DPRD Nganjuk Soroti Kekerasan di Lingkungan Sekolah

Karyo Sulistiyono SSos anggota Komisi IV saat menerima pengaduan adanya kekerasan di salah satu SMA di Nganjuk. [ristika]

Nganjuk, Bhirawa
DPRD Nganjuk menyayangkan terjadinya berbagai tindak kekerasan di lingkungan sekolah, baik yang dilakukan guru terhadap siswa maupun oleh siswa terhadap gurunya atau bahkan kekerasan yang dilakukan siswa terhadap siswa yang lain. Untuk mencegahnya kerja sama antara keluarga dan sekolah penting untuk menyukseskan pendidikan dan mencegah terjadinya tindak kekerasan di sekolah.
Komisi IV DPRD Nganjuk banyak menerima pengaduan tentang kekerasan di sekolah, baik ditingkat SD, SMP maupun SMA. Beberapa kasus kekerasan di sekolah bahkan kini masih ditangani oleh pihak Kepolisian.
Karyo Sulistiyono SSos anggota Komisi IV yang membidangi pendidikan menyarankan, agar sekolah mengundang orang tua atau wali murid setelah proses penerimaan peserta didik baru. Kemudian diberi penjelasan tentang kewajiban sekolah, kewajiban orang tua maupun hak orang tua. Kemudian kewajiban guru maupun hak guru. Sehingga hak guru yang harus dihargai orang tua dan yang mana hak orang tua yang harus dihargai guru itu harus jelas.
Karyo meyakini, komunikasi baik antara guru dan orang tua juga dapat mencegah terjadinya kekerasan di sekolah. Tujuannya, terang politisi Partai Golkar ini, agar tidak ada lagi guru, siswa, dan orang tua siswa yang dirugikan.
“Sekolah diharapkan dapat menjadi tempat belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Karena selain guru mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik, siswa di sekolah juga mendapat perlindungan yang sama,” ujar Karyo.
Sekolah yang sukses, menurut Karyo, adalah sekolah yang dapat mencetak anak – anak bahagia bukan hanya dengan mengukur prestasi akademik. Terlebih, banyak sekali sekolah yang mengutamakan mutu namun membanderol biaya tinggi. ”Sekolah yang bermutu tidak selamanya harus mahal. Tolak ukur sekolah sukses adalah menghasilkan anak yang bahagia,” tegasnya.
Lebih jauh, Karyo mengatakan, yang harus dilakukan dalam sistem pendidikan saat ini adalah mulai lagi digalakkan pembentukan karakter, spiritual dalam bentuk etika moral, serta attitude agar siswa tahu bagaimana harus berperilaku. Saat ini, perilaku siswa atau anak menurutnya sudah bergeser jauh. Disini perlunya peran guru dan sekolah untuk mengajarkan siswanya soal bagaimana mereka harus berperilaku, bergaul dengan sesama, sopan santun, serta perilaku positif lainnya.
“Siswa juga harus diberi pemahaman bahwa jika mereka melakukan perbuatan melanggar hukum, mereka akan mendapatkan dampaknya, baik dampak hukum maupun sosial,” ujar Karyo kepada Bhirawa.
Sementara bagi para guru, Karyo menyebut mereka juga harus memahami berbagai aturan seputar perlindungan anak. Sehingga mereka tidak lagi melakukan kekerasan atau perbuatan negatif lain pada siswa. Para guru juga harus sadar terhadap tanggung jawabnya mendidik siswa, bukan semata-mata menjalankan pekerjaan mengajarkan mata pelajaran.
“Saat siswa berada di sekolah, berarti orang tua itu menitipkan anaknya agar terdidik dan terlindungi selama jam sekolah. Sehingga hal – hal negatif harusnya tidak terjadi di sekolah. Guru juga harus melakukan kontrol ketat terhadap siswanya,” ucap Karyo.
Di lingkungan pendidikan itu para guru harus tahu mereka punya kewajiban untuk melindung keselamatan siswa didik selama di sekolah dari tindakan kekerasan, baik kekerasan fisik atau psikis. Karena siswa menjadi tanggung jawab guru selama di sekolah. ”Tapi ada hal penting yang juga harus dikedepankan yaitu peran keluarga dalam mendidik anak. Orangtua juga harus memberikan pendidikan informal kepada anak untuk berperilaku baik,” pungkas Karyo. [ris]

Tags: