Gula Jatim Kalah Bersaing di Indonesia Timur

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Hasil proses giling tebu di Jatim sejak Mei hingga September mencapai 700 ribu ton, namun terancam tidak laku untuk dipasarkan di Indonesia Timur karena kalah bersaing dengan gula rafinasi. Padahal sisa stok 2013 masih 30 ribu ton.
“Dari hasil giling tahun ini, sudah ada stok 700 ribu ton. Permintaan untuk wilayah Indonesia Timur berkurang karena kalah dengan gula rafinasi. Ini persoalan yang masih dicarikan solusinya,” kata Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Moch Samsul Arifien MMA , Rabu (17/9).
Jika stok saat ini cukup tinggi, sisa stok gula Jatim tahun giling 2013 juga masih tersisa 30 ribu ton. “Kami prioritas menghabiskan stok sisa giling 2013 dan kami perkirakan akhir September stok gula produksi tahun lalu sudah habis terjual,” tuturnya.
Setelah itu, baru pihaknya mencarikan solusi penjualan untuk stok gula tahun ini. Diperkirakannya memasuki bulan Desember hingga Januari stok gula 700 ribu ton yang sudah ada bisa mulai dibeli.
Ia menuturkan, untuk mempermudah penjualan gula ke wilayah Indonesia Timur, kata dia, pedagang sudah dipanggil menteri perdagangan. Namun, penjulan gula tebu Jatim tetap kalah karena permintaan Indonesia Timur memang telah berkurang karena pengaruh peredaran gula rafinasi yang diproduksi PG di Sulawesi memiliki harga jual lebih murah.
Mengenai harga lelang gula yang masih rendah kini juga menjadi persoalan yang menjadi kekhawatirannya. “Kalau harga gula rendah, semua bingung tidak ada yang bisa jawab. Saat ini Lelang Rp 8.300/kg dibawah HPP Rp 8.500/kg. Begitu lelang dibawah HPP dibatalkan,” tegasnya.
Dengan penolakan harga lelang dibawah HPP, kata dia, petani tidak ingin rugi lebih banyak. “Biaya produksi tebu cukup tinggi dan dengan harga lelang yang rendah, petani dan pabrik gula banyak yang enggan melepas gulanya,” ungkapnya.
Sebelumnya sejak awal musim giling dimulai Mei hingga awal minggu pertama September, rata-rata rendemen (kadar gula dalam batang tebu) tebu yang masuk giling di pabrik gula (PG) mencapai 7,7 persen. Rendemen itu ditargetkan terus meningkat di akhir September hingga mencapai 8 persen.
Selain angka rendemen yang relatif cukup tinggi, kata Samsul, Jatim juga memiliki produktivitas tebu yang tinggi pula. Jika tahun 2013 produktivitas tebu per kehtare mampu menghasilkan gula 6,5 ton gula tahun ini mampu menghasilkan 7,15 ton gula. Untuk lahan tebu juga meningkat. Jika 2013 hanya 207 ribu hektare, kini mampu mencapai 217 ribu hektare termasuk 2.000 hektare di antaranya dari tebu Jawa Tengah.
Sementara dari aspek produksi gula, jika tahun lalu gula yang dihasilkan mencapai 1,244 juta ton tahun ini ditargetkan naik menjadi 1,3 juta ton. Peningkatan jumlah tersebut juga bisa mendongkrak sumbangan gula nasional. Tahun lalu Jatim hanya menyumbang 47 persen dari produksi nasional, kini ditargetkan mampu menyumbang 50 persen. [rac]

Tags: