Dispopar Kota Probolinggo Gelar Pelatihan Digitalisasi Pariwisata

Dispopar gelar pelatihan digitalisasi pariwisata.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Pulihkan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Pemkot Probolinggo, Bhirawa.
Ada tiga pilar utama untuk pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif yaitu inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Sebagai bangsa yang besar sudah seharusnya kita berkolaborasi, jangan asyik berkompetisi, jangan lupa inovasi dengan memanfaatkan teknologi digital dan beradaptasi di tengah pandemi dengan mengedepankan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin. Hal ini diungkapkan Asisten Administrasi Pemerintahan Gogol Sudjarwo mewakili Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin, Kamis (24/11).

Hal tersebut diungkapkan pada pembukaan kegiatan Pelatihan Digitalisasi Branding, Pemasaran dan Penjualan pada Desa Wisata, Homestay/Pondok Wisata, Kuliner, Souvenir, Fotografi yang diadakan Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) Kota Probolinggo di Bale Hinggil.

Gogol menegaskan, Pemerintah Kota Probolinggo berkomitmen tinggi dalam membangun kepariwisataan berbasis budaya berlandaskan kearifan lokal. “Maka, Go Digital menjadi penting, mengingat revolusi industri telah merambah ke berbagai aspek kehidupan dan pandemi Covid-19 memaksa serta mendorong manusia untuk memaksimalkan fungsi teknologi. Sebagai contoh layanan transportasi taksi, transaksi bank semuanya melalui aplikasi dan e-banking,” tandasnya.

Ia menjelaskan, program digitalisasi ini juga salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. “Wisatawan saat ini lebih memilih mendapatkan informasi melalui foto atau video yang terunggah di sosial media, seseorang akan mencari lebih detail mengenai destinasi wisata tujuannya,” katanya.

Gogol berharap, para pelaku usaha pariwisata dan pelaku ekonomi kreatif harus mempunyai tips dan trik dalam mempromosikan pariwisata. Sehingga informasi yang diinginkan wisatawan dapat disampaikan dengan baik dan dapat mendorong wisatawan untuk melakukan perjalanan nyata ke Kota Probolinggo sehingga mendongkrak angka kunjungan wisatawan.

Gogol juga menekankan untuk branding dari Kota Probolinggo. “Kita harus lebih memperkenalkan branding ‘Impressive Probolinggo City”, bagaimana bila ada kata impressive, maka akan ingat tentang Kota Probolinggo yang mengesankan,” katanya.

Menurut Plt Kepala Dispopar Fadjar Poernomo, pelatihan ini memang bermaksud untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang pemasaran digital. “Dan juga pentingnya fotografi dan bahasa yang efektif dalam pemasaran digital,” katanya. Pelatihan ini berlangsung selama tiga hari (22-24/11). “Untuk hari terakhir, kita langsung praktek lapangan,” sambungnya.

Pelatihan diikuti oleh 40 peserta yang terdiri dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), pelaku ekonomi kreatif dan pondok pesantren. Beberapa peserta pun membawa produk yang mereka hasilkan seperti bawang goreng, rengginang, kripik, dan lain sebagainya. “Itung-itung promosi,” kata salah satu peserta.

Sebelumnya guna memulihkan kembali di sektor perekonomian, terutama menyangkut masalah pariwisata di Kota Probolinggo. Pemerintah kota setempat mengambil kebijakan, dengan memberikan sertifikat bagi sembilan pelaku usaha pariwisata.

Sertifikat itu sendiri, sebagai jaminan pelaku wisata menerapkan kebiasaan baru dan telah sudah diverifikasi memenuhi syarat protokol kesehatan. Sertifikat tersebut diberikan langsung oleh Wali Kota Probolinggo, Hadi Zainal Abidin di areal TRA Kolam Renang Bayuangga.

Terdapat sembilan tujuan dan usaha wisata, yang memperoleh sertifikat diantaranya adalah Bromo Park Hotel, Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL), Hotel Ratna, Pantai Permata Pilang, Orin Hall and Resto, DnC, Widya Harja, BJBR dan Paseban Sena.

Wali Kota Hadi mengatakan, pemerintah menerapkan kebijakan adaptasi baru, agar sektor perekonomian di bidang pariwisata yang sempat terpuruk karena dampak Covid-19, bisa kembali bergerak. Tentunya pemulihan sendiri menurut Hadi, harus diikuti dengan penerapan protokol kesehatan yang benar, di lokasi tujuan usaha dan wisata Kota Probolinggo.

“Jangan awal-awalnya saja ketat, terus kendor lagi. Jangan salahkan kalau kami cabut izinnya, jangan karena sudah dapat sertifikat terus lengah atau tidak melaksanakan protokol kesehatan. Kami mengambil kebijakan terbaik untuk semua. Mudah-mudahan berjalan sesuai harapan,” imbau Wali Kota Hadi.

Bahkan, ia juga mempertanyakan ke para pelaku wisata supaya benar-benar menerapkan protokol kesehatan. “Saya mau tanya dulu, sanggup tidak?,” tanya Wali Kota Hadi kepada pelaku wisata. Meski para pelaku wisata mengaku sanggup, mereka yang mendapatkan sertifikat terang Wali Kota Hadi, akan tetap dilakukan pemantauan oleh tim assessment di Kota Probolinggo.

Wali Kota Hadi juga mengingatkan, pengelola gedung atau penyelenggara acara yang bekerjasama dengan katering, harus menyediakan petugas yang mengambilkan makanan atau minuman. Dimana tamu tidak diperbolehkan, mengambil makanan dan minuman sendiri-sendiri. Apabila hal itu tetap terjadi, konsekuensinya pemilik gedung dan pihak katering bakal dapat teguran. Selain itu penerapan protokol kesehatan itu sendri dengan jaga jarak, memakai masker dan menyediakan tempat cuci tangan.

Hal sama juga berlaku pada pelaku sektor pariwisata, seperti pengelola tujuan wisata di Kota Probolinggo. Mereka diminta tegas, terhadap pengunjung yang tidak memakai masker , guna kenyamanan dan keamanan dari Covid-19 yang belum usai.[wap.ca]

Tags: