Ditjen PSP Kementan Monitoring Penyaluran Pupuk Subsidi di Kabupaten Probolinggo

Ditjen PSP Kementan monitoring penyaluran pupuk bersubsidi.[wiwit agus pribadibhirawa]

Kabupaten Probolinggo, Bhirawa.
Sebanyak 3 (tiga) orang staf dari Direktorat Pupuk dan Pestisida Direktorat Jenderal (Ditjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) RI melakukan monitoring terkait pelaksanaan pemberian pupuk bersubsidi di Kabupaten Probolinggo.

Kedatangan tim dari Ditjen PSP Kementan RI ini disambut oleh Kepala Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Probolinggo Mahbub Zunaidi bersama anggota Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) Kabupaten Probolinggo.

Monitoring pupuk bersubsidi ini dilakukan di Kios Baru Desa Suko Kecamatan Maron, Kios Cahaya Tani Desa Maron Kidul Kecamatan Maron serta Kios Murni Tani Desa Clarak Kecamatan Leces. Dalam kesempatan tersebut Kepala Diperta Kabupaten Probolinggo Mahbub Zunaidi bersama KP3 Kabupaten Probolinggo menyampaikan masukan-masukan kepada tim monitoring dari Ditjen PSP Kementan RI.

“Dengan adanya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian, petani dibawa ramai. Sebab komoditas yang diberi pupuk bersubsidi tinggal 9 komoditas saja. Padahal sebelumnya mencapai 70 komoditas. Disamping itu, jenis pupuk bersubsidi yang awalnya ada 6 jenis, sekarang tinggal 2 jenis yaitu Urea dan NPK,” katanya, Kamis (15/12).

Tidak hanya itu jelas Mahbub, dosis yang digunakan petani juga sangat berdampak sekali. Biasanya petani itu diberi kuota pupuk bersubsidi sesuai RDKK sebanyak 300 kg. Tetapi terkadang dosis yang digunakan petani untuk Urea mencapai 400 kg. Hal inilah yang menyebabkan pupuk bersubsidi itu dikira langka.

“Padahal pupuk bersubsidi itu ada. Namun karena dosis yang digunakan oleh petani itu lebih tinggi dari kuota yang seharusnya, maka kesannya pupuk bersubsidi itu langka. Subsidi itu diberikan kepada petani sesuai dengan kemampuan anggaran pemerintah,” jelasnya.

Mahbub mengaku juga menyampaikan bahwa di Kabupaten Probolinggo itu banyak potensi komoditas yang tidak disuntik oleh pupuk bersubsidi. Misalnya di sektor perkebunan ada tembakau. Padahal luas tanam tembakau di Kabupaten Probolinggo setiap tahunnya mencapai 10 ribu hektar. “Di sektor holtikultura yang diberikan hanya bawang merah, bawang putih dan cabe. Sementara kita potensi kentang, kubis dan wortel. Untuk komoditas ini tidak diberi pupuk bersubsidi,” terangnya.

Untuk hal tersebut terang Mahbub, pihaknya meminta agar Kementan meninjau kembali Permentan Nomor 10 Tahun 2022. “Kami sudah melayangkan surat agar komoditas unggulan kami juga diberi pupuk bersubsidi seperti tembakau dan sayuran. Untuk tanaman pangan hanya padi, jagung dan kedelai yang diberi pupuk bersubsidi. Sementara potensi semangka tidak diberi pupuk bersubsidi. Padahal potensinya sangat besar sekali,” ujarnya.

Mahbub mengharapkan agar aspirasi daerah baik petani maupun KP3 untuk diakomodir oleh Kementan RI. Paling tidak komoditas-komoditas yang menjadi potensi daerah bisa mendapatkan pupuk bersubsidi. “Mohon agar usulan-usulan dari bawah agar bisa difasilitasi dan ditindaklanjuti agar petani-petani yang ada di bawah tidak gaduh. Selama ini KP3 selalu melakukan pengawasan agar tidak terjadi penyelewengan oleh kios agar penyalurannya tepat sasaran,” tuturnya.

Kebutuhan pupuk bersubsidi di Kabupaten Probolinggo begitu tinggi. Karena itu, stoknya makin menipis dan sejauh ini belum ada tambahan kuota. Staf Fungsional Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo Suparlan mengatakan, kini pihaknya hanya fokus memantau dua pupuk bersubsidi. Meliputi pupuk Urea dan NPK. “Pemerintah telah memberlakukan pupuk bersubsidi hanya untuk jenis Urea dan NPK. Ini kami pantau terus,” katanya.

Realisasi dua jenis pupuk ini benar-benar diperhatikan. Tak heran, jika setiap bulan selalu dilakukan evaluasi agar stoknya tercukupi hingga akhir tahun. Namun, karena tingginya permintaan, membuat stoknya semakin minim. Dari data Dinas Pertanian, sampai September, penyaluran cukup banyak.

Dari alokasi pupuk Urea 39.010 ton, sudah tersalurkan 27.114,86 ton atau tersisa 11.895,14 ton. Jika dipersentase, penyalurannya sudah mencapai 69,51 persen atau tersisa 30,49 persen. Sedangkan, pupuk NPK dari jatah 21.501 ton, yang sudah tersalurkan mencapai 16.526,51 ton atau tersisa 4.974,49 ton.

Jika dipersentase, penyalurannya sudah mencapai 76,86 persen atau tersisa 23,14 persen. Stok ini dipastikan akan terus berkurang dan berpotensi habis sebelum tutup tahun. Disinggung terkait penambahan stok pupuk bersubsidi, Suparlan mengatakan, sebenarnya realokasi telah dilakukan beberapa bulan lalu. Pihaknya mendapatkan tambahan, namun karena masuk masa tanam, kebutuhan pupuk juga meningkat.[wap.ca]

Tags: