Gubernur Bantah Vaksin Palsu Beredar di Jatim

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

DPRD Jatim, Bhirawa
Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo membantah vaksin palsu telah beredar di Jawa Timur. Menyusul temuan terakhir Bareskrim Mabes Polri menunjukkan vaksin palsu juga merambah Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogjakarta dan Aceh.
“Vaksin (palsu) itu tidak ada di Jawa Timur. Kemarin timnya BPOM kan juga sudah melakukan pengecekan. Hasilnya tidak ditemukan vaksin palsu,” kata Soekarwo, Kamis (30/6).
Pria yang akrab dipanggil Pakde Karwo ini mengaku belum mendapat informasi resmi tersebut dari Jakarta.
Sebab itu, ia lebih percaya dengan hasil pantauan yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Surabaya. “Kalau memang vaksin palsu itu ada di sini, ya kita diberitahu agar bisa mengambil tindakan,” tegas Pakde Karwo.
Ia menambahkan, tidak akan melakukan penarikan vaksin yang beredar. Alasannya tidak ada bukti keberadaan vaksin palsu beredar di Jatim. Selain itu, kata Pakde Karwo, tidak mungkin menarik vaksin hanya untuk tindakan preventif karena keberadaannya sangat dibutuhkan. “Nek vaksin ditarik iku terus yaopo nasib bayi sing kate divaksin?” ucap Pakde Karwo sambil tertawa.
Sebelumnya, Kepala BPOM di Surabaya  Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa menyatakan Provinsi Jawa Timur bebas dari vaksin palsu untuk balita termasuk di Surabaya. “Kami sudah turun ke lapangan  sekitar lima minggu lalu bersama tim lintas sektor. Kami tidak menemukan peredaran vaksin palsu,” kata Bagus Kusuma.
Untuk itu BPOM di Surabaya memastikan pihaknya terus melakukan intensifikasi pengawasan vaksin balita palsu. Rencananya akan berlangsung selama delapan pekan. Beberapa daerah di Jawa Timur yang telah menjadi tujuan pengawasan ini, antara lain dari Blitar, Tulungagung, Nganjuk, Gresik, Sidoarjo, Batu, Malang, Ponorogo dan Kota Surabaya.  “Masyarakat tidak usah panik, tetap lakukan vaksin untuk balita, lebih aman ke RSUD kabupaten ataupun kota, atau Puskemas terdekat,” lanjutnya.
Perlu diketahui, penyidik Bareskrim telah mendata jumlah rumah sakit yang menjadi langganan produsen vaksin palsu. Untuk jumlah tepatnya, memang belum bisa diungkapkan. Namun, Bareskrim menemukan fakta bahwa distribusi vaksin palsu ternyata lebih luas.   “Ya, ada kota-kota lain yang terlacak dipasok vaksin palsu,” kata Direktur Dittipideksus Bareskrim Brigjen Agung Setya.
Bila sebelumnya hanya ada tiga provinsi, yakni Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta. Temuan terakhir menunjukkan vaksin palsu juga merambah Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogjakarta, dan Aceh. [cty]

Tags: