Dua Guru Besar Psikologi UMM Dikukuhkan, Kaji Irasionalitas Hingga Kesehatan Mental Anak

Prof Tulus Winarsunu dan Prof Iswinarti dua orang guru besar Fakultas Psikologi UMM yang baru saja dikukuhkan akhir pekan kemarin.

Kota Malang, Bhirawa
Penambahan dua orang guru besar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), makin menunjukan tingkat kemajuan kampus Muhammadiyah terbesar di Jawa Timur itu.

Dua guru besar tersebut adalah adalah Prof. Dr. Tulus Winarsunu, M.Si. dan Prof. Dr. Iswinarti, M.Si. yang memiliki masing-masing meneliti terkait sisi irasionalitas pikiran manusia dalam pengambilan keputusan dan membangun kesehatan mental anak melalui permainan tradisional.

Tulus, usai pengukuhan pada akhir pekan kemarin menjelaskan, pengambilan keputusan merupakan aktivitas mendasar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut dia, manusia secara terus menerus dihadapkan pada situasi-situasi yang memerlukan pemilihan tindakan dari berbaagai alternatif.

Karena itu, lanjut dia , elemen penting dalam pengambilan keputusan meliputi berbagai hal.

“Untuk memperoleh hasil optimal dalam mengambil keputusan, diperlukan rasionalitas yang membantu menciptakan lingkungan yang lebih terarah, efisien, dan responsif terhadap perubahan. Namun, rasionalitas tidak selalu sempurna dan memunculkan irasionalitas,” tambahnya.

Ia mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh faktor keterbatasan informasi, keterbatasan dalam pemrosesan informasi, tekanan kelompok, dan bias kognitif. Menurutnya, manusia rentan terhadap bias kognitif, seperti bias konfirmasi dan bias ketersediaan. Terjadinya irasionalitas dalam mengambil keputusan disebabkan karena terpengaruh oleh cara atau strategi penyampaian informasi.

Strategi yang digunakan dalam suatu penyampaian informasi dapat mempengaruhi keputusan seseorang.

“Orang cenderung bereaksi berbeda terhadap informasi yang disajikan dengan cara yang berbeda, meskipun substansinya sama. Konsep ini disebut sebagai efek framing atau pembingkaian informasi,” tegasnya.

Sementara itu, Iswinarti yang mengkaji kesehatan mental anak, ia menyebut dapat dilakukan melalui permainan dengan metode BERLIAN. Metode ini memiliki kepanjangan Bermain-ExpeRiential-LearnIng-Anak.

Menurutnya, kesehatan mental merupakan hak asasi universal yang setiap individu berhak mendapatkannya.

“Membangun kesehatan mental dapat dimulai pada usia dini dengan menerapkan berbagai kegiatan bermain. Bermain mengandung nilai-nilai yang dapat mendukung terbentuknya kesehatan mental pada anak. Permainan tradisional adalah permainan yang mengandung nilai-nilai baik dan dapat dijadikan sebagai model intervensi untuk membangun kesehatan mental anak,” katanya.

Ia mengatakan, beberapa contoh permainan tradisional telah terbukti dapat menjadi media dalam membangun karakter anak. Dalam penelitiannya, ia membuktikan bahwa permainan bekelan, congklak lidi, dan selentikan dapat meningkatkan kemampuan problem solving anak usia sekolah dasar. Permainan tradisional engklek juga dapat meningkatkan kemampuan problem solving dan dapat meningkatkan kemampuan kontrol diri.

“Kami berharap orang tua, pendidik, mahasiswa maupun para pemerhati anak untuk dapat menjadi fasilitator dalam metode BERLIAN. Utamanya dalam penerapan permainan tradisional agar kesehatan mental anak dapat dibangun lebih dini,” pungkasnya. [mut.why]

Tags: