Enam Bulan Lulus Baru Terima SHUS

Sejumlah perwakilan sekolah mengambil berkas SHUS SMP/MTs di Kantor Dinas Pendidikan Surabaya, Selasa (6/10).

Sejumlah perwakilan sekolah mengambil berkas SHUS SMP/MTs di Kantor Dinas Pendidikan Surabaya, Selasa (6/10).

Dindik Surabaya, Bhirawa
Setelah enam bulan dinyatakan lulus, para peserta didik jenjang SMP/MTs di Surabaya akhirnya bisa segera memiliki Sertifikat Hasil Ujian Nasional (SHUS). Keterlambatan ini dianggap cukup tidak wajar di banding tahun-tahun sebelumnya sekaligus membuat tugas sekolah semakin berat.
Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Eko Prasetyoningsih mengakui pembagian SHUS tahun ini memang cukup lama. Jika tahun-tahun sebelumnya SHUS bisa diterima siswa paling lambat hanya satu – dua bulan, sekarang sampai enam bulan sejak siswa UN April lalu baru dibagi.  “Kalau terlambat begini yang berat itu sekolah. Anak didik sudah pindah sekolah kemana-mana. Sekarang harus dipanggil lagi satu per satu melakukan cap tiga jari dan tanda tangan di sekolah,” tutur Eko di sela-sela pembagian SHUS SMP/MTs di Kantor Dindik Surabaya, Selasa (6/10).
Setelah dibagikan, Eko berharap pihak sekolah segera memproses SHUS tersebut dan segera dibagikan ke siswa. Meski sejatinya saat ini siswa sudah tidak terlalu mendesak kebutuhannya. “Secepatnya saja dibagikan kalau semua prosesnya sudah selesai,” tutur dia.
Ditanya alasan keterlambatan, Eko tidak bisa menjawab pasti. Sebab tugas pencetakan SHUS mulai tingkat SD sampai SMA/SMK ada di tangan provinsi. Hanya saja, keterlambatan ini pasti merugikan siswa dan sekolah. Khususnya siswa yang sekarang sekolah di luar kota. Hal ini juga yang membuat SHUS seringkali menumpuk di sekolah lalu hilang. “Kita tidak tahu kenapa. Padahal UN ini kan kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahun. Seharusnya perencanaan itu bisa jauh-jauh hari dilakukan,” ungkap perempuan asal Ponorogo itu.
Sementara itu, Sekretaris Panitia UN Dindik Jatim Ema Sumiarti menuturkan, pembagian SHUS SMP/MTs sesungguhnya telah dibagikan ke kabupaten/kota sejak satu pekan lalu. Keterlambatan ini diakuinya memang cukup lama. Namun hal ini cukup beralasan. Sebab, format SHUS terjadi perubahan secara total. Di antaranya uraian nilai di balik SHUS. Setiap mata pelajaran terdapat sejumlah kompetensi yang memiliki nilai masing-masing.
Dia menyebut, Bahasa Indonesia ada enam kompetensi dasar penilaian, Matematika empat kompetensi, Bahasa Inggris tiga kompetensi dan IPA tujuh kompetensi. “Semakin banyak penilaian siswa, kita harus semakin teliti. Di samping itu, proses pencetakan SHUS sendiri juga butuh waktu lama dan kualitas mesin yang bagus,” ungkap dia.
Berbeda dengan Sertifikat Hasil Ujian Sekolah (SHUS) SD/MI yang tidak menggunakan penilaian serumit SMP dan SMA/SMK. “Meskipun SD/MI ujiannya paling terakhir toh SHUS-nya lebih dulu selesai,” tambahnya.
Di samping itu, lanjut dia, master file dari pusat juga cukup terlambat dikirim ke provinsi. Setelah lewat Juli, software pengisian blangko itu dikirim. Pihak Dindik Jatim pun berkali-kali melakukan pencocokan dengan specimen yang sesuai dengan pusat. “Kita tahun lalu punya pengalaman kurang baik karena ketidakhati-hatian. Jadi sekarang kita berusaha lebih teliti dan memang sedikit lama,” pungkas Ema. [tam]

Rate this article!
Tags: