandayani kepada Rektor UM Surabaya Dr Sukadiono.
Dr Sukadiono mengatakan, tujuan utama program beasiswa difabel adalah untuk menciptakan iklim pendidikan yang inklusif di kampus yang dia pimpin. Salah satu langkah yang diambil adalah memberi kesempatan khusus bagi penyandang difabel yang ingin melanjutkan studi di perguruan tinggi. “Kita beri beasiswa penuh. Kuliah gratis sekaligus mendapat pendampingan khusus dari dosen,” terang Sukadiono dikonfirmasi, Rabu (17/8).
Penghargaan ini, lanjut Sukadiono, bukan tujuan utama melainkan hanya bonus. Penghargaan ini menurutnya adalah pengakuan yang harus disambut dengan semangat untuk mengembangkannya lagi di tahun mendatang. Saat ini, pihaknya mengaku tengah melengkapi sarana-prasaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan penyandang difabel. “Kita akan terus melengkapi fasilitas sehingga daya tampung beasiswa difabel ini semakin banyak. Tidak hanya di Fakultas Hukum, melainkan juga fakultas-fakultas lainnya,” terang dokter alumnus Universitas Airlangga itu.
Ketua D-Care Wuri Handayani menuturkan, apresiasi ini diberikan lantaran UM Surabaya telah bersikap ramah terhadap penyandang disabilitas melalui beasiswa difabel berdaya. Wuri berharap, iklim pendidikan yang inklusif benar-benar dapat tercipta di UM Surabaya sehingga penyandang difabel dapat belajar dengan nyaman.
“Mulai dari bangunan fisik, software, hingga sikap dari seluruh civitas akademika harus mencerminkan  awareness  kepada penyandang difabel. Hal itu agar para mahasiswa tidak ketinggal dalam hal akademik”, tutur Wuri yang juga merupakan dosen senior dari Universitas Malaysia Perlis (UNIMEP) ini.
Wuri mengakui keberanian UM Surabaya untuk mendeklarasikan diri sebagai kampus infklusif. Selanjutnya, dia berharap gagasan ini akan menjadi contoh bagi kampus-kampus lain. Bahkan dapat menjadi trigger sebagai kampus inklusif percontohan. “Mudah-mudahan tahun depan sasaran yang diberikan beasiswa akan lebih banyak,” pungkas Wuri. [tam]

Tags: