DBD Renggut Korban, Pemkab Diminta Tanggap

cyn-6-2-Foto Petugas Dinkes lakukan foging (1)Jombang, Bhirawa
Demam Berdarah Dengue (DBD)  di kabupaten Jombang  kembali merenggut korban jiwa. Kali ini korban meninggal atas nama Fahri Zafran Anindito, (7) warga Kelurahan Kepanjen, Jombang Kota setelah sempat mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat.
Anak pertama pasangan Aris Rozi Anindito (30) dan Istiqomah (27) ini sebelumnya mengalami panas tinggi. Kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Muslimat. Selama 3 hari Fahri dirawat, namun kemudian dirujuk ke RSUD Jombang. “Oleh Dokter anak saya didiagnosa kena DBD. Anak saya di rawat selama 2 hari di RSUD, dan tadi malam menghembuskan nafasnya yang terakhir,” ujar Istiqomah ibu korban ditemui dirumah duka, Kamis (5/2).
Istiqomah menambahkan, pihaknya mengaku  sangat kecewa dengan tindakan Pemkab Jombang yang menolak KLB dari pemprov Jatim. Sebab sejauh ini penyakit demam berdarah terus mengancam korban jiwa yang rata-rata usia balita.
“Saat dirawat di RSUD, banyak orang tua pasien yang juga mengeluh soal penangan kasus DBD ini, seharusnya pemkab lebih serius dan tanggap menanngani DBD ini,masak harus menunggu korban lagi,” ujar Istiqomah ibu korban.
Sementara itu, ketua RW 6, Des Kepanjen, Imam Zainul Arifin mengatakan, pihaknya meminta pemerintah segera melakukan fogging di desanya. Alasannya, karena warganya sudah banyak yang terkenan DB. “Desa sudah mengajukan fogging namun belum mendapatkan, informasinya harus membayar meski disebut daerha endemic,” tandasnya seraya mengatakan, bahwa sebelum ada korban, pemerintah tidak melakukan foging terhadap rumah warga. Namun saat minta fogging gratis karena selama ini fogging harus bayar 10.000 rupiah.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur RSUD Jombang, dr Pudji Umbaran mengatakan belum mengetahui bahwa ada pasien DBD yang dirawat meninggal dunia. Pihaknya berjanji akan melakukan cek terhadap hasil diagnose.” Karena penyebab kematian itu belum tentu DBD mungkin penyakit yang lain. Tapi kita akan cek dulu,”ujarnya ditemui di sela sela kegiatan di pendopo kabupaten kemarin.
Cenderung Turun
Sementara itu, kendati penderita penyakit deamam berdarah dengue (DBD) terus mengalami penambahan sampai Bulan Februari ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung mencatat telah terjadi penurunan jumlah penderita jika dilihat dari siklus lima tahunan.
“Saat ini terjadi penurunan yang cukup signifikan kalau dilihat dari siklus lima tahunan. Penurunannya cukup tajam. Kalau Tahun 2010 jumlah penderita DBD pada Januari mencapai angka 400-an penderita sekarang hanya di 100-an penderita lebih,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, dr Gatot Dwi Prijo P, MKK pada Bhirawa, Kamis (5/2).
Ia bersyukur karena penyakit DBD di Tulungagung tidak membuat Kota Marmer ditetapkan sebagai KLB (kejadian luar biasa). Apalagi penyakit tersebut tidak sampai merenggut korban jiwa. “Ini berkat doa kita semua. Mudah-mudahan semakin menurun terus dan tidak sampai merenggut korban jiwa,” harapnya.
Sesuai data Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung pada Bulan Januari 2015 tercatat jumlah penderita DBD mencapai 146 penderita. Sampai kemarin jumlah penderita DBD di Tulungagung menjadi 168 penderita atau penambahan awal Februari ada 22 penderita.
Sementara itu pada Tahun 2010 lalu, jumlah penderita DBD di kabupaten yang terkenal dengan ikon marmernya tersebut tercatat mencapai 463 penderita. Menurut Gatot, penderita DBD pada Bulan Februari ini diprediksi bakal menurun dari bulan sebelumnya karena puncak musim hujan terjadi pada Bulan Januari. “Harapannya dengan semakin menurun curah hujan jumlah penderita penyakit DBD juga semakin menurun,” terangnya.
Diharap Waspada
Sementara itu pula, tingginyaa kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di beberapa wilayah di Jawa Timur membuat Dinas Kesehatan Bojonegoro mengimbau, kepada masyarakat agar lebih waspada dan memperhatikannya. Hal itu di ungkapkan oleh Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Bojonegoro, Ahmad Hernowo, Kamis (5/2). “Kami meminta masyarakat agar waspada terhadap kasus DB. Hal ini lantaran meski jumlah kasus rendah, namun tingkat mortalitas atau kematian akibat DB di Bojonegoro tergolong tinggi,” tegasnya.
Menurutnya, di Jawa Timur saat ini terdapat 9 Kabupaten/Kota telah ditetapkan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah (DB). Dimana dari 36 Kabupaten/Kota di Jawa Timur,  Bojonegoro termasuk kabupaten dengan jumlah kasus DB rendah. “Bojonegoro berada di urutan 33 dari 36 Kabupaten/Kota di Jawa Timur,” jelasnya.
Disampaikan, untuk di bulan Januari 2015 ada 55 kasus dengan 1 anak meninggal dunia dari Kecamatan Gayam akibat DB. Dimana hal ini lantaran pihak kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya DB. Untuk di tahun 2014 terdapat 151 kasus, tiga orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah itu menurun dibanding pada tahun 2013 sebanyak 283 kasus.n rur,wed,bas

Keterangan Foto : DBD Renggut Korban, Pemkab Diminta Tanggap. [cyn/bhirawa]

Tags: