Guru Pertama dan Utama bagi Anak-anak

Purnama Susiati2(Peran Orang Tua dalam Pendidikan)
Oleh :
Purnama Susiati, MPd.I
Guru Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama 19
Tanjung Anyar – Sangkapura, Gresik

Persoalan sosial yang melibatkan anak-anak sungguh kian mencemaskan. Melalui berbagai media massa, baik cetak mapun elektronik publik bisa melihat betapa maraknya penyimpangan perilaku anak yang terjadi di sekitar kita.
Mulai minum-minuman keras yang sampai merenggut nyawa, konsumsi narkoba yang membuat rusaknya anak-anak kita, seks bebas yang memaju meningkatnya angka kehamilan di luar nikah. Bahkan yang kini marak adalah tragedi kekerasan seksual yang korban dan pelakunya anak-anak.
Melihat demikian buramnya wajah dunia anak-anak dan remaja tersebut lantas melahirkan pertanyaan, siapakah yang bersalah? Orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan putra putrinya? Atau instansi pendidikan yang kurang memperhatikan pendidikan moral, akhlak dan etika dari anak didiknya?
Makna Pendidikan Anak
Pendidikan anak yang baik sesungguhnya merupakan kunci dasar dalam mempersiapkan pribadi yang sholeh, keluarga yang bahagia, masyarakat yang adil, tentram dan maju. Menurut Ruqaith (2004) banyak orang tua yang kurang perhatian terhadap pendidikan anak-anak mereka, padahal tanggung jawab pendidikan anak untuk pertama kali ada pada mereka, sebelum tanggung jawab itu berpindah kepada orang lain  Lalu apakah kita sebagai orang tua sudah berperan aktif dan optimal dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak kita?
Dalam bahasa berbeda, Purwanto (2003) mengingatkan pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
Umumnya, pendidikan dalam keluarga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Berbagai masalah yang terjadi yang menimpa dan melibatkan anak dan remaja sejatinya dapat didekati dari empat faktor yaitu :
Pertama, Faktor Ekonomi. Kebutuhan ekonomi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak diimbangi dengan pendapatan ataupun pemasukan yang sesuai dengan kebutuhan dapat mengakibatkan kemiskinan, pengangguran dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya sebagaimana teman-temannya yang lain akan mencari kebutuhan mereka di luar rumah dengan berbagai cara seperti mencuri, mencopet atau bahkan berteman dengan teman-teman mereka yang nakal sehingga pergaulan bebas yang menjerumuskan mereka ke kehidupan yang menjauhkan mereka dari norma-norma yang ada dalam masyarakat
Kedua, Faktor Budaya. Indonesia sebagai negara yang mempunyai obyak wisata yang indah menarik para wisatawan asing dari berbagai negara masuk ke Indonesia. Para turis asing ini membawa budaya dari negara mereka masing-masing. Budaya-budaya asing yang masuk ke negara kita harus kita saring betul-betul agar hal-hal negatif tidak berkembang di negara kita khususnya bagi anak-anak kita. Seperti contoh adat berpakaian para turis asing yang begitu jauh dari adat kebiasaan bangsa kita sekarang ini sudah menjamur dan menjadi trand di kalangan anak-anak kita. Pakaian yang ketat dan sexy sekarang menjadi trand bagi mereka, sehingga masalah soaial pun terjadi dimana-mana seperti pemerkosaan, pembunuhan, penculikan, kenakalan remaja, perceraian dan lain sebagainya.
Ketiga, Faktor Biologis. Semakin pesatnya perkembangan zaman banyak sekali yang terjadi dalam kehidupan masyarakat disekitar kita. Masalah sosial yang terjadi disekitar kita seperti seks bebas dan minum-minuman keras. Seks bebas yang terjadi dikalangan masyarakat dapat menyebabkan penyebaran virus HIV AIDS berkembang dengan pesat sehingga mengancam penularannya kepada orang lain bahkan pada keturunannya. Sementara itu minum-minuman keras yang marak sekarang ini adalah minum minuman keras dengan cara mengoplos minum-minuman tersebut dengan obat-obatan dan bahan berbahaya lainnya yang menyebabkan overdosis, keracunan dan bahkan kematian para pengkonsumsinya.
Keempat, Faktor Psikologi. Sering tidak kita sadari perbuatan orang tua terhadap anak dapat menyebabkan psikologi anak terganggu. Kebiasaan menghardik dan membentak anak dengan mengatakan bahwa dia telah berbuat kesalahan yang besar dan hina bisa membuat anak berpikir kasih sayang orang tua terhadap mereka sudah hilang. Hal ini dapat mengakibatkan anak mencari ketenangan di luar rumah hingga tak jarang dari mereka terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan yang tidak baik bahkan sampai masuk ke aliran sesat.
Orangtua sebagai Pendidik
Kemajuan dunia komunikasi dan informasi yang ditandai dengan teknologi gadget terbukti telah mengubah pola komunikasi antara anak dan orangtua. Intensitas komunikasi antara anak dengan orangtua telah terenggut oleh kehadiran teknologi gadget. Berbagai informasi yang hadir tanpa seleksi langsung dilahap anak-anak kita. Imbasnya berbagai budaya dan perilaku sosial dengan mudah masuk ke benak anak-anak. Sayangnya lagi para orang tua juga semakin sibuk dengan dunianya sendiri. Realitas ini sungguh harus diwaspadai, bahwa ketika orangtua tidak lagi bisa memberikan panduan dan pijakan dalam bersikap dan berperilaku, maka dengan sendirinya anak-anak akan berkiblat pada informasi dan nilai-nilai yang diterimanya termasuk yang didapatnya dari internet melalui gadget yang digenggamnya.
Orangtua adalah penanggung jawab dan sekolah pertama bagi anak-anak. Lantaran itu, orang tua harus berusaha menanamkan nilai-nilai moral dan akhlakul karimah kepada anak sedini mungkin untuk menghindari masalah-masalah sosial yang terjadi.
Langkah itu, diantaranya dilakukan dengan cara : (1). Tanamkan keimanan dan akidah yang kuat agar bisa menjadi benteng bagi mereka dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan agar mereka mampu menyaring hal-hal positif dan negatif yang mereka hadapi. (2). Curahkanlah kasih sayang dan perhatian kita kepada mereka. Di zaman modern seperti sekarang ini orang tua terlalu sibuk dengan bisnis mereka masing-masing hingga tanggung jawab anak d rumah di serahkan kepada pembantu. Hal ini sungguh pemikiran yang salah. Sesibuk apapun orang tua harus bisa menyisihkan sedikit waktu untuk anak-anak mereka sehingga mereka merasa nyaman dan merasakan kasih sayang dari orang tua mereka. (3). Dampingi mereka saat menonton acara televisi. Tidak semua acara televisi mampu dicerna secara positif oleh anak-anak kita. Melalui televisi mereka bisa melihat dunia luar, adegan-adegan yang bisa membahayakan dan merugikan orang lain. Berikan penjelasan kepada mereka mana hal yang positif yang bisa mereka contoh dan mana hal yang negatif yang harus mereka hindari. (4). Biasakan mereka bersikap jujur. Hal ini bertujuan agar orang tua bisa mengkontrol apa yang mereka lakukan di luar pengawasan kita. (5). Jadilah orang tua sekaligus sahabat bagi mereka. Jadilah pendengar yang baik bagi keluh kesah mereka dan berikan pemecahan masalah yang baik buat mereka. (6). Hindari perselisihan antara ibu dan bapak di depan anak-anak karena hal ini akan menimbulkan dampak negatif bagi anak. (7). Hindari perlakuan yang jelek orang tua terhadap anak, seperti kekerasan, penghinaan, hardikan, dan lain-lain. Kaena perlakuan tidak baik orang tua terhadap anak akan mempengaruhi psikologi anak tersebut.
Semua orang tua mengharapkan mempunyai anak yg sholeh, pintar, cerdas dan berprestasi tapi banyak dari mereka melupakan peran mereka sebagai pendidik pertama bagi putra-putri mereka, hingga cita-cita dan harapan mereka tidak tercapai. Untuk itu marilah kita berperan aktif dan optimal dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak kita agar hidup bahagia, tentram dan damai. Peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah penting demi kebaikan dan kesuksesan hidup mereka di dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jangan menjadi orang tua yang menyesal dikemudian hari.

                                                                                                                 ———- *** ———–

Rate this article!
Tags: