Digelar Dua Hari, 45 Siswa SMKN 2 Surabaya Ikuti ANBK

Suasana pelaksanaan UNBK di SMKN 2 Surabaya, setiap kelas berisi 15 siswa.

Matangkan Pemahaman, Beri 10 Menit Pelatihan Materi Setiap Harinya
Surabaya, Bhirawa
Assesment Nasional Berbasis Komputer (ANBK) jenjang SMK digelar mulai 20 hingga 23 September. ANBK jenjang SMK ini digelar pertama kali setelah tahun lalu terkendala pandemi. Di Jatim, kegiatan ini diikuti 71.291 siswa dari 2.091 lembaga. Sementara di sub rayon 2 Kota Surabaya, ANBK baru dimulai, Rabu (22/9). Salah satunya yang terpantau di SMKN 2 Surabaya. Sebanyak 45 siswa dari 15 jurusan mengikuti pelaksanaan ANBK.
ANBK dilaksanakan selama dua hari. Di hari pertama, kemarin (22/9) sesi pertama dilakukan latihan, kemudian dilanjutkan assesment literasi membaca selama 90 menit dengan 36 soal. Sesi terakhir dilanjutkan dengan survei karakter selama 30 menit. Sementara untuk hari kedua (hari ini), dimulai dengan latihan soal selama 10 menit, dilanjutkan numerasi selama 90 menit dan terakhir, survei lingkungan belajar selama 30 menit.
Menurut Ketua Panitia ANBK SMKN 2 Surabaya, Dwi Wahyu Hidayat, ANBK dilaksanakan sebagai pengganti UN, salah satu bentuknya berupa assesment. Tujuannya bukan untuk menilai akademik siswa, melainkan mewakili sekolah untuk perangkingan di tingkat nasional. Penunjukkan peserta pun dari Kemdikbud.
“Pengambilan siswa (dilakukan) secara acak oleh Kemdikbud. Jadi kami hanya mengadakan sosialisasi dengan orang tua saja, untuk mendukung jalannya assesment ini,” urainya.
Selain sosialisasi, kata Dwi, persiapan ANBK juga dilakukan dengan melakukan ujicoba materi dan komputer yang digunakan, serta gladi bersih. Sebelum kegiatan ANBK anak – anak diberi materi yang berhubungan dengan assesmen nasional selama 10 menit, setiap pembelajaran.
Hal ini dilakukan agar kesiapan siswa lebih matang. Pasalnya, bentuk soal AN (Assesment Nasional) tidak sama dengan ujian nasional yang murni pilihan ganda. Sementara ANBK ini lebih banyak pemahaman soal literasi dan logika numerasi.
“Tujuannya agar siswa mempunyai kemampuan pemahan terhadap isi bacaan, bernalar dengan menggunakan logika, pemahaman terhadap lingkungan karena ada kaitannya dengan kecakapan hidup,” kata dia.
Sementara itu, karena keterbatasan fasilitas, siswa lain yang tidak ikut asesmen juga diberikan materi melalui buku panduan. Meskipun hal ini jelas berbeda dengan pembacaan soal di layar komputer, karena pernah ada soal tiga halaman hanya satu pertanyaan.
Eric Richard, siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) mengungkapkan, cukup kaget tetapi senang karena bisa mewakili sekolah dan dapat pengalaman baru selama menjadi peserta ANBK.
“Sekolah tidak menekan harus bagaimana, jadi kami santai. Persiapannya lebih ke mental dan lebih banyak belajar biasanya cuma satu jam, sekarang bisa dua jam dan banyak membaca,”ujarnya.
Eric mengungkapkan, setelah selesai mengerjakan soal literasi, ia melihat ada beberapa soal yang memang seperti bentuk kehidupan sehari-hari. ”Ada soal yang tak realistis jadi agak sulit jawabnya,” lanjutnya.
Plt Kepala SMKN 2 Surabaya, Bahrun mengungkapkan, selain asesmen pada siswa, asesmen juga dilakukan pada para guru dengan memberikan kuesioner pada guru untuk survey belajar siswa.
“Kuesioner saya berikan langsung ke guru – guru supaya mereka bisa mengisi apa adanya. Jadi guru langsung mengisi link kuesioner dan dikirim ke pusat,” urainya.

Ajang Evaluasi Sistem Pendidikan
Pelaksanaan AN mulai digelar tahun ini di seluruh jenjang. Mulai SD, SMP dan SMA/SMK. Pada prinsipnya pelaksanaan AN digunakan untuk mengevaluasi sistem pendidikan di Indonesia. Hasil akhirnya, akan dijadikan sebagai profil pendidikan daerah dan profil satuan pendidikan, atau berupa rapot pendidikan daerah dan rapot pendidikan satuan pendidikan. Atau dengan kata lain pemetaan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kepala LPMP Jatim, Dr Rizqi menjelaskan, pelaksanaan AN digunakan untuk dasar perencanaan dan pelaksnaaan peningkatan layanan mutu pendidikan. Selain itu juga untuk menetapkan rapot pendidikan daerah ataupun satuan pendidikan. Hasil akhir AN akan dikombinasikan dengan data lain seperti Dapodik, Emis, survey BPS (badan pusat statistik) dan beberapa sumber data lainnya.
“AN ini sumber untuk menyusun profil pendidikan yang dikombinasikan dengan dapodik/emis dan data BPS, untuk menghasilkan platform atau profil sekolah,” jelas dia.
Kemudian rapot satuan pendidikan dijadikan dasar evaluasi eksternal oleh badan akreditasi sekolah. Tentu juga evaluasi kemdikbud untuk memberikan evaluasi pendidikan daerah berdasarkan evaluasi rapot satuan pendidikan. Ini yang profil pendidikan daerah akan jadi dasar internal sekolah maupun pemda (pemerintah daerah) untuk evaluasi sekolah. [ina]

Tags: