Dosen MKU Untag Surabaya Prihatinkan Kualitas Pemilu 2024

Sekretaris MKU Untag Surabaya Ghulam Maulana Iman, S.AP, MPA dan narasumber diskusi Wahyu Kuncoro, ST,.M.Medkom

Surabaya, Bhirawa
Diskusi bulanan para pengampu mata kuliah Umum (MKU) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Selasa (26/3) mengambil topik Pemilu dan Praktik Demokrasi di Indonesia.

Sebagai pemantik diskusi adalah Dosen Ilmu Komunikasi (ilkom) Untag Surabaya Wahyu Kuncoro, ST,.M.Med.Kom, yang dipandu Sekretaris MKU Ghulam Maulana Iman,SAP. MPA.

Dalam paparannya sebagai pengantar diskusi, Wahyu menjelaskan secara singkat sejarah dan konsep demokrasi di dunia dan praktiknya di tanah air. Dalam paparannya, secara khusus Wahyu yang juga dosen pengampu mata kuliah pendidikan patriotisme ini mengungkapkan keprihatinannya terhadap praktik demokrasi berupa pemilu umum presiden dan pemilihan legislatif yang digelar 14 Februari 2024 lalu.

“Sebagi dosen MKU tentu kita patut gelisah dengan praktik demokrasi yang kita saksikan hari ini,” jelas Wahyu di hadapan peserta diskusi yang juga para dosen MKU di lingkungan Untag Surabaya.

Menurut Wahyu, nilai nilai tentang demokrasi yang fair yang selalu diajarkan di kampus seolah hanya jadi kalimat kalimat indah yang berlaku diruang ruang akademis, sementara pada praktiknya justru nilai-nilai itu dijadikan bahan tertawaan dan gurauan yang tidak ada artinya.

“Persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK) atau terungkapnya pelanggaran pelanggaran KPU menegaskan bahwa penyelenggaraan Pemilu kali ini sangat menyedihkan,” ungkap Wahyu dengan wajah sedih.

Lebih lanjut, menurut Wahyu apa yang disampaikannya tersebut tidak terkait dengan siapa yang menang namun lebih merupakan ungkapan harapan agar siapapun yang menang haruslah melalui proses yang baik.

“Tidak ada pemimpin yang baik kalau prosesnya saja tidak baik,” tegas Wahyu Lagi.

Salah satu peserta diskusi Drs M. Kendry Widiyanto, MSi mengungkap hal senada tentang buruknya praktik Pemilu tahun ini.

“Etika dan moral sudah diinjak-injak atas nama kekuasaan,” jelas Kendry dengan nada keras. Pemerintahan Jokowi lanjut Kendry secara telanjang telah menyalahgunaan kekuasaannya untuk memenuhi hasrat kekuasaannya.

“Kalau era Orde baru dulu kental dengan era Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, maka era sekarang ini jauh lebih parah dan telanjang tanpa malu,” tambah Kendry lagi.

Secara khusus, dosen Fisip Untag Surabaya ini mengajak para dosen MKU untuk terus berani berbicara tentang idealisme.

“Kita sebagai akademisi harus terus menyuarakan tentang idealisme, walaupun mungkin yang terjadi jauh dari nilai nilai idealisme,” jelas Kendry dengan suara bergetar. Acara diskusi yang berlangsung gayeng tersebut, diakhiri dengan buka puasa bersama dan pembagian bingkisan. [ina.why]

Tags: