Dampak Kehidupan Masyarakat Akibat Konflik Perang

Judul : Perempuan Sehabis Gelombang
Penulis : Panji Pratama
Penerbit : UNSA Press
Cetakan : Pertama, Juni 2019
Tebal : x + 186 halaman
ISBN : 978-623-90658-2-9
Persensi : Ratnani Latifah
Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

“Bukankah sebuah negara itu diciptakan atas dasar kesatuan dalam perbedaan? Sewaktu negeri ini masih dihinakan oleh penjajahan asing, penghuni negera ini bersatu untuk merdeka. Kini, kita bertempur di medan yang sama, tapi sebagai pihak yang berbeda. Terkadang kami bingung alasan kami berperang sesama saudara.” (hal 54).
Mengambil latar setting pada masa konflik di sebuah daerah, novel memiliki daya magic dalam memikat pembaca untuk menyelesaikan naskah ini. Apalagi dengan balutan kisah romance ala Romeo dan Juliet yang sudah mendunia tersebut. Serta isu-isu prostitusi, narkoba serta korupsi yang dilakukan para petinggi.
Membaca kisah ini selain kita disuguhi kisah yang mengharu biru, kita pun secara tidak langsung bisa membaca sejarah menarik tentang Indonesia berdasarkan kisah ini. Karena sedikit banyak meski memakai daerah yang disamarkan, buku ini mengungkap tentang persengketaan antara pemerintah dan daerah yang dikenal sebagai kota serambi mekah. Serta kejadian nahas Tsunami yang berhasil memporak-porandakan
Setelah lulus dari pendidikan militer, kini Ambar akan dikirim ke Pulau Barat. Tempat terjadinya konflik yang sudah dimulai sejak 1974. Letda Dirman, ayah Ambar sangat bersemangat menyambut kelulusan putranya dan kesempatan yang dimiliki Ambar untuk mengambdi kepada negara. Namun tidak bagi Ambar, entah kenapa dia merasa risau dengan kepergiannya. Dia juga masih bertanya-tanya apakah jalan sebagai prajurit merupakan impiannya, atau hanya sekadar mengikuti wasiat dari sang ibu. Di sisi lain kekhawatiran Ambar juga karena adanya Rani yang sudah menjadi tambatan hati. Mampukah dia berpisah dengan Rani dalam kemelut konflik yang memanas?
Namun tugas harus dijalankan. Ambar akhirnya berangkat ke Pulau Barat dengan satuan lainnya. Di sana dia bertugas sebagai pasukan penjaga perbatasan. Pada saat kedatangannya itulah tanpa sengaja Ambar bertemu dengan Risma, gadis bermata indah dengan segudang kisah yang membuat Ambar, entah kenapa terhipnotis.
Risma sendiri merupakan warga biasa yang tinggal bersama neneknya, adik dan kakaknya. Namun karena konflik yang berkepanjangan, mereka harus menjalani hidup dengan ketakutan. Mereka harus hidup dengan fasilitas seadanya. Tidak hanya itu karena konflik pula mereka harus siap meregang nyawa. Setidaknya itulah yang terjadi dengan keluarga Risma. Karena peperangan itu kakaknya, Muzakir menjadi korban. Belum tuntas kesedihan karena harus ditinggal sang kakak, Risma, neneknya dan adiknya, Muslim dicurigai sebagai anggota teroris atau bagian dari Laskar Perlawanan.
Beruntung kesalahpahaman itu berakhir lurus. Namun kisah hidup Risma tidak berakhir di sana. Setelah sang tulang punggung meninggal, Risma berupaya mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun nahas, bukannya mendapat pekerjaan halal, dia teseret pada kehidupan malam sebagai wanita penghibur. Beruntung saat itu, dia bertemu kembali dengan Ambar. Saat itulah dimulailah kisah keduanya dengan segudang masalah dan tantangan. Karena sejak pelarian itu Ambar dianggap sebagai disertir yang mengkhianati negara. Mereka berdua harus berlari agar tidak ditangkap oleh pasukan militer.
Di sisi lain, para pasukan militer itu juga harus menghadapi gerakan cekatan yang dilakukan para Laskar Perlawanan. Sebuah perlawanan yang konon terjadi karena perbedaan pendapat perihal isu agama. Secara keseluruhan novel ini cukup menarik. Dengan alur campuran maju mundur, novel ini berhasil membuat rasa penasaran pembaca sejak awal membaca. Bagaimana akhir pelarian Risma dan Ambar, atau bagaimana penyelesaian konflik perang antara kesatuan RI juga daerah Pulau Barat. Ditutup dengan ending yang tidak terduga, kita akan menemukan sesuatu yang mengejutkan.
Melalui buku ini kita belajar bahwa peperangan pada akhirnya hanya akan merugikan warga sipil. Hidup menjadi tidak tenang, kebebasan dibatasi serta harus siap untuk meregang nyawa menjadi korban, atau berpisah dengan keluarga demi perkumpulan. Beberapa kekurangan meski ada beberapa yang menganggu, hal itu tidak mengurangi keseruan cerita dan esensi yang ingin disampaikan penulis.
———– *** ————

Tags: