Jangan Lelah Berbuat Baik di Usia 15 Tahun

Gatot Soebroto

Gatot Soebroto
Setiap tanggal 27 April diperingati sebagai hari jadi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim. Diusia 15 tahun di 2024 ini, BPBD Provinsi Jatim tetap berkomitmen memberikan layanan dan pengabdian kebencanaan kepada masyarakat Jawa Timur.

Layanan kebencanaan ini meliputi saat prabencana, tanggap darurat dan pascabencana. Hal inilah yang diberikan BPBD Provinsi Jatim dalam menginspirasi dan berkontribusi positif untuk Jawa Timur.

“Selamat ulang tahun BPBD Provinsi Jawa Timur yang ke-15. Teruslah berkontribusi yang positif untuk Jawa Timur, jangan lelah berbuat baik. Salam tangguh, tangguh dan tangguh,” ucap Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Jatim, Gatot Soebroto.

Kepada Bhirawa, Gatot mengaku, umur 15 tahun untuk BPBD Jatim ini diibaratkan kalau usia anak-anak ini masih tahap belajar. Belajar untuk mengetahui lingkungan kita di usia 15 tahun. Yaitu adanya bencana yang sangat masif di Jawa Timur, mulai dari angin puting beliung, angin kencang maupun gempa bumi.

Sebagaimana tema Rakornas 2024 BNPB bertemakan “Pengembangan Teknologi Dan Inovasi Dalam Penanganan Bencana”. Sehingga pengembangan teknologi dan inovasi sangat dibutuhkan. Tak lupa juga kolaborasi dan perlu adanya kolaborasi dalam penanganan bencana yang ada di Jatim.

“Peran serta teman-teman pentahelix, baik masyarakat, Pemerintah, dunia usaha, media maupun akademisi itu sangat penting. Baik dalam penanganan bencana, pra bencana dan pasca bencana,” ungkapnya.

Sehingga ke depannya perlu penguatan pentahelix dalam kolaborasi yang terus kita jaga dan kita tingkatkan. Selama ini di Jawa Timur keikutsertaan semua pihak sangat bagus. Dapat kita ketahui pada saat penanganan bencana, semua pihak turun memberikan bantuan.

“Contohnya pada saat kejadian bencana di Lumajang, dari dunia usaha, LSM, masyarakat, maupun lembaga-lembaga luar negeri turut andil dalam upaya penanganan bencana dari awal hingga akhir,” jelasnya.

Dengan pengalaman itu, masyarakat Jatim ini sangat care (peduli) dengan lingkungan. Sehingga kalau ada bencana di tentangganya atau di Kabupaten lainnya, masyarakat kita khususnya di Jatim segera membantu mendukung penanganan bencana di wilayah tersebut.

Bahkan sekarang ini tingkat pemahaman dan tingkat pengertian masyarakat di lingkungan sudah mulai meningkat. Dapat dilihat dengan mereka sangat melindungi dan menjaga sungai dengan cara menempatkan sampah yang sudah disediakan.

Tetapi memang masih ada dan nampak beberapa masyarakat yang tidak care. Itu mungkin hanya oknum-oknum yang membuang sampah di sungai. Dan melakukan pembakaran hutan dan lahan. Mungkin mereka tidak sadar apa yang mereka lakukan berdampak pada bencana.

“Apa yang dilakukan mereka itu melanggar aturan maupun tata krama dalam bermasyarakat. Artinya, kita membuang sampah bukan ditempat kita. Tetapi yang merasakan dampaknya adalah masyarakat ditempat tersebut,” tegasnya.

Maka dari itu, hal inilah yang perlu kita pahamkan kepada masyarakat yang belum care. “Dampak anda membuang sampah bukan pada anda, tetapi pada masyarakat yang ada di sekitar sungai tersebut. Sehingga timbul bencana dari ketidakpedulian oknum masyarakat ini,” pungkasnya. [bed.iib]

Tags: