Disnak Jatim Berhasil Turunkan Kasus AI

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Upaya mengurangi jumlah kasus Avian Influenza atau dikenal sebagai flu burung di Jatim terus digalakkan dan membuahkan hasil. Dari tahun ke tahun, jumlah kasus semakin menurun. Dari awal Januari 2017 hingga Juni 2017, angka kasus AI di Jatim sebanyak tujuh kasus saja.
Plt Kepala Dinas Peternakan Jatim, Dr Ir H Abdul Hamid MP mengatakan, pada musim pancaroba, penyakit flu burung masih harus tetap diwaspadai. Bahkan, vaksinasi terhadap unggas juga telah dilakukan pada tahun ini.
“Secara tren, kasus flu burung di Jatim mengalami penurunan. Selama  tujuh tahun terakhir, kasusnya masih 150 lebih, namun tahun lalu hanya 11 kasus. Mudah-mudahan memberikan makna yang lebih baik kedepannya,” katanya didampingi jajaran Dinas Peternakan Provinsi Jatim.
Meskipun, diakuinya, pemerintah masih belum bisa memberikan pengendalian secara maksimal, namun Pemprov Jatim melalui Dinas Peternakan Provinsi Jatim menggalakkan program penerapan biosekurity di tiga zona untuk peternakan sektor tiga, disamping adanya program vaksinasi.
“Untuk vaksinasi, targetnya 70 persen dari jumlah populasi, akan tetapi kami masih ingin membudayakan partisipasi masyarakat agar mereka mau membeli vaksin sendiri. Jika andalkan pemerintah, maka tidak akan mampu mengkover semuanya,” ujarnya.
Disisi lain dijelaskan juga, diperkirakan saat ini masih ada virus AI yang tengah bermutasi. Mutasi virus AI itu ditengarai tidak membunuh sekaligus dalam jumlah banyak, namun produksi telur menjadi berkurang.
“Saat ini terdapat AI dengan sub tipe virus baru, banyak ditemukan di peternakan komersial. Jika selama ini virus AI menyebabkan kematian unggas secara massal, tetapi kematian tidak banyak namun produksi turun. Setelah dilakukan penelitian Balai Besar Veteriner, ditemukan sub tipe baru,” katanya.
Tahun ini, di Jatim telah diambil 500 sample untuk diujikan, jika ada virusnya maka akan diketahui sub tipe lama atau baru. “Jika ada sub tipe baru, maka vaksinnya akan berbeda dengan sebelumnya. Ini sebagai langkah early warning system untuk mengetahui perkembangan virus yang ada ,” paparnya.
Dikatakannya, menilik hal itu peternak tetap harus melangsungkan langkah preventif atau pencegahan, yaitu melakukan  Biosecurity, seperti tidak sembarangan orang dapat masuk ke area kandang, mencuci tangan dan kaki, memakai pakaian khusus dan tidak sembarangan kendaraan dapat masuk.
Sementara mengenai langkah-langkah standar yang dilakukan jika terdapat temuan,  pihaknya menurunkan tim reaksi cepat untuk melakukan penanganan pada kasus yang diketahui. Ada beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu isolasi dan depopulasi atau menghabiskan populasi yang berada dalam satu kandang. [rac]

Tags: