Darurat Banjir, Wagub dan Mensos Turun ke Sampang

Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf saat memantau banjir Sampang. [nur kholis/bhirawa]

Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf saat memantau banjir Sampang. [nur kholis/bhirawa]

Sampang, Bhirawa.
Darurat banjir di Kabupaten Sampang terus mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Setelah Minggu (28/2) kemarin Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf  mengunjungi langsung korban banjir di Sampang, kemarin  giliran Menteri Sosial (Mensos RI) Khofifah Indar Parawansa yang langsung turun memantau korban banjir, Senin (29/2).
Mensos RI datang dengan didampingi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim  Sudarmawan, beserta stafnya. Sebelum memantau banjir, Mensos berkunjung ke rumah dinas Bupati Sampang Fannan Hasib.
Dalam pertemuan itu, Khofifah meminta laporan wilayah yang terkena banjir. Namun media tidak diperkenankan mengikuti pertemuan lebih lanjut. Wartawan hanya dizinkan untuk mengambil gambar.
Usai pertemuan, Khofifah mengatakan untuk mengatasi bencana banjir yang kerap kali menghantui masyarakat ketika musim penghujan di Kabupaten Sampang dibutuhkan sebanyak 155 embung.
Itu dilakukan untuk menampung air hujan supaya air sungai tidak meluber ke rumah warga dan sejumlah ruas jalan.
“Banjir terjadi karena sungai tidak mampu menampung air. Kemudian embung yang ada juga tidak bisa menampung air karena jumlahnya kurang. Untuk mengatasi banjir di sini, kita butuh membangun embung sebanyak 155,” terang Khofifah.
Menurut Khofifah, embung yang sudah ada di Sampang sebanyak 131. Jumlah tersebut hanya mampu menampung air 20 persen. Sedangkan 80 persennya merendam ke rumah-rumah masyarakat. “Untuk membangun embung-embung ini kita butuh kucuran dana dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten sendiri,” ungkapnya.
Dia menambahkan, untuk mengatasi banjir peran serta dari masyarakat juga dibutuhkan. Di mana masyarakat harus mencintai lingkungan dan tidak boleh membuang sampah sembarangan.”Masyarakat juga harus menjalani pola hidup sehat, tidak membuang sampah sembarangan,” tukasnya.
Untuk diketahui, banjir di Kabupaten Sampang sudah merendam ribuan rumah warga sejak Jumat 26 Februari lalu. Hingga kini, banjir masih merendam rumah warga dengan ketinggian satu meter lebih. Sedikitnya ada delapan desa dan lima kelurahan yang terendam banjir di wilayah tersebut. Sedangkan jumlah korban terdampak langsung banjir sebanyak 11.468 KK atau 34.225 jiwa.
Kepala BPBD Kabupaten Sampang Wisnu Hartono mengatakan kondisi banjir Senin kemarin sudah mulai surut. Untuk akses nasional sudah bisa dilalui, hanya ada sedikit genangan di pinggir jalan serta sampah berserakan, tapi sudah ada dinas terkait untuk membersihkan hal itu.
“Namun, akses jalan menuju ke Kecamatan Omben Kabupaten Sampang sampai saat ini masih belum bisa dilewati. Mengingat, ketinggian air banjir di Jalan Imam Bonjol masih sekitar 1 meter lebih,” jelasnya.
Wisnu menambahkan, meski air banjir di akses nasional mulai surut, BPBD menyarankan pada warga untuk terus waspada dan berhati-hati. Selain menjaga kesehatan, keselamatan jiwanya juga perlu diperhatikan, dikhawatirkan terpelosok ke gorong-gorong atau terseret banjir susulan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Bupati Sampang A Fannan Hasib telah menetapkan status Tanggap Darurat Banjir di Kabupaten Sampang berlaku sejak 12 Februari 2016 hingga 12 Maret 2016.
Sementara itu Pemprov Jatim menyiapkan langkah-langkah dalam penanganan banjir di Kabupaten Sampang. Langkah tersebut di antaranya mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membangun pintu gerak dan rumah pompa penyedot air.
“Kabupaten Sampang daerahnya rendah, jika hujan sebentar saja mudah digenangi air dan saat laut pasang pasti banjir. Kita mengusulkan kepada Kementerian PU untuk melakukan pembuatan pintu gerak dan pompa air penyedotnya,” kata Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf.
Menurut Gus Ipul, panggilan karibnya dengan usulan ini diharapkan akan mampu meminimalisasi ancaman banjir ketika hujan deras. Laporan dari BPBP Jatim dan Sampang saat ini ada 13 desa dan kelurahan terdampak banjir termasuk Ponpes Kyai Alwi.
Melihat situasi geografis rendah, tidak bisa jika dilakukan pengerukan saja di Sungai Kali Kemuning yang selalu meluap tersebut. Dengan adanya pintu gerak, akan mampu membendung air laut yang sedang pasang meluap ke permukiman penduduk.”Tidak cukup hanya kalinya dikeruk,harus ada pompa air dan pintu gerak. Saat ini Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur sedang melakukan studi penanganan banjir ini,” katanya.
Untuk penanganan banjir, Gus Ipul menyatakan bahwa sebagian besar warga yang kebanjiran tidak mau mengungsi sehingga aparat gabungan akan keliling untuk mendisribusikan makanan maupun selimut serta kebutuhan lainnya.
Kepala Dinas Pengairan Provinsi Jatim M Dachlan menjelaskan banjir terjadi dikarenakan daratan Sampang rendah minus 80 meter dari dataran, belum lagi sungainya bisa minus 2 meter dan permukaan air laut setinggi 1,17 meter dari dataran. “Apabila air pasang, maka air laut akan masuk ke kota karena Sungai Kemuning ikut meluber,” katanya. [lis]

Tags: