Dinkes Petakan Tujuh Daerah Rawan Kanker

dr Harsono

dr Harsono

Surabaya, Bhirawa
Banyaknya penderita kanker serviks di tujuh daerah membuat perhatian bagi Dinkes Jatim. Dinkes Jatim akan memperkuat pelayanan dan edukasi terhadap tujuh daerah yaitu Kota Malang, Kab Malang, Kota Probolinggo, Kota Surabaya, Kab Sidoarjo, Kab Gresik, dan Kab Banyuwangi (Dengan jumlah kasus baru pertahunnya 40 orang, red).
Menurut Kepala Dinkes, Jatim dr Harsono dari tujuh daerah yang rawan kanker di Jatim ada beberapa daerah yang patut diwaspadai yaitu Kab Ngawi, Kab Magetan, Kota Kediri, Kab Trenggalek, Kab Lumajang, dan Kab Sampang (Dengan jumlah kasus baru pertahunnya 20 hingga 40 orang, red). Selain itu beberapa daerah lainnya juga andil dalam menyumbangkan kanker di Jatim, seperti Kab Pacitan, Kab Ponorogo, Kab Tulungagung, Blitar, Kediri, Madiun, Nganjuk, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Kabupaten dan Kota Mojokerto, Jombang, Kota Pasuruan, Kota Batu, Kab Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Jember, Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep (Dengan jumlah kasus baru pertahunnya 1 hingga 20 orang, red).
Lebih lanjut Harsono menjelaskan, dari banyaknya kasus kanker serviks Dinkes Jatim akan berusaha keras untuk melatih SDM yang ada di Puskesmas untuk mampu melayani Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Pap Smear. ”Jatim mempunyai 961 Puskesmas dan baru 60% atau 500 Puskesmas yang menyediakan layanan IVA dan pap smear. Pelatihan ini akan membantu Puskesmas dalam menyediakan SDM yang mampu memberikan pelayanan IVA dan pap smear. Kami berusaha sebelum 2020 atau tahun 2019 semua Puskesmas dapat memberikan pelayanan IVA dan pap smear,” tuturnya.
Dikatakan Harsono, pelayanan yang diberikan Puskesmas untuk IVA dan pap smear sangat penting, karena hingga kini banyak masyarakat Jatim yang belum paham manfaat IVA dan pap smear. Sehingga kasus kanker serviks pada Pasangan Usia Subur (PUS) dan Wanita Usia Subur (WUS) sangat tinggi. Dengan pemeriksaan IVA dan pap smear yang dilakukan rutin oleh PUS dan WUS akan memperkecil risiko terjangkitnya penyakit kanker serviks. Selain itu dapat mendeteksi sejak dini terkena kanker serviks jika masyarakat rutin melakukan pemeriksaan.
”Jadi PUS dan WUS dapat lebih awal tahu jika dirinya kena kanker serviks. Biasanya sebelum kena kanker serviks didahului dengan pra kanker. Jika diketahui kena pra kanker maka seseorang dapat mudah disembuhkan,” terangnya.
Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Universitas Airlangga, dr Ika Soelistiana SpK(K) mengatakan, tingginya kasus kanner serviks disebabkan banyak faktor. Menurutnya, penularan Human Papilloma Virus (HPV) atau kanker serviks bukan hanya melalui hubungan seksual, tapi juga segala aktivitas yang memungkinkan adanya kontak kelamin dengan orang yang terinfeksi. Misalnya saja, ada orang yang bersentuhan dengan orang yang memiliki HPV, maka orang itu bisa menjadi perantara kepada pihak ketiga. ”Saking mudahnya tertular, HPV ini bisa lebih berbahaya dari HIV,” katanya.
Selain ada orang yang menularkan, HPV juga ditularkan lewat benda yang sudah terinfeksi dengan HPV. Misalnya, sarung tangan operasi yang sudah dipakai, forsen untuk biopsi, jari tangan, sex toys, penggunaan kloset dan juga tukar menukar celana dalam. ”Celana dalam penderita kanker serviks juga bisa menular ke orang lain,” terangnya. [dna]

Tags: