Debu Proyek Tol Mapan Ganggu Warga Desa Banjararum Kab.Malang

Warga Desa Bajararum, Kec Singosari, Kab Malang saat melakukan dialog dengan Muspika Singosari, di salah satu rumah warga setempat.

Kab Malang, Bhirawa
Pembangunan jalan tol Malang-Pandaan (Mapan) di wilayah Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, kembali mendapatkan protes dari warga setempat. Debu akibat pembangunan ruas tol ini dikeluhkan merugikan warga utamanya akibat penambahan jam kerja pengurukan.
Site Manager Operasional PT Viratama , Setya Hari Wijoyo, Senin (18/9), kepada sejumlah wartawan mengatakan, bahwa pihaknya memang menambah jam kerja dalam aktivitas pengurukan tanah untuk proyek pembangunan jalan tol Mapan.
Dan sebagai antisipasi atas debu yang diakibatkan aktivitas pengurukan ini, pihak pelaksanan proyek a sudah melakukan penyiraman air dengan menggunakan mobil tangki di sepanjang jalan yang dilewati oleh mobil truk pengangkut urukan tanah.
Pelaksanan proyek Tol Mapan, lanjut Setya, Sehingga dalam sehari melakukan penyiraman air dengan menggunakan mobil tangki antara 6 sampai 7 kali. Sedangkan area penyiraman air yang dilakukannya, masing-masing memiliki luas 3 kilometer.
Dan saat ini penyiraman lebih di intensifkan, mengingat kondisi cuaca sangat panas karena memasuki musim kemarau.
“Kami sudah melakukan antisipasi dengan melakukan penyiraman air pada jalan desa, agar tidak terlalu banyak debu. Namun memang masih ada protes warga Desa Banjararum, karena warga menganggap tetap saja debu masih mengganggu,” ungkapnya.
Selain prtes karena debu , masyarakat Banjararum juga melayangkan komplain terkait adanya rumah yang retak. Diduga keretakan pada sejumlah rumah akibat banyaknya kendaraan berat yang berlalu lalang.
“Selain warga protes karena terganggu dengan debu dari aktifitas pengurukan proyek jalan Tol Mapan, warga juga melaporkan bahwa ada beberapa rumah yang retak-retak diduga akibat pembangunan Tol Mapan.  Kami akan menindaklanjuti dengan perbaikan, namun akan dilakukan pengecekan terlebih dahulu,” jelas Setya.
Sementara itu, Koordinator Lapangan (Korlap) aksi warga Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang Sukoco menyatakan, jika aksi yang dilakukan warga ini, karena memprotes adanya debu yang menyebabkan warga sakit pernafasan, halaman rumah warga kotor, dan juga genting rumah banyak yang pecah akibat getaran pembangunan jalan tol.
Dan alasan warga memprotes pelaksana pembangunan jalan Tol Mapan, lanjut dia, warga yang terkena sesak pernafasan akibat menghirup debu, kesulitan untuk berobat ke Puskesmas, karena jaraknya dari tempat tinggalnya ke Puskesmas harus menempuh perjalanan 10 kilometer.
“Dan bahkan, warga juga menghentikan pembangunan mushola, hal itu disebabkan debu dari pembangunan jalan tol tersebut cukup tebal,” terangnya.
Menurut Sukoco, ketebalan debu itu paling parah pada siang hari, yakni pada pukul 12.00 WIB. Sementara, penyiraman air yang dilakukan pelaksana proyek pada sore hari dan malam hari.
Sehingga tidak benar jika pelaksana proyek menyiram air pada jalan desa dilakukan tiga kali sehari, dan yang jelas penyiraman dilakukan pada siang dan malam. Selain itu, warga juga melakukan protes kepada Kepala Desa (Kades) Banrarum dan pengawas proyek, namun hingga kini belum ada tindaklanjut secara nyata.
“Warga protes karena hingga saat ini belum ada tanggapan baik dari kades maupun pengawas proyek. Sehingga jika masih belum ada tanggapan, tentunya warga akan terus melakukan protes dan akan mengerahkan massa lebih besar lagi,” ancamnya. [cyn]

Tags: