Dorong Pecepatan PTM Penuh

Saat ini, upaya untuk menghindari berbagai dampak belajar dari rumah yang berkepanjangan selama pandemi Covid-19 tengah terus mendapat perhatian publik dan pemerintah. Sehingga, urgent adanya jika percepatan pembelajaran tatap muka atau PTM perlu terus terus mendapat perhatian dan pengusahaan semua pihak guna menghindari berbagai dampak belajar dari rumah yang berkepanjangan. Seperti terjadinya penurunan hasil belajar atau ketertinggalan anak-anak dalam mengikuti pelajaran akibat pandemi bisa tereliminir.

Selain penurunan hasil belajar, pandemi juga mengakibatkan ancaman putus sekolah, pernikahan dini, kekerasan anak dalam rumah tangga dan penurunan daya saing anak-anak. Riset Bank Dunia juga menyatakan, tingkat putus sekolah di Indonesia meningkat sebesar 1,12 persen, angka tersebut 10 kali lipat dari Angka Putus SD Tahun 2019. Bahkan, Bank Dunia memperkirakan saat ini di Indonesia ada 118.000 anak usia SD yang tidak bersekolah. Sedangkan, berdasarkan riset yang dilakukan oleh INOVASI dan Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak) Kemendikbud Ristek, pendidikan di Indonesia sudah kehilangan 5-6 bulan pembelajaran per tahun, (cnbcindonesia.com, 13/12/2021).

Itu artinya, angka tersebut lima kali lipat lebih banyak daripada jumlah Anak Putus SD Tahun 2019. Riset yang sama juga menyatakan bahwa dalam kurun waktu 0,8 sampai dengan 1,3 tahun, compounded learning loss dengan kesenjangan antara siswa kaya dengan siswa miskin meningkat 10 sebesar persen. Oleh sebab itulah, kini saatnya semua pihak idealnya bisa melakukan percepatan penyelenggaraan PTM, bukan terbatas tetapi penuh. Terlebih, pandemi Covid-19 telah menyebabkan learning loss yang sangat signifikan. Jika dibiarkan secara jangka panjang, semua ini bisa menjadi risiko yang lebih besar dibandingkan risiko kesehatan

Oleh sebab itu, percepatan penuntasan vaksinasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) bisa menjadi dorongan untuk mengembalikan anak ke sekolah secara PTM penuh. Di sisi lain, penerapan protokol kesehatan juga harus tetap dijalankan yakni memakai masker, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, menjaga jarak, termasuk menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas serta interaksi.

Asri Kusuma Dewanti
Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Rate this article!
Tags: