Dekati Gaya Hidup Milenial, Ubah Kesan Nasabah ‘Bermasalah’

Suasana pengunjung The Gade Coffee & Gold di kantor PT Pegadaian (Persero) Kanwil XII Jalan Dinoyo Surabaya, Rabu (13/3) kemarin. Kafe ini dihadirkan untuk memikat generasi milenial agar tertarik produk pegadaian

(Hadapi Serbuan Fintech, Pegadaian Harus Terus Inovasi)

Siapa yang tidak pernah mendengar tagline ‘Menyelesaikan Masalah Tanpa Masalah’? Yah, melalui tagline ini, Pegadaian pun menjadi dikenal luas masyarakat sebagai pemberi solusi bagi yang sedang terbelit masalah utamanya masalah dana. Imbasnya, kesan nasabah Pegadaian sebagai orang yang sedang terbelit dengan masalah dana menjadi sulit dihilangkan.

Wahyu Kuncoro SN, Wartawan Harian Bhirawa

Rabu (13/3) sore kemarin, sepasang anak muda tengah duduk santai di sebuah Cafe The Gade Coffee & Gold di Jalan Dinoyo Surabaya. Dua cangkir kopi espresso dan sepiring kecil french fries menjadi teman setianya. Dua anak muda yang bernama Antonius dan Anggita itu adalah mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM) Surabaya yang lokasi kampusnya tidak jauh dari kafe tersebut.
“Iya mas, ini sambil istirahat usai kuliah tadi,” kata Anggita dengan ramah, saat Bhirawa mencoba ngobrol dengan gadis yang mengenakan Tshirt putih dengan bawahan blue jeans itu. Menurut Anggita, dirinya bersama-sama temannya memang biasa cangkruk di Cafe yang tidak jauh dari lokasi tempatnya kuliah tersebut.
“Menunya lumayan bagus, serta suasananya juga asyik. Enak juga untuk ngobrol,” tuturnya lagi. Ketika lebih lanjut ditanyakan mengapa suka nongkrong di The Gade Coffee & Gold, Anggita yang juga mahasiswa jurusan bisnis ini mengaku tertarik karena di cafe tersebut dia bisa mengenal beberapa produk pegadaian investasi emas, soal pegadaian dan sebagainya.
“Sebagai mahasiswa jurusan bisnis saya tertarik ingin tahu soal pegadaian, soal investasi emas. Lumayan sambil ngopi juga dapat informasi,” tutur Anggita sambil menyruput kopi espresonya. Berbeda dengan Anggita, temannya Antonius mengaku mengenal Pegadaian jauh sebelum cafe ada.
“Dulu saya pernah menyekolahkan laptop saya (gadaikan, red) di sini,” kata Anton jujur. Menurut Anton, dulu dirinya harus sembunyi-sembunyi kalau mau datang ke Pegadaian.
“Yah, kan malu kalau ketahuan sedang kesulitan dana,” kata Anton sambil tertawa. Namun, sejak ada kafe, dirinya menjadi lebih nyaman kalau mau datang ke Pegadaian.
“Ya, tinggal bilang mau ke kafe gitu,” kata mahasiswa asal Flores ini sambil tersenyum.
Sejak Desember 2018 lalu. wajah kantor PT Pegadaian (Persero) Kanwil XII, di Jl Dinoyo Surabaya, memang semakin akrab dengan anak-anak muda. Tepat di dekat pintu utama kantor sudah dibuka The Gade Coffee & Gold yang siap menyambut nasabah, maupun masyarakat yang sekedar ingin bersantai.
Cafe yang hadir dengan konsep urban lifestyle ini, dipadupadankan dengan nuansa coffeeshop. The Gade Coffee & Gold menyediakan beragam kopi nusantara. Saat menikmati kopi, pengunjung bisa bersantai didalam ruang ber-AC maupun di bawah kursi berpayung di luar coffee shop. Beberapa sajian menu khas cafeshop tersedia. Sajian minuman kopi yakni kopi Gayo, Flores bhajawa,lintong Silaban, Toraja Mamasa, temanggung (robusta), ada juga espreso dan latte. Untuk makanan ada French fries, spring rools, superlasagna, banana bites. Untuk harga sangat terjangkau, dimulai Rp 17.000 hingga Rp39.000.
Pemimpin Wilayah PT Pegadaian Surabaya Suprianto menjelaskan bahwa keberadaan The Gade Coffee & Gold merupakan salah satu upaya untuk mendekatkan Pegadaian dengan kalangan muda atau yang disebut sebagai generasi milenial.
“Butuh pendekatan yang berbeda untuk generasi-generasi milenial ini,” tutur Suprianto. Menurut Suprianto, dengan wajah kafe, anak-anak muda tentu tidak akan alergi untuk berinteraksi dengan Pegadaian.
“Minum kopi bisa menjadi pintu masuk untuk mengenal Pegadaian. Harapannya, persepsi anak muda dalam memandang Pegadaian juga akan positif. Jangan sampai mereka ini memandang Pegadaian sebagai tempatnya orang-orang yang sedang kesulitan dana saja,” kata Suprianto sambil tersenyum. Lebih lanjut menurut Suprianto, keberadaan kafe juga bertujuan untuk memberikan wadah kepada anak muda, mereka akan dimanjakan dengan “nongkrong dan ngopi” serta bisa melihat fasilitas milik Pegadaian. Karena Pegadaian memiliki banyak produk yang bisa dimanfaatkan anak muda saat ini.
“Banyak produk kita yang bisa dimanfaatkan anak muda. Kita memang mengincar segmen milenial, mereka bisa di kafe dan memanfaakan fasilitas serta produk Pegadaian,” kata Suprianto lagi.
Saat ini, jelas Suprianto, anak muda menjadi target penting, untuk itu Pegadaian melakukan pendekatan yang sesuai dengan apa yang di sukai anak muda.
“Anak muda yang masih malu-malu untuk datang ke outlet Pegadaian bisa melakukan transaksi di kafe. Karyawan Pegadaian akan melayani nasabah dengan sebaik-baiknya. Karyawan kami akan melayani transaksi mulai pukul 10.00 WIB sampai 22.00 WIB,” ujarnya. Selain memanfaatkan kafe yang ada, jelas Suprianto pihaknya juga secara agresif melakukan berbagai upaya untuk mengenal produk produk baru pegadaian.
“Beberapa waktu lalu kami juga menggelar Bazar. Kegiatan ini merupakan pameran produk pegadaian berupa perhiasan emas dan logam mulia,” jelas. Menurut Suprianto, produk pegadaian yang dipamerkan melalui kegiatan tersebut mulai dari lelang produk perhiasan dan emas milik nasabah yang tidak tertebus, produk logam mulia yang dijual Pegadaian dengan kredit maupun tunai, serta produk kredit lainnya, seperti Kreasi, jasa penitipan, jasa taksir, dan invetasi lainnya.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair) Dr Wisnu Wibowo mengapresiasi apa yang dilakukan Pegadaian dengan terus melakukan inovasi dan transformasi mengikuti perkembangan zaman.
The Gade Coffee and Gold ini, kata Wisnu akan mengubah anggapan masyarakat bahwa Pegadaian tempat orang kepepet dan kuno. Hadirnya coffee ini juga sebagai jembatan pelayanan kepada generasi millenial.
“Inilah barangkali yang menjadi alasan kenapa pegadaian sebagai perusahaan pembiayaan kok buka coffee,” tuturnya. Lebih lanjut menurut Wisnu, dalam menghadapi tantangan era digital, Pegadaian harus punya strategi. Misalnya bagaimana caranya memperluas jaringan. Selain perluasan jaringan, variasi produk juga menjadi hal yang penting. Mulai dari jenis barang yang digadaikan hingga jenis produk. Misalnya penambahan produk berjenis kredit, ini sangat diperlukan.
“Transformasi digital dan kultural perusahaan di tengah tantangan disrupsi menjadi keniscayaan,” tegas Wisnu. Harapannya. ke depan Pegadaian akan menjadi lebih transparan, akuntabel, responsible, independen, dan fair.
“Perubahan perilaku terhadap emas dan gadai, munculnya peluang pertumbuhan baru, meningkatkan penggunaan digital nasabah, munculnya model bisnis inovatif untuk melayani nasabah, dan perubahan regulasi harus menjadi perhatian serius,” kata Wisnu mengingatkan. Untuk meningkatkan loyalitas nasabah, Wisnu juga menyarankan agar Pegadaian terus memberikan apresiasi kepada nasabah.
“Ini merupakan bentuk apresiasi atas loyality nasabah kepada setiap produk Pegadaian,” kata Wisnu lagi.
Sementara terkait, bertumbuhnya bisnis pergadaian dan financial technology (fintech), jelas Wisnu harus dibaca bahwa fenomena tersebut menunjukkan betapa pasar gadai dan non-gadai masih besar dan karena itu Pegadaian harus tetap percaya diri masih akan bisa tumbuh positif.
Wisnu percaya, dampak dari bermunculannya gadai swasta dan fintech, belum akan menggerus bisnis Pegadaian. Mengingat market share industri pergadaian nasional masih dikuasai oleh Pegadaian yaitu diatas 90%.
“Pegadaian memiliki SDM yang berpengalaman dan jaringan yang luas hingga ke pelosok di Tanah Air. Itu modal penting pegadaian,” tegasnya lagi.
———– *** ———–

Tags: