Dunia Pandangi Surabaya

Seluruh dunia, memandang ter-heran-heran ke kota Surabaya, yang biasanya aman dan damai. Sepanjang dua hari (Minggu dan Senin) bagai menjadi arena “perang” yang dikobarkan sindikat terorisme. Korban jiwa dan terluka berjatuhan menimpa masyarakat tak berdoa. Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan ulama sedunia mendoakan Surabaya (dan Indonesia) menyerukan doa bersama. Termasuk Paus Fransiskus, dari Vatikan menatapkan doa umat korban teroris di Surabaya.
Kalangan tokoh lintas agama di Indonesia, sejak Minggu sore, merapatkan barisan, menunjukkan kebersatuan dan kebersamaan. Serta mengharap aparat keamanan menanggulangi teroris secara seksama, dengan pola extra ordinary crime. Tokoh lintas agama Hindu, Budha, Kristen, Katolik, dan Islam juga menyampaikan seruan perlawanan terhadap terorisme.
Indonesia semakin memantapkan diri menjadi bagian internasional pemberantasan terorisme. Tidak cukup hanya dengan me-ratifikasi konvensi Anti Terorisme yang menggunakan bom (International Convention for the Suppression of Terrorist Bombing (United Nations General Assembly Resolution). Melainkan harus segera menerbitkan undang-undang (UU) pencegahan dan pemberantasan terorisme yang lebih melindungi masyarakat.
Majelis Umum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), mengutuk bom bunuh diri di Surabaya. Pelaku disinyalir “sekeluarga teroris,” yang baru pulang dari Syria. Selain sebagai milisi ISIS (Islamic State in Iraq and Syria), juga terkait dengan Jama’ah Anshoru Daulah (JAD). Serta terkait dengan JAT (Jama’ah Anshoru Tauhid). Masyarakat internasional juga telah menawarkan bantuan pemberantasan terorisme, termasuk ahli deteksi bom.
Aksi bom bunuh diri terus berlanjut-lanjut pada hari yang sama (pada Minggu malam), sampai Senin siang. Seluruhnya dengan modus (baru) yang mencengangkan. Yakni, dilakukan oleh “sekeluarga teroris” termasuk melibatkan wanita (istri), dana anak di bawah umur. Bom bunuh diri di luar kota (perbatasan) Surabaya, terjadi lima kali ledakan bom. Diduga, dilakukan oleh “sekeluarga teroris,” yang mengontrak rumah susun sewa, di Wonocolo Sepanjang, Sidoarjo.
Pelaku (kepala keluarga), istri, dan seorang anak, tewas seketika. Pelaku ditemukan di dekat barang bukti berupa tas besar, masih berisi bom aktif. Lokasi rusunawa, sekitar 350 meter dari (Mapolsek Taman. Juga hanya berjarak 950 meter dari Markas Brimob Polda Jatim. Menandakan, terorisme sangat geram kepada polisi, yang berkali-kali menggagalkan aksi.
Termasuk menggagalkan aksi teroris yang akan meledakkan bom bunuh diri di Mako Polrestabes Surabaya, Senin pagi. Dilakukan oleh sekeluarga teroris (suami, istri dan dua anak). Satu anak teroris di bawah umur, selamat. Tak berselang lama, Densus 88 Anti-teror, juga menggagalkan persiapan teroris ber-aksi. Terjadi tembak menembak dan pengejaran oleh Densus 88 Anti-teror, di Sukodono, juga tak jauh (radius 1 kilometer) dari Markas Brimob Polda Jatim.
Sehingga aksi narapidana teroris di Mako Brimob, kota Depok (lima hari sebelumnya), dapat dianggap sebagai “genderang perang” terorisme melawan polisi. Namun sesungguhnya, terorisme akan menghadapi perlawanan seluruh rakyat. Karena rakyat sering dijadikan korban kebrutalan tanpa alasan. Perlawanan rakyat juga dilakukan melalui media sosial (medsos), dengan ribuan hashtag.
Tagar (tanda pagar) yang ditebar, seluruhnya menunjukkan dendam (dan kesiapan) rakyat melawan terorisme. Tagar ditebar di twitter, instagram, dan facebook. Diantaranya adalah #SurabayaWani, #SurabayaMelawan, dan #KamiTidakTakutTeroris. Masyarakat juga tak gentar menghadapi teror radikalisme. Terbukti pasar tradisional, supermarket, mal di Surabaya (dan sekitarnya) tetap buka. Bahkan dealer mobil dan sepedamotor tetap beroperasi.
Presiden Jokowi menyatakan pelaku terorisme sebagai pengecut. Sekaligus kejahatan terhadap kemanusiaan yang sangat keji. Harus dilawan bersama segenap bangsa, dan aparat negara. Serta memastikan hukuman maksimal terhadap kejahatan kemanusiaan yang sangat keji.

——— 000 ———

Rate this article!
Dunia Pandangi Surabaya,5 / 5 ( 1votes )
Tags: