Gubernur Teken MoU dengan 35 PTAI

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo menandatangani kesepakatan bersama tentang Program Peningkatan Kualitas Guru Madrasah Diniyah Tahun 2015 di Gedung Negara Grahadi, Senin (15/6).

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo menandatangani kesepakatan bersama tentang Program Peningkatan Kualitas Guru Madrasah Diniyah Tahun 2015 di Gedung Negara Grahadi, Senin (15/6).

Lanjutkan Program Beasiswa S1 Guru Madin
Pemprov, Bhirawa
Pemprov Jatim konsisten meningkatkan kualitas guru-guru Madrasah Diniyah (Madin). Ini penting agar guru atau ustadz Madin memiliki kemampuan setara S1 atau sarjana, tapi juga  memiliki kemampuan mengajar yang baik.
“Hal ini merupakan bentuk komitmen bersama antara Pemprov Jatim dengan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) baik negeri maupun swasta di Jatim, untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan bagi guru-guru Madin,” kata Gubernur Jatim Dr H Soekarwo  saat Penandatanganan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama (Memorandum of Understanding/MoU) antara Pemprov Jatim dengan Kopertis Wilayah IV Surabaya, STAIN Jember, STAIN Pamekasan, serta 33 PTAI di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (15/6).
Menurut dia, bantuan yang diberikan kepada guru-guru Madin tersebut berupa bantuan beasiswa untuk menempuh pendidikan S1 selama delapan semester di PTAI swasta atupun negeri. Kerjasama ini juga sudah dikembangkan sejak 2006 hingga 2015, dengan total anggaran sebesar Rp 78,5 miliar. “Dari total 9.703 mahasiswa program beasiswa guru madin ini, yang telah lulus sampai sekarang mencapai 4.400 orang,” terang Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Soekarwo.
Di samping pemberian bantuan beasiswa, lanjut Pakde Karwo, konsep pendidikan yang diterapkan harus mengedepankan proses tatap muka, tidak hanya berpatokan pada teknologi. Proses metodologi seperti inilah yang harus dimengerti oleh guru-guru Madin di Jatim. Karenanya konsep pendidikan Islam diniyah salafiyah konten dan konteksnya jangan pernah diubah.
“Bahkan di negara-negara maju sekalipun saat ini juga kembali pada metode tatap muka, tidak hanya mengandalkan Teknologi Informasi (TI). Metode diniyah salafiyah ini bisa menjadi bentengnya liberalisasi, karena guru dan murid langsung berinteraksi,” imbuhnya.
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode pendidikan yakni selalu melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya murid tidak hanya butuh guru untuk mengajar, namun juga memberi semangat untuk pencapaian prestasi yang maksimal. Ini penting karena sebagian pendidikan tidak diselesaikan karena kecerdasan, tapi karena peran dan semangat lingkungan sekitar. “Setelah murid dan achievment bisa terlibat sepenuhnya, barulah faktor sarana dan prasarana serta kurikulum akan mempengaruhi penerapan pendidikan,” terangnya.
Lebih lanjut disampaikan, tantangan pendidikan di era global saat ini diantaranya ialah terjadinya persaingan bebas dalam dunia pendidikan, dan pertarungan ideologi-ideologi baru di dunia. Selain itu juga penempatan pendidikan sebagai komoditi yang diperdagangkan, dan adanya kemajuan TI sehingga peran tenaga pendidik bergeser menjadi semacam fasilitator, dinamisator, dan katalisator. “Pendidikan bukanlah bisnis yang bisa diperdagangkan, pendidikan adalah tempat belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik dan beretika,” imbuhnya.
Ia berharap, walaupun bantuan yang diberikan Pemprov Jatim masih kurang, namun semua guru-guru Madin bisa mendapatkan manfaat secara maksimal. Di samping itu, melalui guru Madin yang berkualitas, bisa tetap mempertahankan nilai-nilai moralitas ala pesantren, dan mampu merespon perkembangan zaman dengan kritis, bijak, dan terbuka.
“Harapannya Jatim juga bisa memiliki ahli-ahli syariah, karenanya kendala yang dihadapi baik tenaga pengajar, pendanaan, fasilitas, serta manajemen pengelolaan menjadi PR yang harus mampu diselesaikan Pemprov Jatim,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Masyarakat (Kesmas) Provinsi Jatim Bawon Adi Y, menyampaikan pelaksanaan program peningkatan kualitas guru Madin tahun anggaran 2015 sebesar Rp 8,780 miliar yang berasal dari dana APBD murni Pemprov Jatim. Anggaran tersebut dialokasikan untuk 35 lembaga PTAI swasta dan negeri atau sebanyak 1.033 mahasiswa, dan masing-masing mahasiswa mendapat bantuan Rp 8,5 juta.
Ia menjelaskan, sejak 2006 sampai dengan 2014 penyelenggaraan pendidikan pendidikan program kualitas guru Madin dilakukan oleh PTAI yang memiliki program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Bahasa Arab (PBA). Pada 2015 ini ada dua program studi yang ditambahkan yakni Stufi pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Manajemen Pendidikan Islam (MPI). [iib]

Rate this article!
Tags: