Dirikan Lima Co Working Space Jadi Ruang Kolaborasi Ide

Rektor UM Surabaya (tiga dari kiri) meresmikan lima titik co working space yang dinamai UMSurabaya Creative Space pada penutupan Milad ke 36 UM Surabaya.

Cara UMSurabaya Merawat Potensi Generasi Milenial
Surabaya, bhirawa
Perkembangan iklim akademik di perguruan tinggi tidak sebatas apa yang disajikan dalam kurikulum. Selebihnya, kampus menjadi ruang bagi beragam individu, baik dosen, mahasiswa maupun pihak di luar kampus untuk saling mengembangkan ide, riset, minat, maupun merancang bisnis plan.
Variasi kebutuhan itu ditangkap Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya sebagai potensi yang harus dirawat. Hal itu diwujudkan dengan mendirikan Co-Working Space yang dinamai UMSurabaya Creative Space (UCS). UCS ini merupakan tempat dimana beragam individu yang memiliki berbagai latar disiplin ilmu, hobi dan jenis bisnis bisa saling berkolaborasi. “Seperti definisi coworking space itu sendiri adalah kerja sama atau berkolaborasi,” tutur Rektor UM Surabaya Dr dr Sukadiono di sela peresmian UCS, Rabu (9/5).
Rektor UMSurabaya, Dr.dr.Sukadiono,MM, menyatakan hadirnya UCS merupakan iktiar baru menghadirkan co-working dilingkungan kampus. Sebab, kampus menurutnya adalah lahan subur tumbuh kembangnya gagaasan dan ide.
Sukadiono menjelaskan, di kampusnya terdapat lima titik UCS yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh civitas akademika. Di antaranya ialah Co millenial yang fokus di bidang design and audio visual. Kedua Visual Space yang berada di Gedung G Lantai 4. Ketiga, litterate Space yang merupakan caffe dan bookstore. Keempat Asian Corner yang bertempat di perpustakaan UMSurabaya dan terakhir Technopreuner Space di rooftop At-Tauhid Tower Lt.4.
“Semua Co-working space tersebut didesain dengan gambar dan ornamen yang futuristik dan visioner,” tambah Sukadiono. Selain desain yang unik, lanjut dia, UCS akan banyak diisi dengan berbagai program untuk mendukung aktifitas akademik yang berorientasi produk inovasi, baik berupa pelatihan maupun short couse.
Terkait Asian Corner Space, Sukadiono optimis fasilitas ini akan menjadi ruang untuk para mahasiswa mempelajari budaya dan bahasa asing. Budaya dan bahasa yang dimaksud adalah berasal dari Jepang dan Taiwan. Sebab, kerjasama UM Surabaya sejauh ini telah dibangun kuat dengan kedua negara tersebut. “Kita telah bekerjasama dengan 29 perguruan tinggi di Taiwan. Karena itu, Asian Corner ini salah satu tindak lanjut yang kita wajudkan,” tutur dia.
Suko, sapaan akrab Sukadiono berharap, Asian Corner mampu menyiapkan calon mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri atau bekerja di luar negeri. Karena itu, dalam co working tersebut akan dibangun kerjasama dengan lembaga bahasa untuk sekaligus melakukan standarisasi.
Dalam kesempatan itu, General Direkctor Taipei Economic and Trade Office (TETO) Mr Jeffrey Hsiao meresmikan Asian Corner milik UM Surabaya. Jeffrey berharap agar Asian Corner yang bekerjasama dengan pemerintahan Taiwan bisa menjadi bagian dari UCS yang dapat menjadi wadah komunikasi antar negara dalam pengembangan ilmu pengetauhan. Selain itu, adanya ruang tersebut dapat dimanfaatkan mahasiswa sebagai wadah pertukaran kebudayaan. Seperti mengadakan acara Asian Culture Day dan Asian Summer Camp.

Cocok untuk Santai Sekaligus Bikin Project Rame-rame
Di antara lima co working yang baru saja diresmikan UM Surabaya, Co Milenial Space menjadi salah satu ruang ide yang lebih awal dirintis. Hal itu berawal dari inisiatif mahasiswa dan dosen untuk menekuni dunia fotografi dan videografi hingga akhirnya berkembang menjadi virtual reality dan pemrograman. Co millennial space juga memiliki konsentrasi dalam pengembangan aplikasi android.
“Co Millenial ini sebenarnya unit usaha creative yang fokus di dunia multimedia dan pemrograman. Namun seiring waktu, banyak mahasiswa yang tertarik sehingga co millennial kini dikembangkan menjadi co working,” tutur Direktur Eksekutif Co Millenial Agus Budiman.
Dengan adanya Co Millenial sebagai co working, siapapun bisa bergabung menjadi bagian dari Co Millenial. Khususnya untuk mengembangkan diri dengan program-program yang ada di dalamnya. “Co Millenial ini ada tempat santainya untuk kita belajar fotografi dan lain-lain. Tapi ada juga tempat yang serius untuk kita gunakan bikin project rame-rame,” tutur Budi.
Pria asal Paciran, Lamongan ini mengaku, di luar kampus Co Millenial mulai mendapat tempat berbagai lembaga dan institusi. Khususnya lembaga-lembaga yang ingin memperlihatkan profilnya dengan cara kreatif melalui foto maupun video. “Tidak hanya lembaga, sejumlah tokoh perseorangan juga sudah mulai melirik untuk bekerjasama dengan Co Millenial. Tujuannya sama, untuk meningkatkan daya tawar individu dengan cara yang kreatif,” pungkas dia. [tam]

Tags: