Dedikasi yang “Keblabasan”

Amiq Purdinata

Amiq Purdinata
Berawal dari bentuk “keprihatinan” nya terhadap kondisi sungai yang “dijarah” oleh manusia -manusia yang tidak bertanggung jawab, Amik Purdinata mendirikan sekolah sungai berantas. Laki-laki kelahiran Bojonegoro, 7 Januari 1975 ini, mampu mendirikan sekolah in-formal edukasi sungai di tengah minimnya kesadaran masyarakat untuk memberdayakan Sumber Daya Air nya.
Ditemui beberapa waktu yang lalu, di sela-sela acara sosialisasi “Tanam air” di desa Bungurasih, Sidoarjo Amiq Purdinata menceritakan awal mula mendirikan sekolah Brantas tersebuat adalah bentuk dari kepeduliannya terhadap Sumber Daya Air yang banyak di acuhkan oleh masyarakat.
“Sekolah ini (Sungai Brantas) berdiri sudah sejak tahun 2009” ceritanya di tengah suasana santai.
Lulusan Teknik Sipil Universitas Darul Ulum ini juga mengungkapkan jika peran masyarakat dalam pembangunan harus dilibatkan dalam berbagai proses. Seperti, proses perencanaan, pengawasan dan pengelolaan sumber daya alam meskipun dalam ruang lingkup yang kecil.
“Untuk mewujudkan itu semua, kita perlu melakukan edukasi kepada masyarakat” Sambungnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya tidak cukup sosialisasi saja untuk memberikan edukasi secara menyeluruh kepada masyarakat.
“Sekolah ini (Sungai Brantas) sifatnya In-fomal, tidak mengenal kelas dan terbuka, kreatif dan pasrtisipatif dalam pemberdayaan” tegas laki-laki yang juga fasilitator Badan Nasioanal Penanggulangan Bencana (BNPB).
Lebih lanjut ,dia menegaskan, jika sekolah yang didirikannya ini merupakan sekolah relawan. Di mana semua tenaga pendidik yang disediakan oleh sekolah merupakan relawan yang bersedia bekerjasama dengan pihaknya sesuai dengan bidang kompeten yang di gelutinya. Selain itu, sekolah Sungai Brantas juga tidak menekankan status terakhir pendidikan harus tinggi, melainkan dia harus mempunyai keahlian ilmu yang bisa di salurkan kepada siswa Sungai Brantas, tambahnya.
Dalam perekrutan kader, mantan Dosen Darul Ulum ini juga menjelaskan bahwa perekrutan Ia mulai dari lingkungan pendidikan formal dan lingkungan masyarakat. Mulai dari sekolah-sekolah negeri maupun swasta, pondok pesantren, kader lingkungan desa, kelompok masyarakat (Pokmas), industry pemanfaatan air, sekolah adiwiyata, dan Organisasi Masyarakat (Ormas).
Dia juga membentuk Srikandi Sungai yang bertujuan untuk mendirikan dan mengelola usaha Sekolah Sungai Brantas.
Sementara itu, untuk sasaran siswanya, Amiq menjelaskan jika sekolah Sungai Brantas yang dia dirikan berhak dijadikan menuntut ilmu oleh siapa saja.
“Baik golongan kaya atau Miskin, mereka harus punya tanggung jawab yang sama untuk menjaga pelestarian Sumber Daya Alam, khususnya air,” tambahnya.
Sekolah yang pernah mendapatkan Juara I tingkat Nasional Lomba Komunitas Peduli Sungai yang diselenggarakan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Ditjen Air merupakan sekolah yang tidak hanya mengajarkan teori, namun juga mengajarkan penerapan dari teori yang telah diajarkan. [ina]

Rate this article!
Tags: