Dendam Kesumat Anak Gelandangan

Judul Buku : Membakar Surga
Penulis : Yuditeha
Penerbit : LovRinz
Cetakan : I, Agustus 2022
Tebal : iv + 130 halaman
ISBN : 978-623-446-371-2
Peresensi : Fathorrozi
Lulusan Magister Manajemen Pendidikan Islam UINKHAS Jember, tinggal di Ledokombo Jember.

Dendam merupakan bagian dari perilaku buruk. Dendam adalah perasaan sangat benci dan ingin membalas tindak kejahatan yang dilakukan orang lain. Apapun alasannya, dendam tidaklah dibenarkan, sebab perilaku dendam ini laksana orang yang hendak memadamkan kobaran api dengan api.

Jika kita menilik ke masa lampau sebelum planet bumi dihuni manusia, dendam ini pertama kali diperbuat oleh setan kepada Adam dan Hawa di surga. Setelah iblis dan setan diturunkan ke bumi sebab membangkang perintah Tuhan untuk bersujud kepada Nabi Adam, atas izin-Nya setan kembali lagi ke surga untuk membalas dendam.

Setan yakin satu-satunya penyebab ia diturunkan dari surga adalah sesosok Adam. Sebab, Adam yang baru diciptakan dari tanah itu tiba-tiba menjadi terhormat di kalangan penghuni surga, sampai-sampai semua penduduk surga diperintah untuk bersujud hormat kepadanya. Semuanya pun bersujud kecuali iblis. Iblis merasa gengsi untuk ikut sujud karena ia merasa derajatnya jauh lebih tinggi dari Adam. Adam diciptakan dari tanah, sedangkan ia tercipta dari api. Menurut iblis, api lebih mulia daripada tanah.

Dendam terus menggelora di dada iblis. Ia bersama komplotannya berdiskusi mengenai strategi jitu untuk melancarkan aksi balas dendam kepada Adam. Sebab menurutnya, andai Adam tidak tercipta, niscaya ia tidak akan diturunkan dari surga. Maka seketika itu, antek-antek iblis terobsesi untuk membujuk dan menipu daya Adam agar juga dapat murka-Nya, lalu diturunkan dari tempat sangat indah tersebut.

Berkali-kali makhluk terkutuk itu terus berupaya, berjuang dan tidak putus asa mengerahkan senegap pikiran dan tenaganya untuk merayu Adam dan Hawa agar makan buah larangan. Setelah aksinya berhasil, Adam mendapat murka Allah, kemudian diturunkan ke bumi. Segerombolan setan akhirnya tertawa lebar, bersorak sambil bertepuk tangan atas kesuksesannya dalam menyemburkan api muslihat.

Perilaku dendam kesumat ini juga menjadi bagian tema kisah dalam buku Membakar Surga. Karya Yuditeha ini mengkritik perilaku sebagian orang atau kelompok yang suka bertindak semau-maunya demi melancarkan misi kesucian. Misi kesucian yang dimaksud adalah membakar tempat-tempat yang dipandang kotor, berlumur dosa, dan bergelimang maksiat.

Dikisahkan seorang anak gelandangan seusia siswa kelas lima SD yang ke mana-mana selalu membawa korek api. Pada suatu kesempatan, ia berjumpa dengan seorang laki-laki yang sedang menunggu bus antarkota di sebuah halte. Selama menunggu kemunculan bus, si laki-laki mengobrol dengan anak gelandangan itu.

Ketika melihat anak gelandangan itu selalu memegang korek, laki-laki tersebut bertanya, apakah kamu punya masalah dengan korek? Anak itu menggeleng. Lantas ia berkata padanya, bahwa dulu ia pernah mendengar ungkapan dari temannya, jika ada orang yang suka memegang korek, katanya orang itu punya masalah perihal api di kehidupan masa lalunya. Katanya pula, orang yang seperti itu punya obsesi untuk membakar sesuatu (hlm. 26).

Dan benar saja, beberapa hari dari itu terdapat gedung kantor dinas penataan kota yang terbakar. Diduga anak gelandangan itulah yang membakarnya lantaran tersulut api dendam. Ia membalas dendam karena dulu ibunya mati terbakar saat bekerja di sebuah rumah bordil. Mereka beralasan rumah bordil itu merupakan sarang wanita malam.

Saat si anak hidup sebatang kara dan tidak punya siapa-siapa lagi, ia ditolong dan tinggal bersama seorang gelandangan. Tetapi, tidak lama kemudian, wilayah yang ia tinggali, yang mereka sebut sebagai tempat kumuh, dan dianggap tak layak berada di kota, mereka bakar, dan orang yang merawatnya ikut pula terbakar.

Mendengar kisah anak gelandangan yang mencengangkan sekaligus perih itu, si laki-laki mencoba perlahan untuk bertanya, apa sesungguhnya yang ingin ia bakar?

“Surga,” jawab anak gelandangan, tegas.

Dengan penuh semangat anak itu langsung menjelaskan alasannya. Ia bilang, orang-orang yang merasa hidupnya bersih selalu ingin menghilangkan yang kotor dengan cara membakar. Orang-orang itu memusnahkan segala hal yang dinilai buruk. Alasannya mereka membersihkan kehidupan dari segala yang nista. Dengan begitu hidup mereka akan menjadi suci lantas merasa pantas untuk berharap, kelak ketika mati dapat dimasukkan ke dalam surga.

“Dan aku tidak menyukai hal itu. Karenanya aku ingin melenyapkan surga!” katanya (hlm. 29).

Cerita yang dituturkan dengan bahasa renyah dan mudah dipahami ini mengandung pesan bagi pembaca bahwa kepada yang dianggap kotor, bagian dari kehidupan nista, dan dinilai buruk oleh orang yang merasa dirinya suci, tidak dibenarkan untuk bertindak semena-mena yang menginjak nama kemanusiaan dan jauh dari ajaran agama.

Selain cerpen berjudul Membakar Surga, masih ada 19 cerpen lain yang termuat di dalam buku dengan tebal 130 halaman ini. Tema yang dituturkan pun beragam, seperti kesenjangan sosial, sejarah, metafisika, dan lain sebagainya. Meski demikian, penyajian kisahnya tetap berciri khas Yuditeha; analisis tajam dan karakter tokohnya kuat.

————– *** ————–

Rate this article!
Tags: