Ditengah Pandemi, Syiar Ramadan UMM Kota Malang Dilakukan Daring

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si.

Kota Malang, Bhirawa
Bulan Suci Ramadan tahun ini. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan social dan physical distancing untuk menekan penyebaran Covid 19. Ini tentu berdampak pada berubahnya pola Interaksi antara manusia. Dari yang tadinya tatap muka, menjadi perjumpaan yang segalanya serba dalam jaringan (daring).
Kondisi ini mengubah format syiar-syiar Ramadhan yang bisanya digaungkan untuk memeriahkan dakwah di tengah masyarakat. Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada gelaran tahunan Syiar Ramadhan in Campus 1441 Hijriyah tahun ini.
Dalam kondisi mewabahnya Pandemik Covid-19 ini, UMM mensiasati beragam kegiatan tatap muka, menjadi bersifat daring. Di samping itu, UMM ikut berperan mengurangi dampak Covid-19 yang dialami mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus melaui kegiatan “UMM Peduli, UMM Berbagi” berupa pembagian sembako yang dilakukan secara berkala.
Kegiatan yang dilakukan berupa kajian-kajian Ramadhan, yang disiarkan langsung melalui streaming Youtube di channel umm1964 dapat diakses oleh semua orang.
Misalnya sebagai kajian pembuka, dimulai oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., dengan tema “Ramadhan di Tengah Bencana Global sebagai Momentum Instropeksi Kehidupan Beragama dan Bermasyarakat. Rektor Dr. Fauzan, M.Pd. turut memberi ucapan selamat puasa.
Dalam sambutannya Fauzan mengajak kepada umat Islam untuk memaknai puasa Ramadan secara substantif. Ia menguraikan bahwa, ramadan yang datang setahun sekali tidak boleh hanya lewat begitu saja dan hanya dirasakan secara seremonial. Melainkan Bulan Suci Ramadan harus dijadikan sebagai kesempatan untuk meningkatkan ketaqwaan.
“Derajat ketaqwaan juga seharusnya mampu diimplementasikan dalam kehidupan,” tutur Fauzan.
Fauzan lantas berpesan, khususnya kepada civitas akademika UMM, “Kampus Putih” yang mengemban amanah dakwah sudah seyogyanya bukan hanya mengurusi pendidikan semata. Melainkan keberadaannya juga sebagai role model pendidikan atau uswah khasanah. Ditekankan kepada civitas akademik, bahwa dalam setiap mengerjakan sesuatu tidak boleh lepas dari kontrol keimanan. “Jangan sampai kita ini berpuasa tapi sama sekali tidak mengubah esensi kehidupan kita,” tambahnya.
Haedar Nashir sendiri berpesan, sebagai orang yang beriman harus menghadapi segala musibah dengan spirit iman yang kokoh. Sebagai agama wahyu, Islam memberikan jawaban atas segala persoalan yang datang. Ramadhan merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan nilai keimanan. Ada beberapa esensi keimanan bagi seorang muslim dalam menghadapi musibah. Diantaranya, orang beriman semakin yakin terhadap kekuasaan Allah. Segala sesuatu tidak pernah lepas dari sunatullah.
Di sisi lain, pembagian paket sembako dilakukan terdiri dari 3 cluster. Cluster 1 (0-4 KM) yakni wilayah Karangploso, Dau, Mulyoagung dan Tlogomas. Cluster 2 (4-10 KM) yakni Dinoyo, Mojolangu, dan Merjosari. Sementara cluster 3 (10 KM ke atas) diberikan kepada mahasiswa dan masyarakat wilayah Blimbing, Sumbersari, Batu, dan daerah terjauh dari UMM. “Proses distribusi sembako dilakukan dengan standar protokol kesehatan,” ungkap Pulung, penanggungjawab Syiar Ramadhan in Campus 2020.
Kegiatan I’tikaf Ramadhan dan pembagian zakat yang biasanya diadakan di Masjid AR. Fachruddin Kampus II UMM atau kegiatan yang melibatkan massa dalam jumlah banyak, akan tetap diselenggarakan dengan memperhatikan standar protokol kesehatan. “Sementara untuk kegiatan shalat Idul Fitri masih menunggu keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, apakah UMM akan tetap selenggarakan shalat Idul Fitri secara umum,” terang dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM ini. [mut]

Tags: